Cerita Bapakku
Bapakku menurunkan ketela di punggungnya
memahatnya menjadi Gatotkaca
Bapak komat-kamit melanjutkan cerita
astron di dada "Satria perkasa bertulang baja."
Samudera matanya bergelombang
menengok kilau Ironman di layar kaca
Tangan kapasnya menyapu dada
beranjak menanggalkan jubah
menggandeng tangan batari memasak
pati budaya.
Bendungan, 29 November 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Cerita Bapakku" karya A. Satya merupakan karya sastra yang menggambarkan perjalanan batin seorang anak yang merenungkan sosok ayahnya, penuh dengan simbolisme dan penggambaran yang mendalam. Dalam puisi ini, kita melihat bagaimana kehidupan dan imajinasi seorang bapak dapat membentuk pandangan hidup anaknya, serta peran budaya dan cerita dalam kehidupan keluarga.
Simbol Ketela yang Menjadi Gatotkaca
Baris pertama puisi ini, "Bapakku menurunkan ketela di punggungnya / memahatnya menjadi Gatotkaca," menggunakan metafora yang kuat. Ketela, yang merupakan tanaman umbi-umbian yang sederhana, digambarkan sebagai sesuatu yang lebih besar dan bermakna saat diterjemahkan oleh tangan seorang ayah. Proses "memahatnya menjadi Gatotkaca" menunjukkan bahwa ayah, meskipun bekerja dengan hal yang sederhana, mampu menciptakan sesuatu yang lebih besar, mulia, dan penuh makna.
Gatotkaca sendiri adalah tokoh dalam mitologi Jawa yang dikenal sebagai pahlawan yang perkasa dan memiliki kekuatan luar biasa. Dengan menyebutkan Gatotkaca, puisi ini menggambarkan bagaimana seorang ayah bisa menjadi sosok yang kuat dan penuh penghormatan dalam kehidupan anaknya, bahkan melalui tindakan yang tampak sederhana.
Keberanian dan Perjuangan dalam Cerita
Lanjutannya, "Bapak komat-kamit melanjutkan cerita / astron di dada 'Satria perkasa bertulang baja.'" menggambarkan betapa seorang ayah selalu berusaha mendidik dan mengajarkan nilai-nilai keberanian dan perjuangan kepada anaknya. Astron yang mungkin merujuk pada kekuatan atau semangat, diungkapkan dengan kata-kata seperti "satria perkasa bertulang baja," menggambarkan seorang ksatria yang kuat dan tak tergoyahkan, seperti keteguhan dan kegigihan yang diharapkan ditularkan kepada sang anak.
Puisi ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh cerita dan kisah-kisah yang disampaikan seorang ayah dalam membentuk karakter dan nilai dalam diri anak-anaknya. Cerita ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga pendidikan tentang nilai keberanian, kekuatan, dan integritas.
Perjalanan Mata dan Imajinasi Sang Ayah
Baris "Samudera matanya bergelombang" memberikan gambaran visual yang sangat kuat, dengan menggunakan samudera untuk menggambarkan mata sang ayah yang memiliki kedalaman dan dinamika yang luar biasa. Mata yang "bergelombang" menunjukkan betapa banyaknya perasaan dan pemikiran yang ada di dalamnya. Seperti samudera yang penuh dengan arus, mata sang ayah penuh dengan pengalaman hidup, baik suka maupun duka.
Melalui imajinasi sang ayah yang melihat Ironman di layar kaca, kita dapat melihat pergeseran dari dunia nyata menuju dunia fiksi dan impian. Ironman adalah sosok pahlawan modern yang penuh teknologi dan kekuatan. Ayah, meskipun menyaksikan tokoh fiksi seperti Ironman, tetap berpegang pada nilai-nilai pahlawan yang lebih dalam, yakni keberanian dan keteguhan hati.
Melepaskan Jubah dan Menggandeng Batari
Baris selanjutnya, "Tangan kapasnya menyapu dada / beranjak menanggalkan jubah / menggandeng tangan batari memasak / pati budaya," melambangkan sebuah peralihan atau transformasi. Tangan kapas yang menyapu dada mungkin menggambarkan kelembutan dan kasih sayang seorang ayah yang dengan penuh cinta mengurus keluarga. "Menanggalkan jubah" bisa berarti melepaskan topeng atau identitas tertentu dan kembali pada kesederhanaan dan keaslian diri.
Menggandeng batari (dewi atau wanita dalam mitologi Jawa) bisa diartikan sebagai simbol kerjasama dan harmoni dalam membangun keluarga atau masyarakat. Memasak pati budaya adalah sebuah gambaran bahwa ayah, bersama dengan ibu atau pasangan hidup, tidak hanya berjuang dalam mencukupi kebutuhan fisik, tetapi juga menjaga dan merawat nilai-nilai budaya yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Makna Budaya dan Warisan Keluarga
Puisi ini bukan hanya menggambarkan hubungan anak dengan ayah, tetapi juga bagaimana budaya dan nilai-nilai luhur diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pati budaya di akhir puisi ini menyiratkan bahwa dalam setiap tindakan sederhana seorang ayah, ada usaha untuk menjaga dan menghidupi budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Puisi ini menekankan bahwa budaya bukan hanya tentang adat istiadat yang diwariskan, tetapi juga tentang nilai-nilai hidup yang terus diteruskan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam cerita yang diceritakan oleh seorang ayah kepada anaknya. Cerita-cerita ini membentuk cara berpikir dan bertindak, dan menjadi bagian dari warisan budaya yang penting.
Puisi "Cerita Bapakku" karya A. Satya memberikan gambaran yang sangat mendalam dan penuh makna tentang peran seorang ayah dalam membentuk karakter anak-anaknya melalui cerita dan simbolisme yang kaya. Ayah, dalam puisi ini, tidak hanya berperan sebagai penyokong materi, tetapi juga sebagai pahlawan yang mengajarkan nilai keberanian, kekuatan, dan pentingnya menjaga dan menghormati budaya.
Bapak, meskipun melalui tindakan sehari-hari yang sederhana, adalah seorang pahlawan yang menghidupkan semangat juang dalam keluarga. Puisi ini mengingatkan kita bahwa kekuatan seorang ayah terletak pada cara ia membentuk karakter, mendidik, dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan, serta menjaga warisan budaya yang ada.
Karya: A. Satya
Biodata A. Satya:
- A. Satya lahir di Trenggalek pada tanggal 7 Agustus, bisa disapa di Instagram @aguse.tiaw.
- Buku yang pernah ditulis adalah: Antologi bersama cerpen “Serpihan-Serpihan Imaji” (2018) dan “Menjemput Takdir” (2020); Antologi bersama puisi “Pelipur Kecil” (2019), “Puisi dan Kisah yang Tak Terhapus” (2021), dan “Dalam Perjalanan” (2021); Antologi bersama pantun “Menggolek Tual Sagu”(2024).
- Ia pernah belajar di Kelas Puisi Online: WR, AIS, Hero di Embus Nafasku.
- A. Satya pernah menjadi Juara 3 Lomba Cipta dan Baca Puisi tahun 2021 yang diadakan PGRI Kabupaten Trenggalek, 5 Besar Lomba Cipta Puisi Kelahiran-Kematian AIS 2024.
- Saat ini termasuk 30 Besar Anugerah COMPETER Indonesia (ACI) 2025 yang pemenangnya akan diumumkan pada 1 Januari 2025.