Puisi: Rintik Bisu (Karya Wangi)

Puisi "Rintik Bisu" adalah karya yang menyentuh hati, memberikan ketenangan dan inspirasi di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Rintik Bisu


ingin rasa ini,
mengemas
sebungkus mendung di matamu yang rinai

di antara ribuan pintal awan doa
gemuruhnya akan terdengar olehnya meski lama sampai

tapi bukan dari lisan petir yang bisu, melainkan
rintik-rintik shalawat
untuk sesungguhnya diterima raganya ketika lelap

Surabaya, 9 Desember 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Rintik Bisu" karya Wangi adalah sebuah karya puitis yang menyentuh hati, mengangkat tema keheningan doa, cinta yang tersembunyi, dan kekuatan shalawat. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini mengajak pembaca merenungkan keindahan doa yang terucap dalam diam.

Tema: Doa dan Harapan yang Tak Terucap

Tema utama dalam puisi ini adalah doa dan harapan yang disampaikan dalam keheningan. Kalimat "ingin rasa ini, mengemas / sebungkus mendung di matamu yang rinai" mengisyaratkan keinginan untuk meredakan kesedihan seseorang melalui doa yang lembut dan tulus.

Doa dalam puisi ini bukanlah sesuatu yang disampaikan secara langsung atau verbal, tetapi melalui rintik-rintik shalawat, yang menjadi medium komunikasi spiritual antara jiwa manusia dan Sang Pencipta.

Simbolisme dalam Puisi

Wangi menggunakan simbolisme yang kuat untuk menggambarkan elemen-elemen spiritual dan emosional dalam puisi ini. Berikut adalah beberapa simbol penting:
  • Mendung dan Rinai: Mendung di mata menggambarkan kesedihan yang mendalam, sementara rinai (hujan rintik-rintik) mencerminkan air mata yang jatuh perlahan, menunjukkan proses penyembuhan yang perlahan tapi pasti.
  • Pintal Awan Doa: Awan doa menggambarkan harapan yang besar dan terus-menerus dirajut oleh penulis. Doa ini bukan hanya untuk memberikan kenyamanan, tetapi juga sebagai bentuk kasih sayang yang universal.
  • Petir yang Bisu dan Rintik Shalawat: Petir yang bisu adalah metafora untuk kekuatan besar yang terpendam tanpa suara, berbeda dengan rintik shalawat yang lembut tetapi bermakna mendalam. Rintik shalawat dalam puisi ini melambangkan doa-doa kecil yang diucapkan dengan ketulusan, meskipun tidak secara langsung terasa dampaknya, namun memiliki makna besar di hadapan Sang Ilahi.

Gaya Bahasa: Keindahan dalam Kesederhanaan

Puisi "Rintik Bisu" menonjolkan keindahan melalui gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna. Frasa seperti "ingin rasa ini, mengemas / sebungkus mendung di matamu yang rinai" memberikan gambaran visual yang lembut namun menyentuh hati.

Penggunaan kontras antara petir yang bisu dan rintik shalawat menunjukkan dualitas antara kekuatan besar yang diam (petir) dan kekuatan kecil yang nyata (shalawat). Hal ini menciptakan keseimbangan dalam menyampaikan pesan tentang pentingnya kelembutan dalam doa.

Pesan Spiritual yang Mendalam

Pesan utama dalam puisi ini adalah tentang kekuatan doa yang lembut dan tulus. Doa tidak perlu diucapkan dengan keras, karena dalam diam pun, doa bisa memiliki kekuatan yang besar. "Rintik-rintik shalawat" menjadi simbol dari bentuk doa yang paling sederhana namun penuh makna, menunjukkan bahwa cinta dan harapan bisa tersampaikan dengan cara yang paling halus.

Puisi ini juga mengajarkan bahwa doa tidak selalu langsung diterima atau dirasakan dampaknya. Frasa "gemuruhnya akan terdengar olehnya meski lama sampai" mengingatkan pembaca untuk bersabar, karena doa memiliki jalannya sendiri untuk sampai kepada Sang Penerima.

Relevansi dengan Kehidupan

Dalam kehidupan modern yang penuh hiruk-pikuk, Rintik Bisu mengingatkan kita tentang pentingnya ketenangan dan kelembutan dalam menghadapi kesulitan. Doa dan harapan adalah hal yang sering kita lupakan, padahal keduanya bisa menjadi sumber kekuatan yang luar biasa.

Puisi ini juga relevan bagi mereka yang sedang merasakan kesedihan atau kehilangan, memberikan penghiburan bahwa melalui doa dan shalawat, ada harapan untuk menemukan ketenangan batin.

Kekuatan Lembut dari Rintik Doa

Puisi "Rintik Bisu" karya Wangi adalah puisi yang memancarkan keindahan melalui kesederhanaan dan makna spiritual yang mendalam. Dengan simbolisme yang kuat dan gaya bahasa yang lembut, puisi ini mengajarkan pentingnya doa, kesabaran, dan harapan dalam menghadapi kesedihan.

Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa doa tidak harus lantang untuk menjadi kuat, karena dalam keheningan pun, doa dapat membawa pengaruh besar bagi jiwa yang terluka. Puisi "Rintik Bisu" adalah karya yang menyentuh hati, memberikan ketenangan dan inspirasi di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Wangi
Puisi: Rintik Bisu
Karya: Wangi

Biodata Wangi:
  • Wangi, nama pena dari Ukhti, lahir pada tanggal 6 April 1986 di Jember.
  • Menulis puisi sejak 1998, tetapi sebatas di buku tanpa dilangitkan ke media. Beberapa komunitas sebagai tempat memasak karyanya, di Kelas Puisi Bekasi (KPB), Competer Indonesia (CI), HuMa, dan Kelas Menulis Online (KMO). Wangi juga pernah mengikuti Asqa Imagination School (AIS) #46.
  • Beberapa perjuangannya memikat juri dan juara, di antaranya: 26 Februari 2024 juara 1 event cerpen tema Dear Diary penerbit YouTube @cherytachannel, juara 2 Asqa Book Awards (ABA) XXII pada 11 Mei–9 Juni 2024, 30 Besar Anugerah COMPETER 2025 yang pengumumannya pada 1 Januari 2025.
  • Penyair bisa disapa di Instagram @kimonogruvy.
© Sepenuhnya. All rights reserved.