Kemudahan akses internet telah membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia modern. Di satu sisi, internet memudahkan akses informasi dan memperluas jaringan komunikasi. Namun, di sisi lain, kemudahan ini juga membuka peluang terhadap hal-hal negatif, salah satunya adalah pornografi. Pornografi, yang dulunya hanya dapat diakses melalui media-media terbatas, kini dengan mudah dijangkau melalui berbagai platform online. Akibatnya, banyak individu, terutama kalangan mahasiswa, terjerat dalam lingkaran konsumsi pornografi yang berdampak buruk pada prestasi akademik, kesehatan mental, dan jati diri.
Kisah berikut ini menggambarkan realita tersebut. Seorang mahasiswa yang awalnya dikenal berprestasi, aktif berorganisasi, dan memiliki etika yang baik, perlahan-lahan kehilangan semua itu akibat kecanduan pornografi. Awalnya, hanya rasa ingin tahu yang mendorongnya mengakses konten dewasa. Kemudahan akses diberbagai situs dan platform yang menyediakan konten tersebut dengan mudah membuatnya terjerat. Secara bertahap, kebiasaan menonton pornografi menggerogoti waktu belajar dan aktivitas positif lainnya. Kuliah terasa berat, konsentrasi terganggu, dan prestasi akademiknya merosot tajam. Ia kehilangan tempatnya di jajaran mahasiswa berprestasi, dan yang lebih menyedihkan, ia kehilangan semangat hidupnya.
Dampak pornografi tidak hanya berhenti pada penurunan prestasi akademik. Lebih jauh, pornografi telah menghancurkan jati dirinya. Jiwa sosialnya memudar, digantikan oleh rasa malu dan isolasi. Ia menarik diri dari pergaulan, menghindari teman dan rekan organisasinya. Hubungannya dengan keluarga dan teman menjadi renggang. Pandangannya terhadap lawan jenis pun terdistorsi, dipengaruhi oleh citra-citra yang tidak realistis dan eksploitatif dalam konten pornografi. Ia merasa kehilangan arah dan tujuan hidup.
Kasus ini bukanlah kejadian yang terisolasi. Banyak mahasiswa lain mengalami dampak serupa akibat konsumsi pornografi. Kecanduan ini menciptakan siklus yang merusak: kepuasan sesaat digantikan oleh rasa bersalah, depresi, dan mengurung diri yang berkepanjangan. Pornografi tidak hanya merampas prestasi akademis, tetapi juga menghancurkan kesehatan mental dan hubungan sosial.
Hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesucian diri: “Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah dan menyukai sikap yang baik. Allah SWT menyukai orang yang menjaga kesucian dirinya dan selalu berbuat baik.” (HR. Tirmidzi).
Hadis lain juga menekankan pentingnya menjaga pandangan mata: "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penunduk baginya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Konsumsi pornografi jelas bertentangan dengan ajaran-ajaran tersebut, merusak kesucian diri dan menghambat seseorang untuk berbuat baik.
Kisah ini menjadi peringatan bagi kita semua tentang bahaya laten pornografi. Pencegahan dan intervensi dini sangat krusial untuk melindungi mahasiswa dari dampak merusak konten dewasa daring. Edukasi yang komprehensif tentang bahaya pornografi, dukungan keluarga dan lingkungan sosial, serta akses mudah ke layanan konseling dan terapi, merupakan langkah-langkah penting yang perlu segera diimplementasikan. Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga agar kita semua dapat terhindar dari jerat yang sama dan membangun kehidupan yang lebih bermakna dan produktif.
Biodata Penulis:
Puthut Bagus Ferdyansyah saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret.