Puisi: Kepercayaan Manusia (Karya Sakura Ratna)

Puisi "Kepercayaan Manusia" karya Sakura Ratna mengajak pembaca untuk tidak hanya menikmati keindahan budaya Nusantara, tetapi juga merefleksikan ....

Kepercayaan Manusia


Lesung pipi menghiasi kedua sisi wajah
Menambah manis wajah ayu
Elegi manusia yang tidak mempercayai
Mitos rempah media untuk lesung pipi

Kenyataan itu ada, rumpun di nusantara
Hipnotis manusia, mengalun merdu nyanyian para dewa
Tertulis abadi di primbon Jawa aturan para leluhur
Sujud syukur pada sang pencipta
Atas keanekaragaman budaya alam.

Bandung, 10 Desember 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Kepercayaan Manusia" karya Sakura Ratna adalah karya puitis yang mendalam, menggambarkan hubungan manusia dengan tradisi, budaya, dan kepercayaan. Dengan pilihan kata yang sarat makna, puisi ini mencerminkan keindahan Nusantara yang kaya akan budaya, sekaligus mengkritisi pandangan skeptis manusia terhadap mitos dan tradisi leluhur.

Lesung Pipi dan Makna Keindahan

Baris pembuka puisi ini menyebutkan “Lesung pipi menghiasi kedua sisi wajah / Menambah manis wajah ayu.” Penyair menggunakan metafora lesung pipi sebagai simbol keindahan alami, sebuah karakteristik yang dianggap istimewa. Namun, di balik keindahan ini, Sakura Ratna menyiratkan kritik terhadap pandangan skeptis masyarakat modern yang mengabaikan kepercayaan tradisional.

Baris berikutnya, “Elegi manusia yang tidak mempercayai / Mitos rempah media untuk lesung pipi,” memperlihatkan bagaimana manusia modern cenderung meragukan warisan tradisional seperti mitos dan praktik leluhur. Elegi ini menggambarkan kesedihan terhadap hilangnya penghormatan pada nilai-nilai yang dulu diagungkan.

Tradisi dan Keberagaman Nusantara

Puisi ini kemudian menyoroti kekayaan budaya Nusantara, seperti yang tertuang dalam baris “Kenyataan itu ada, rumpun di nusantara.” Penyair mengingatkan pembaca tentang realitas keberagaman yang menjadi identitas Indonesia. Penggunaan kata “rumpun” mencerminkan persatuan dalam keragaman, mengacu pada tradisi dan kepercayaan lokal yang menyatukan masyarakat.

Frasa “Hipnotis manusia, mengalun merdu nyanyian para dewa” menggambarkan keindahan spiritual yang terkandung dalam tradisi Nusantara. Penyair menyiratkan bahwa tradisi dan budaya ini memiliki daya tarik yang memukau dan mengandung pesan-pesan luhur dari leluhur.

Primbon Jawa dan Ajaran Leluhur

Dalam baris “Tertulis abadi di primbon Jawa aturan para leluhur,” Sakura Ratna mengangkat salah satu aspek penting dari budaya Jawa, yaitu primbon. Primbon adalah kumpulan pengetahuan tradisional yang mencakup panduan kehidupan, ramalan, dan nilai-nilai moral. Penyair mengingatkan bahwa ajaran leluhur ini adalah warisan yang berharga dan tidak boleh dilupakan.

Sikap Syukur terhadap Keanekaragaman

Bagian penutup puisi ini menyampaikan pesan spiritual dengan menyebutkan “Sujud syukur pada sang pencipta / Atas keanekaragaman budaya alam.” Penyair menekankan pentingnya sikap syukur terhadap Tuhan atas anugerah budaya dan alam yang melimpah. Pesan ini relevan di tengah modernisasi yang sering kali melupakan akar budaya dan kepercayaan tradisional.

Makna Puisi secara Keseluruhan

Puisi "Kepercayaan Manusia" adalah refleksi tentang pergeseran nilai-nilai kepercayaan dalam masyarakat modern. Sakura Ratna menunjukkan bagaimana mitos, tradisi, dan ajaran leluhur sering kali dianggap tidak relevan, padahal mereka mengandung pesan mendalam tentang kehidupan. Puisi ini menjadi pengingat bahwa menghormati warisan budaya tidak hanya menjaga identitas, tetapi juga memberikan pandangan spiritual yang lebih luas.

Gaya Bahasa dan Estetika Puisi

Gaya bahasa Sakura Ratna dalam puisi ini memadukan keindahan deskriptif dengan elemen kritik sosial. Penggunaan metafora seperti “nyanyian para dewa” dan “sujud syukur” menciptakan nuansa spiritual yang kuat, sementara referensi ke primbon Jawa memperkuat elemen budaya. Struktur puisi yang singkat namun padat memberikan dampak emosional yang kuat kepada pembaca.

Relevansi dengan Kehidupan Modern

Puisi ini relevan dengan situasi saat ini, modernisasi sering kali membuat manusia melupakan akar tradisi mereka. Skeptisisme terhadap kepercayaan tradisional, seperti mitos dan ritual leluhur, menjadi tema yang diangkat Sakura Ratna untuk mengajak pembaca merenungkan pentingnya menjaga hubungan dengan budaya lokal.

Puisi "Kepercayaan Manusia" karya Sakura Ratna adalah karya yang mengingatkan kita akan pentingnya menghormati budaya dan kepercayaan leluhur. Melalui ungkapan puitis, penyair mengajak pembaca untuk tidak hanya menikmati keindahan budaya Nusantara, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Sebuah karya yang memadukan keindahan, kritik sosial, dan pesan moral dengan cara yang penuh makna.

Puisi Terbaik
Puisi: Kepercayaan Manusia
Karya: Sakura Ratna

Biodata Sakura Ratna:
  • Sakura Ratna, lahir pada tanggal 4 November 1975 di Kota Kembang Bandung, lulusan SMA Kartika Chandra Bandung. Berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan aktif di beberapa kegiatan dan komunitas keagamaan. Ia mulai menulis serius tahun 2021 saat ia mengenal media sosial. Ia penyuka novel, anime, serta cerita horor.
  • Saat ini ia belajar di kelas Asqa Imagination school (AIS) #52, alumnus AIS #49, #50 dan #51. Pernah meraih 10 Besar Asqa Book Award (ABA) XXlV 2024. Beberapa kali mengikuti event menulis dan mendapatkan beberapa penghargaan. Ia bergabung Community Pena Terbang (COMPETER) Indonesia. Saat ini sedang mengikuti 30 Besar kompetisi Anugerah COMPETER Indonesia (ACI) 2025 yang pemenangnya akan diumumkan pada 1 Januari 2025.
  • Penyair bisa disapa di Instagram @coretan_nyimas dan @blossomcherry918
© Sepenuhnya. All rights reserved.