Cerebral palsy (CP) adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi pergerakan dan koordinasi tubuh seseorang. Hal ini terjadi akibat kerusakan pada otak yang mengontrol otot dan gerakan tubuh, dan sering kali berhubungan dengan masa bayi atau anak-anak. Namun, seperti yang diutarakan pafisorong.org, banyak orang yang tidak menyadari bahwa beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan cerebral palsy dapat dimulai jauh sebelum kelahiran, yaitu saat kehamilan. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas penyebab cerebral palsy yang dapat terjadi selama masa kehamilan, serta faktor-faktor risiko yang harus diperhatikan oleh calon ibu.
1. Gangguan Perkembangan Otak pada Janin
Penyebab utama cerebral palsy adalah kerusakan pada otak yang terjadi pada masa perkembangan janin, yaitu selama kehamilan. Gangguan ini dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari infeksi yang memengaruhi ibu hamil hingga kelainan genetik yang menyebabkan kelainan struktural pada otak janin. Salah satu penyebab yang cukup signifikan adalah infeksi yang terjadi pada trimester pertama atau kedua kehamilan. Misalnya, infeksi virus seperti rubella atau toxoplasmosis dapat mengganggu perkembangan otak janin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan cerebral palsy setelah kelahiran.
Penting untuk diketahui bahwa banyak infeksi ini bisa dicegah atau ditangani dengan vaksinasi atau perawatan medis yang tepat. Oleh karena itu, ibu hamil yang merencanakan kehamilan atau yang sedang hamil disarankan untuk mengikuti jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh dokter untuk meminimalkan risiko infeksi yang dapat menyebabkan masalah pada janin.
2. Masalah pada Plasenta
Plasenta merupakan organ penting yang menghubungkan ibu dan janin, bertugas untuk menyediakan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin untuk berkembang. Gangguan pada plasenta, seperti plasenta previa (posisi plasenta yang tidak normal) atau plasenta abrupsi (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya), dapat mengganggu pasokan oksigen dan nutrisi ke janin. Ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak pada janin yang akhirnya berpotensi menimbulkan cerebral palsy.
Kurangnya oksigen yang cukup selama masa kehamilan dapat menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen), yang merupakan faktor risiko utama perkembangan cerebral palsy. Hipoksia yang terjadi di dalam rahim dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian otak yang mengatur gerakan dan koordinasi tubuh, meningkatkan kemungkinan anak mengalami CP setelah lahir.
3. Prematuritas dan Berat Lahir Rendah
Salah satu faktor risiko yang cukup sering dikaitkan dengan cerebral palsy adalah prematuritas, atau kelahiran bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi yang lahir prematur memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi medis, termasuk gangguan pada otak. Selain itu, bayi yang lahir dengan berat badan rendah juga berisiko lebih besar mengalami masalah perkembangan otak yang bisa berujung pada cerebral palsy.
Bayi prematur sering kali membutuhkan perawatan intensif di ruang perawatan khusus bayi baru lahir (NICU), dan mereka lebih rentan terhadap infeksi, masalah pernapasan, dan gangguan peredaran darah. Semua masalah ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada otak yang akhirnya dapat menyebabkan cerebral palsy.
4. Komplikasi Kehamilan yang Mempengaruhi Kesehatan Ibu
Beberapa komplikasi medis pada ibu hamil, seperti preeklamsia (tekanan darah tinggi yang disertai dengan pembengkakan dan gangguan fungsi ginjal), dapat berpengaruh langsung pada kesehatan janin. Preeklamsia dapat mengganggu aliran darah ke plasenta, yang pada gilirannya memengaruhi pasokan oksigen dan nutrisi untuk janin. Tanpa asupan yang memadai, janin berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan, termasuk cerebral palsy.
Selain preeklamsia, diabetes gestasional (diabetes yang terjadi selama kehamilan) juga dapat meningkatkan risiko terjadinya cerebral palsy pada bayi. Ibu yang menderita diabetes gestasional berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lebih besar, yang sering kali menyebabkan trauma fisik saat proses kelahiran dan berpotensi menyebabkan kerusakan otak.
5. Penggunaan Alkohol, Obat-obatan, dan Tembakau Selama Kehamilan
Kebiasaan ibu hamil yang mengonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, atau merokok selama kehamilan juga berisiko besar menyebabkan cerebral palsy pada anak. Alkohol, misalnya, dapat menyebabkan sindrom alkohol janin (Fetal Alcohol Syndrome) yang mengganggu perkembangan otak dan dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti cerebral palsy. Merokok selama kehamilan juga dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, yang semuanya berkontribusi pada potensi terjadinya CP.
Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain atau heroin, juga dapat mengganggu perkembangan janin, termasuk pada otak, yang akhirnya menyebabkan kerusakan yang berhubungan dengan cerebral palsy. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menghindari konsumsi zat-zat yang berisiko ini demi kesehatan bayi yang lebih baik.
6. Faktor Genetik dan Kondisi Kesehatan Ibu
Faktor genetik juga berperan dalam risiko cerebral palsy. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelainan genetik atau gangguan pada kromosom dapat mempengaruhi perkembangan otak janin. Misalnya, mutasi genetik tertentu yang memengaruhi perkembangan otak atau sistem saraf dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak lahir dengan cerebral palsy.
Selain itu, kondisi kesehatan tertentu yang dimiliki oleh ibu sebelum kehamilan juga bisa berisiko. Ibu yang memiliki riwayat gangguan neurologis atau masalah medis lainnya, seperti kelainan tiroid atau kelainan pembekuan darah, bisa lebih rentan terhadap komplikasi selama kehamilan yang akhirnya meningkatkan risiko cerebral palsy pada anak.
7. Pengaruh Lingkungan dan Paparan Racun
Paparan terhadap bahan kimia berbahaya dan polusi udara juga dapat menjadi faktor risiko cerebral palsy pada masa kehamilan. Ibu hamil yang terpapar zat-zat beracun seperti pestisida, logam berat, atau bahan kimia industri berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur atau mengalami komplikasi yang berdampak pada perkembangan otak janin. Paparan terhadap polusi udara yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko masalah pernapasan pada ibu hamil, yang berhubungan langsung dengan hipoksia janin dan dapat menyebabkan cerebral palsy.
8. Trauma atau Cedera pada Ibu Selama Kehamilan
Selain faktor-faktor internal, trauma fisik atau cedera yang dialami ibu hamil juga dapat memengaruhi kesehatan janin. Kecelakaan atau benturan keras yang menyebabkan cedera pada perut ibu dapat mengganggu perkembangan janin atau menyebabkan kerusakan langsung pada otak janin, yang dapat menyebabkan cerebral palsy. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk menghindari situasi yang berisiko menyebabkan cedera fisik atau trauma selama kehamilan.
Cerebral palsy adalah kondisi yang kompleks, dan meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini selama kehamilan. Infeksi, masalah plasenta, kelahiran prematur, kebiasaan merokok, dan penggunaan alkohol atau obat-obatan selama kehamilan merupakan beberapa faktor yang dapat berperan dalam perkembangan cerebral palsy pada bayi. Untuk itu, penting bagi setiap ibu hamil untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat, mengikuti jadwal imunisasi, serta menghindari kebiasaan yang berisiko agar dapat meminimalkan potensi terjadinya cerebral palsy pada anak.
Menjaga kesehatan tubuh dan janin selama kehamilan merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko gangguan neurologis, seperti cerebral palsy. Sebagai calon ibu, penting untuk memahami faktor-faktor risiko ini dan berkonsultasi dengan tenaga medis untuk memastikan kehamilan yang sehat dan aman bagi bayi yang akan dilahirkan.