Puisi: Hitam Putih (Karya Novita Dina)

Puisi "Hitam" Putih karya Novita Dina menyuguhkan renungan mendalam tentang dualitas dalam kehidupan manusia: dosa dan harapan, kegelapan dan ...

Hitam Putih


di persimpangan warna, kita berdiri
menatap garis batas antara kabut dan bayang-bayang
hitam adalah jejak dosa yang kita titipkan pada malam
putih adalah harapan yang mengapung di atas doa-doa

kita rebah dalam siluet ragu,
mendekap dingin berbisik di antara detak waktu
kau lihat, lelah kita telah melebur dalam noda-noda kabur
jadi tanda tanpa bentuk,
susuri lorong sunyi berpeluh luka

di altar tanpa rupa,
suara kita terpendam dalam nyanyian para penziarah
ada peluh membeku di antara sujud dan pelarian
entah ke mana harus berlabuh atau aliri arus tak kenal pulang

pada akhirnya, hitam dan putih hanyalah selimut-selimut
lama yang tak kita kenakan,
dalam kegelapan kutemukan diriku
sebutir cahaya kau sebut dosa, dan kusimpan
sebagai petunjuk bagi jiwa yang terluka

Sukabumi, 8 November 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Hitam" Putih karya Novita Dina menyuguhkan renungan mendalam tentang dualitas dalam kehidupan manusia: dosa dan harapan, kegelapan dan terang, ragu dan keyakinan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengajak pembaca merenungkan perjalanan batin dalam menghadapi kompleksitas kehidupan.

Tema: Dualitas dalam Kehidupan

Tema utama puisi ini adalah dualitas, yang tergambar dalam perbandingan hitam dan putih. Dalam larik “hitam adalah jejak dosa yang kita titipkan pada malam / putih adalah harapan yang mengapung di atas doa-doa,” Novita Dina menggunakan hitam untuk mewakili dosa, penyesalan, dan kegelapan, sementara putih menjadi lambang harapan, kebajikan, dan doa-doa tulus.

Puisi ini mencerminkan perjuangan manusia dalam mencari keseimbangan antara kedua kutub ini. Tokoh dalam puisi berdiri “di persimpangan warna,” menandakan kebimbangan antara jalan dosa atau harapan.

Simbolisme dalam Puisi

Puisi Hitam Putih penuh dengan simbolisme yang menguatkan pesan dan suasana batin:
  • Hitam dan Putih: Melambangkan dua sisi kehidupan manusia—kesalahan dan kebaikan. Keduanya adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia.
  • Persimpangan Warna: Mewakili keraguan atau momen refleksi ketika seseorang harus memilih jalan hidup.
  • Kabut dan Bayang-Bayang: Mencerminkan ketidakpastian dan ketakutan yang menyelimuti jiwa manusia saat menghadapi keputusan besar.
  • Altar Tanpa Rupa: Menggambarkan ruang spiritual di mana manusia berlutut dalam pencarian makna atau pengampunan, namun merasa kehilangan arah.
  • Cahaya dalam Kegelapan: Melambangkan penemuan jati diri dan harapan di tengah krisis atau kesalahan besar.

Konflik Batin: Ragu dan Penebusan

Dalam puisi ini, ada pergulatan batin yang mendalam. Larik “kita rebah dalam siluet ragu / mendekap dingin berbisik di antara detak waktu” mencerminkan perasaan ragu yang menghantui manusia saat menghadapi dosa dan penyesalan.

Namun, ada juga keinginan untuk menemukan harapan dan penebusan, seperti tergambar dalam “putih adalah harapan yang mengapung di atas doa-doa.” Harapan ini menjadi jembatan menuju pencerahan, meskipun prosesnya penuh liku.

Kritik terhadap Kehidupan Modern

Puisi ini juga dapat dimaknai sebagai kritik terhadap kehidupan modern yang sering kali membuat manusia kehilangan arah. Dalam larik “suara kita terpendam dalam nyanyian para penziarah,” Novita Dina menggambarkan bagaimana suara hati sering kali tersesat di tengah hiruk pikuk kehidupan.

Kehidupan modern penuh dengan kebingungan dan pelarian, seperti tergambar dalam “entah ke mana harus berlabuh atau aliri arus tak kenal pulang.” Ini menyiratkan bahwa manusia, dalam upayanya mencari makna, sering kali terjebak dalam siklus tanpa akhir.

Pesan: Menemukan Makna di Tengah Kegelapan

Salah satu pesan utama puisi ini adalah bahwa dosa dan harapan adalah bagian integral dari perjalanan manusia. Melalui larik “dalam kegelapan kutemukan diriku,” Novita Dina mengingatkan kita bahwa kegelapan atau kesalahan bukanlah akhir, melainkan kesempatan untuk menemukan cahaya baru.

Larik “sebutir cahaya kau sebut dosa, dan kusimpan sebagai petunjuk bagi jiwa yang terluka” menunjukkan bagaimana kesalahan dapat menjadi pelajaran berharga jika diterima dengan ikhlas. Ini adalah pesan tentang pentingnya introspeksi dan keberanian untuk menghadapi sisi gelap dalam diri sendiri.

Gaya Bahasa dan Kekuatannya

Gaya bahasa dalam Hitam Putih mencerminkan kompleksitas tema yang diangkat. Pemilihan diksi seperti “siluet ragu,” “lorong sunyi berpeluh luka,” dan “peluh membeku” menciptakan suasana gelap namun reflektif, membawa pembaca ke dalam dunia batin tokoh.

Penggunaan metafora seperti “hitam dan putih hanyalah selimut-selimut lama yang tak kita kenakan” menambah kedalaman puisi, menunjukkan bahwa dosa dan harapan adalah kenangan dan pengalaman yang tak selalu terlihat tetapi tetap memengaruhi perjalanan hidup.

Puisi "Hitam Putih" karya Novita Dina adalah karya yang menggugah dan penuh makna. Dengan menggambarkan dualitas dosa dan harapan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan batin mereka sendiri.

Novita Dina menyampaikan pesan bahwa meskipun manusia sering kali tersesat dalam dosa atau kebingungan, selalu ada harapan dan kesempatan untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan. Dalam kehidupan, hitam dan putih bukanlah tujuan akhir, melainkan bagian dari proses menjadi manusia yang lebih bijaksana dan penuh kasih.

Puisi ini mengajarkan pentingnya introspeksi, penerimaan diri, dan keberanian untuk mencari jalan keluar dari kegelapan menuju terang. Puisi "Hitam Putih" bukan hanya sekadar puisi, tetapi juga cermin bagi jiwa manusia.

Novita Dina
Puisi: Hitam Putih
Karya: Novita Dina

Biodata Novita Dina:
  • Novita Dina adalah nama pena dari Novita Sari. Perempuan pecinta buku dan puisi. Alumnus pendidikan Manajemen Keuangan ITB AD Jakarta. Pernah belajar di Asqa Imagination School (AIS). Buku kumpulan puisinya, Dear Rena terbit pada 2021. Buku keduanya kumpulan quote, Stop Being Perfect terbit pada 2024. Karyanya juga terhimpun di berbagai buku antologi bersama penulis lainnya. Karyanya juga tersebar di berbagai media online. Juara 2 dalam ajang Asqa Book Award ke-XXIV tahun 2024. Beberapa kali memenangkan lomba menulis quote dan penulis terpilih dalam lomba puisi.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.