Ujian Tengah Semester di bangku kuliah itu sudah kayak medan perang loh. Bukan hanya tentang seberapa jago kita paham akan materi yang diujikan, tapi juga tentang seberapa pintar kita dalam menentukan tempat duduk. Bangku belakang adalah tempat duduk idaman mahasiswa yang memang kurang dalam proses belajarnya, atau bahkan tidak belajar oops. Sudah tidak heran lagi kalau banyak mahasiswa yang rela datang satu atau bahkan dua jam lebih awal untuk mendapatkan barisan bangku belakang, padahal kalau kelas biasa saja datangnya selalu telat.
Bukan hanya berebut kursi untuk diri sendiri saja, tapi tak jarang seseorang datang lebih awal untuk mem-booking-kan teman se-geng-nya dengan menaruhkan kertas berisi nama di atas kursi tersebut. Hal ini memang agak menyebalkan apalagi untuk orang yang sudah berangkat lebih awal dan ingin menempati kursi tersebut namun kursinya sudah ditandai dengan nama orang lain. Biasanya, orang yang menempati bangku depan saat ujian adalah orang pintar di kelasnya sehingga dia tidak perlu drama berebut kursi dengan orang lain melainkan fokus belajar agar bisa mengerjakan dengan jujur dan benar.
Kursi barisan belakang sudah dicap sebagai bintang kelas, apalagi bagi mahasiswa yang tidak terlalu memperhatikan materi di kelas atau bahkan tidak mencatat. Mahasiswa berpikir mereka bisa menggunakan taktik jitu untuk menggapai nilai idaman, padahal pengawas sendiri sudah khatam dengan taktik yang akan dilakukan mahasiswa ini karena memang sudah menjadi budaya saja, kesannya memang gak adil tapi ya begitulah kehidupan di kampus. Ada beberapa alasan nih kenapa bangku belakang itu digemari banget, berikut penjelasannya.
1. Bisa Ngeluarin Taktik Jitu
Ini dia nih alasan kenapa bangku belakang itu jadi bangku idaman, bukan hanya karena jauh dari sinisan pengawas tapi mahasiswa bisa mengeluarkan jurus andalannya, yaitu toleh kanan kiri ke teman dengan alibi minjem b4edfrulpen lah, kertas jatuh lah dan banyak lagi. Mahasiswa yang duduk di bangku belakang punya rasa percaya diri yang tinggi karena mahasiswa berpikir mereka tidak akan ketahuan di belakang sana. Padahal ya, kalau pengawasnya teliti say good bye saja deh buat partner nyontek kalian.
2. Penghuninya Solid Abiez
Di bangku belakang, mayoritas penghuninya adalah orang-orang yang kurang persiapan di malam sebelumnya. Nah, karena kebanyakan penghuninya adalah orang dengan model yang sama, terciptalah rasa solidaritas yang kerasa banget hasil diskusinya. Biasanya orang-orang di bangku belakang melakukan kerja sama tim yang solid. Mereka saling membantu dengan membagi bagi jawaban, dan njelasin soal supaya tidak tersesat sendirian. Pengalaman seperti ini gak bakal ditemui kalau duduk di depan, kekompakan penghuni bangku belakang memang sangat tinggi.
3. Merasa Tidak Terlalu Tertekan
Bagi sebagian mahasiswa, duduk depan itu terkesan tegang dan horor karena sudah pasti tersorot jelas oleh pengawas yang bikin tegang dan kadang susah konsen. Duduk depan itu bikin nervous karena diliatin terus sama pengawas dan gak bisa berkutik sama orang lain. Nah sedangkan di bangku belakang, mereka merasa lebih bebas, palingan sesekali liat pengawas muter buat mastiin keadaan aman gak buat nyontek teman.
Pada akhirnya tempat duduk itu hak mahasiswa, mau di depan atau di belakang, tetap balik lagi ke persiapan masing-masing. Jadi, walaupun bangku belakang terkesan aman dan idaman, faktanya nilai bagus tuh lebih sering didapat dari usaha asli seseorang, walaupun kadang ada beberapa yang dapat dari hasil nyontek.
Emang sih duduk belakang itu kesannya rileks dan bisa ngeluarin taktik jitu, tapi itu gak langsung bikin nilai jadi bagus. Nilai bagus itu adalah hasil hasil dari kerja keras otak berpikir, bukan hanya taktik saja.
Intinya kalau mau nilai bagus matangkan persiapan sebelum ujian, percaya deh hasil asli itu lebih puas didapetin dari kerja keras daripada hasil taktik jitu.
Biodata Penulis:
Audreya Putri Calysta, lahir 22 Januari 2006 di Sragen, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret.