Puisi: Pada Suatu Pagi (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Pada Suatu Pagi" menggambarkan keindahan alam dan kompleksitas pikiran manusia, serta mengajak pembaca untuk merenungkan interaksi antara ...
Pada Suatu Pagi

Burung kecil itu mulai bernyanyi kembali
di depan jendelamu; usirlah dia, katamu, ia mengganggu
dan mengejek rambutku yang kusut
dan wajahku yang nampak sayu.
Biar saja ia bernyanyi di antara bunga-bunga jambu itu,
sedang kita tak bisa bernyanyi
sebab terlampau jauh menapsir setiap mimpi,
selalu terkejut, dan gugup melihat bayang-bayang kita sendiri;
kita tak pernah bernyanyi sebab selalu berjudi
dengan harapan,
diam-diam mempertaruhkan masa-depan
Kemarin pun ia telah bernyanyi, tepat ketika kaubuka jendelamu,
sebab sudah dibangunkannya sebuah sarang
bagi telur-telurnya; sedangkan kita selalu curiga
terhadap Kasih Alam, selalu ingin membebaskan diri
dari jala yang berkembang lembut:
nasib dan ketidak-langgengan.
Biar saja ia bernyanyi, tak diejeknya dahimu berkerut,
tak dicemoohkannya matamu yang habis menangis semalam
dan takkan diganggunya rencana kita hari ini
ia hanya bernyanyi, bahkan tak pernah ia tahu
bahwa seseorang kadang ingin memisahkan diri
dari dirinya sendiri.
Burung kecil itu mulai bernyanyi kembali,
jangan takut; semoga anak-anak yang akan kaulahirkan nanti
bisa lebih mengenal dirinya sendiri.

1966

Sumber: Horison (Mei, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Suatu Pagi" adalah sebuah puisi yang menggambarkan suasana pagi dan interaksi sederhana antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya, terutama dengan kehadiran burung kecil yang mulai bernyanyi.

Tema Pagi dan Interaksi Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan suasana pagi yang tenang dan penuh dengan kehidupan alam, terutama dengan kehadiran burung kecil yang mulai bernyanyi. Tema ini menciptakan atmosfer yang damai dan mengundang pembaca untuk merenungkan keindahan alam dan interaksi manusia dengan lingkungannya.

Konflik Internal dan Eksternal: Penyair menggambarkan konflik internal dan eksternal yang dialami oleh individu dalam puisi ini. Ada ketegangan antara keinginan untuk menikmati keindahan pagi dan ketidaknyamanan terhadap gangguan dari burung kecil yang bernyanyi. Selain itu, ada juga konflik internal terkait dengan kekhawatiran dan pertimbangan tentang masa depan dan keadaan diri sendiri.

Simbolisme Burung Kecil: Burung kecil dalam puisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Selain mewakili kehidupan alam yang indah, burung kecil juga bisa melambangkan ketenangan, kebebasan, dan kehadiran alam yang tak terpengaruh oleh kegelisahan manusia. Namun, kehadiran burung juga bisa menjadi gangguan bagi individu yang sedang merenung atau menghadapi konflik internal.

Harapan dan Keinginan: Penutup puisi ini mengekspresikan harapan untuk masa depan, terutama terkait dengan generasi mendatang yang akan lahir. Ada ungkapan harapan agar anak-anak yang akan dilahirkan nanti bisa lebih mengenal diri mereka sendiri, mungkin sebagai refleksi dari pemahaman diri dan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun kaya makna dalam puisi ini. Gaya penulisannya memberikan kesan introspektif dan reflektif, memungkinkan pembaca untuk merenungkan pesan yang disampaikan dalam puisi dengan mendalam.

Puisi "Pada Suatu Pagi" adalah puisi yang menggambarkan keindahan alam dan kompleksitas pikiran manusia, serta mengajak pembaca untuk merenungkan interaksi antara manusia dengan alam dan perasaan-perasaan yang terdalam dalam diri mereka.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Pada Suatu Pagi
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.