Elegi di Ujung Rakit
Hampar ilalang merayu senja
angin bisikkan cerita rumpun padi
lesung tua di ujung desa menanti
suara memarut sunyi, serupa rindu
menggenang di atas jernih sungai
Rakit berayun bersama arus
susuri lekuk lembut hutan rahasia
daun-daun berbisik dalam isyarat
elegi tersembunyi di antara akar
dan sepi peluk tepian cerita
Rumah kecil di bawah pohon tua
bernapas dalam alun lembut embun
malam merangkul cahaya kunang-kunang
mematri kisah pada lembar kelam
seolah waktu terhenti di lekuk dahan
Hampar bayang bintang di permukaan
air bergetar lembut menyapa bulan
di tengah pekat, ada harmoni
pada rakit, pada lesung, pada elegi
menunggu pagi menyulam kembali
Penyair tunduk diam kagum
pada kuasa semesta melukis mahakarya
tinta langit dan tanah bersaksi
setiap lembar alam menjelma bait
puisinya tak pernah mampu melampaui.
Nganjuk, 10 Desember 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Elegi di Ujung Rakit" karya Dwy S.W adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenungi keindahan alam dan hubungan mendalam manusia dengan lingkungan sekitarnya. Puisi ini penuh dengan gambaran visual yang kuat, perasaan nostalgia, dan refleksi mendalam tentang waktu, kesunyian, serta harmoni alam.
Gambaran Alam Sebagai Tokoh Sentral
Dari awal hingga akhir, puisi ini membawa pembaca menyusuri lanskap pedesaan yang alami dan tenang. Elemen seperti hampar ilalang, lesung tua, sungai jernih, dan rakit menjadi simbol yang menggambarkan kesederhanaan kehidupan di desa.
- Hampar Ilalang dan Senja: Baris pembuka “Hampar ilalang merayu senja” menggambarkan betapa harmonisnya alam yang hidup berdampingan dengan waktu. Senja, sebagai peralihan hari, menjadi simbol perenungan dan keindahan yang singkat namun berkesan.
- Rakit dan Sungai: Rakit yang berayun bersama arus sungai melambangkan perjalanan hidup yang mengikuti aliran waktu. Ada rasa pasrah dan penerimaan yang disiratkan melalui gerakan rakit yang lembut.
- Hutan Rahasia dan Daun Berbisik: Hutan dengan daun-daunnya yang berbisik mencerminkan misteri dan kedalaman alam yang menyimpan cerita tersembunyi, elegi yang tidak terucap namun dapat dirasakan.
Harmoni Antara Alam dan Kehidupan
Puisi ini tidak hanya menggambarkan alam, tetapi juga bagaimana kehidupan manusia menyatu dengan lingkungan tersebut.
- Rumah Kecil di Bawah Pohon Tua: Rumah kecil menjadi simbol kehidupan sederhana yang selaras dengan alam. Embun pagi dan cahaya kunang-kunang menciptakan suasana yang damai, seolah waktu melambat di tempat tersebut.
- Lesung Tua Menanti Suara: Lesung tua di ujung desa adalah simbol tradisi dan kehidupan agraris. Ia menanti suara—sebuah perwujudan nostalgia akan masa lalu ketika tempat itu penuh kehidupan dan aktivitas.
Refleksi tentang Waktu dan Kehidupan
Waktu menjadi tema sentral yang disiratkan dalam puisi ini.
- Elegi di Antara Akar dan Sepi: Elegi biasanya merujuk pada ekspresi duka atau kerinduan. Di sini, elegi tersembunyi menggambarkan rasa kehilangan atas sesuatu yang dulu ada tetapi kini hilang, mungkin kebersamaan, mungkin tradisi yang memudar.
- Bintang, Bulan, dan Harmoni Malam: Langit malam yang pekat menjadi cerminan bagaimana alam selalu hadir dengan keindahannya, meskipun manusia sering melewatkannya. Harmoni yang tercipta di tengah malam mengingatkan kita untuk menghargai momen-momen kecil dalam hidup.
Gaya Bahasa dan Simbolisme
- Gaya Bahasa Deskriptif: Dwy S.W menggunakan gaya bahasa yang sangat deskriptif, sehingga pembaca dapat dengan mudah membayangkan pemandangan dan suasana dalam puisi ini. Pilihan kata seperti “angin bisikkan cerita”, “daun-daun berbisik dalam isyarat”, dan “malam merangkul cahaya kunang-kunang” menciptakan kesan lembut dan puitis.
- Simbol Rakit dan Lesung: Rakit melambangkan perjalanan, baik secara fisik maupun spiritual, sedangkan lesung tua menjadi lambang kenangan akan tradisi dan masa lalu.
- Personifikasi Alam: Alam dalam puisi ini seolah menjadi karakter yang hidup: angin berbisik, daun berbicara, dan malam merangkul cahaya. Ini menggambarkan hubungan erat antara manusia dan lingkungan, di mana alam tidak hanya diam tetapi juga berbicara kepada manusia yang mau mendengar.
Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan pembaca untuk menghargai keindahan dan kedamaian yang ditawarkan oleh alam. Ada ajakan untuk merenung, menghormati tradisi, dan menyatu dengan lingkungan. Elegi di Ujung Rakit juga mengingatkan kita bahwa hidup, seperti rakit yang mengalir mengikuti arus, adalah perjalanan yang harus kita jalani dengan penerimaan dan kebijaksanaan.
Dwy S.W melalui "Elegi di Ujung Rakit" menciptakan sebuah karya yang tidak hanya memanjakan imajinasi pembaca tetapi juga menyentuh hati mereka. Dengan menggambarkan kehidupan pedesaan yang damai, waktu yang seolah terhenti, dan harmoni antara manusia dan alam, puisi ini mengingatkan kita akan keindahan yang sering terlupakan dalam kehidupan modern.
Puisi ini menjadi pengingat bahwa setiap elemen alam adalah bagian dari mahakarya semesta, dan kita, sebagai manusia, hanyalah saksi dari keajaiban tersebut. Melalui puisi ini, Dwy S.W tidak hanya melukiskan pemandangan tetapi juga menyulam perasaan, kenangan, dan harapan dalam setiap barisnya.
Karya: Dwy S.W
Biodata Dwy S.W:
- Dwy S.W lahir di Nganjuk pada 23 Juni. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni STKIP PGRI Nganjuk. Aktif menulis puisi serta cerpen.
- Penyair tergabung di COMPETER Indonesia sejak bulan Oktober 2023. Pernah belajar puisi di kelas AIS #49 dan AIS #50. Sekarang termasuk 30 besar Anugerah COMPETER Indonesia (ACI) 2025 yang pemenangnya akan diumumkan pada 1 Januari 2025.
- Novela pertamanya terbit pada November 2023 berjudul "Sepenggal Sejarah Hidupku". Karya-karyanya termasuk dalam antologi "Narasi Tjah Nganjuk" (AP Publisher), Antologi Puisi Solo pertama berjudul "Rindu Bersua Wana" (Edwrite), "Aksara Menembus Angkasa" (Symperifora), "Cahaya Hati" (Mumtaz), "Sebuah Goresan Aksara" (Fit Cahaya Media), "Langit Diksi" (Dwi Sastra Publisher), "Petualangan di Negeri Tak Terbatas" (AE Publishing).
- Ia meraih berbagai penghargaan, di antaranya Juara 2 Menulis Cerpen Fantasi (AE Publishing), Juara 2 Menulis Puisi (Symprerifora), Juara Harapan 3 Cerpen Tema Bebas (Dwi Sastra Publisher), Kategori 30 Besar Puisi Tema Kerinduan (Mumtaz). Kini, Juara Harapan 2 Event Puisi Tema Bebas (Fit Cahaya Media).
- Penyair dapat disapa di Instagram @dwidoraemon