Jamu Gendong Mba Yum
Mba Yum sang sekar jagat
menggendong sejarah di bahunya
ia meramu mimpi, menyeduh harapan untuk darah dagingnya
ia adalah simbol yang menantang nasib dengan gigih
tulang-tulangnya menghidupi mimpi dengan tekad baja
Di dalam gelas ia tuang aroma perancah
rempah wangi nusantara
jahe, kunyit, kencur, dan sejumput kayu manis
Di gendongan kain lusuh itu, tersimpan sari-sari kehidupan
jamu yang ia jual bukan sekadar racikan
tapi ramuan pahit yang ia taklukan
dalam ramuan pahit itu, terkandung doa-doa menguat
pendidikan adalah kitab suci
tak bisa dilipat, sabdanya
Dalam racikan tangan keriputnya, jamu bukan hanya ramuan
melainkan hikayat panjang yang disarikan dari derita
dalam setiap tetes jamunya, ada dunia terjaga
dalam setiap detiknya, ada kehidupan yang ditaklukan dengan cinta
Sukabumi, 16 November 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Jamu Gendong Mba Yum" karya Novita Dina adalah sebuah potret puitis yang mengangkat kisah tentang keteguhan, cinta, dan pengorbanan seorang perempuan yang menjadi simbol perjuangan kehidupan. Melalui figur Mbak Yum, puisi ini meramu elemen budaya, spiritualitas, dan keberanian menghadapi kerasnya hidup.
Mbak Yum sebagai Simbol Perjuangan
Baris pembuka, "Mba Yum sang sekar jagat / menggendong sejarah di bahunya," langsung menggambarkan sosok Mbak Yum sebagai figur perempuan kuat yang mengemban tanggung jawab besar. "Sekar jagat" yang berarti "bunga dunia" menempatkan Mbak Yum sebagai elemen vital dalam kehidupan masyarakat. Ia tidak hanya membawa jamu, tetapi juga beban sejarah dan mimpi generasi berikutnya.
Ungkapan "ia meramu mimpi, menyeduh harapan untuk darah dagingnya," menyoroti dedikasi Mbak Yum kepada keluarga. Jamu, yang biasa dipandang sebagai ramuan tradisional, di sini menjadi simbol dari harapan dan kerja keras untuk masa depan.
Rempah Nusantara sebagai Manifestasi Identitas
Bagian puisi yang menggambarkan "jahe, kunyit, kencur, dan sejumput kayu manis," mengangkat kekayaan rempah Nusantara sebagai metafora keberagaman dan kekuatan budaya lokal. Rempah-rempah ini tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga melambangkan kekayaan tradisi yang terus dirawat oleh Mbak Yum.
Kehadiran rempah-rempah tersebut juga menunjukkan keterhubungan manusia dengan alam. Mbak Yum, dengan tangan keriputnya, menjadi perantara yang menghubungkan alam dengan kehidupan manusia melalui jamu yang ia racik.
Jamu sebagai Hikayat Panjang Kehidupan
Baris "jamu yang ia jual bukan sekadar racikan / tapi ramuan pahit yang ia taklukan," memperlihatkan bahwa jamu adalah lebih dari sekadar minuman. Ia menjadi simbol perjuangan melawan kepahitan hidup. Mbak Yum tidak menyerah pada tantangan, melainkan menjadikannya pelajaran dan modal untuk bertahan.
Frasa "dalam ramuan pahit itu, terkandung doa-doa menguat," menunjukkan dimensi spiritual dalam karya ini. Jamu bukan hanya soal kesehatan fisik, tetapi juga sarana untuk menyampaikan harapan dan doa demi keberlangsungan hidup.
Pendidikan sebagai Warisan Utama
Pernyataan "pendidikan adalah kitab suci / tak bisa dilipat, sabdanya," adalah salah satu pesan terkuat dalam puisi ini. Mbak Yum percaya bahwa pendidikan adalah warisan paling berharga yang dapat diberikan kepada generasi berikutnya. Keyakinannya ini menunjukkan bagaimana perjuangannya menjual jamu tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk membangun masa depan anak-anaknya.
Cinta dan Keteguhan dalam Setiap Tetes Jamu
Puisi ini ditutup dengan refleksi yang mendalam, "dalam setiap tetes jamunya, ada dunia terjaga / dalam setiap detiknya, ada kehidupan yang ditaklukan dengan cinta." Setiap tetes jamu yang dijual Mbak Yum mengandung cinta dan pengorbanan yang tidak ternilai.
Puisi ini menekankan bahwa perjuangan seorang perempuan tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga menjadi fondasi bagi dunia di sekitarnya. Mbak Yum adalah manifestasi dari cinta tanpa syarat dan kekuatan yang menginspirasi.
Tema dan Pesan Utama
- Kearifan Lokal dan Tradisi: Puisi ini mengangkat jamu, sebuah tradisi Nusantara, sebagai simbol dari ketahanan budaya dan identitas lokal.
- Perempuan sebagai Pilar Kehidupan: Mbak Yum digambarkan sebagai sosok perempuan tangguh yang menjalani hidup penuh tantangan dengan cinta dan pengorbanan.
- Pendidikan sebagai Kunci Masa Depan: Puisi ini menekankan pentingnya pendidikan sebagai bentuk investasi jangka panjang untuk generasi berikutnya.
- Keberanian dalam Menghadapi Kepahitan Hidup: Melalui gambaran racikan jamu, puisi ini menunjukkan bahwa kepahitan adalah bagian dari kehidupan yang harus ditaklukkan, bukan dihindari.
Konteks Sosial dan Budaya
Puisi "Jamu Gendong Mba Yum" relevan dengan kehidupan perempuan Indonesia, khususnya mereka yang berjuang di sektor informal. Sosok Mbak Yum mewakili banyak perempuan yang menjalani hidup dengan ketekunan, menjadikan mereka penjaga tradisi sekaligus pilar keluarga.
Puisi "Jamu Gendong Mba Yum" karya Novita Dina adalah puisi yang penuh makna, menggambarkan perjuangan hidup dengan menggunakan jamu sebagai simbol utama. Karya ini tidak hanya menyampaikan pesan tentang pentingnya mempertahankan tradisi, tetapi juga menghargai perempuan sebagai penjaga kehidupan. Puisi ini mengajarkan bahwa dalam setiap tantangan, ada kekuatan dan cinta yang dapat menjadi inspirasi bagi semua.
Karya: Novita Dina
Biodata Novita Dina:
- Novita Dina adalah nama pena dari Novita Sari. Perempuan pecinta buku dan puisi. Alumnus pendidikan Manajemen Keuangan ITB AD Jakarta. Pernah belajar di Asqa Imagination School (AIS). Buku kumpulan puisinya, Dear Rena terbit pada 2021. Buku keduanya kumpulan quote, Stop Being Perfect terbit pada 2024. Karyanya juga terhimpun di berbagai buku antologi bersama penulis lainnya. Karyanya juga tersebar di berbagai media online. Juara 2 dalam ajang Asqa Book Award ke-XXIV tahun 2024. Beberapa kali memenangkan lomba menulis quote dan penulis terpilih dalam lomba puisi. Penyair masuk dalam 30 Besar Anugerah COMPETER 2025 yang pemenangnya diumumkan pada 1 Januari 2025.