Sejak Covid-19 warga Indonesia semakin banyak yang memakai media sosial. Tetapi banyak juga yang tidak memanfaatkan media sosial dengan baik. Dengan adanya media sosial, berita lebih mudah untuk tersebar, mudah untuk bersosialisasi hanya lewat genggaman tangan. Dengan itu banyak juga yang menyebarkan berita hoax/palsu, ujaran kebencian, mudah untuk diadu domba, dan bahkan ujaran rasisme.
Dampak yang dihasilkan pun bermacam-macam dari menciptakan lingkungan digital yang beracun (toxic), menghambat proses dan pertukaran informasi, menimbulkan rasa tidak aman bagi orang lain, menurunkan kepercayaan publik, bahkan dapat menimbulkan sanksi sosial. Karena media sosial sekarang semakin banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia dari anak kecil sampai orang dewasa.
Etika berbahasa di media sosial penting untuk menjaga komunikasi tetap positif dan mencegah berbagai dampak negatif seperti misinformasi, ujaran kebencian, dan konflik antar pengguna. Berikut adalah beberapa contoh etika berbahasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh pengguna media sosial di Indonesia.
1. Menggunakan Bahasa yang Sopan dan Santun
Sebaiknya, pengguna media sosial di Indonesia berupaya menggunakan bahasa yang sopan, meskipun sedang berada dalam perdebatan atau percakapan yang memanas. Menghindari kata-kata kasar, ejekan, dan nada yang dapat merendahkan atau menyakiti hati orang lain. Bahasa yang santun tidak hanya mencerminkan kepribadian tetapi juga menunjukkan penghargaan terhadap orang lain.
2. Menghindari Ujaran Kebencian dan Diskriminasi
Media sosial tentu tidak mudah dibangkitkan keinginan berbuat jahat mengingat tidak bersentuhan dan bertatap muka langsung. Kita sebagai pengguna memang sepatutnya bersikap terpuji agar tidak membangkitkan ujaran kebencian, diskriminasi, atau kata-kata yang mengeksploitasi ras apapun yang bisa menimbulkan perpecahan. Melarang diri untuk memberi komentar yang menyentuh agama, suku, ras, atau golongan tertentu adalah kewajiban setiap orang agar stabilitas sosial terpelihara. Salah satu upaya untuk menyelamatkan media sosial adalah dengan tidak menyebabkan hinaan dan kebencian.
3. Menulis dengan Bahasa yang Jelas dan Mudah Dipahami
Di media sosial, menjadi umum untuk melihat kebingungan akibat kalimat yang bisa ditafsirkan dalam berbagai konteks. Pengguna seharusnya berusaha untuk berkomunikasi dengan cara yang jelas, ringkas, dan langsung, terutama dalam komentar atau pendapat. Penggunaan bahasa yang benar dapat mencegah kesalahpahaman yang dapat meningkat menjadi konflik atau argumen yang tidak perlu.
4. Menghindari Penyebaran Hoaks dan Informasi yang Tidak Benar
Banyak orang menggunakan media sosial tanpa berpikir bahwa informasi yang disebar di dunia maya mungkin saja hoaks, dan ini telah menjadi salah satu masalah terbesar di dunia internet. Sangat penting sebagai pengguna yang bertanggung jawab untuk selalu memeriksa keaslian informasi sebelum mendistribusikan informasi lebih lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti akun resmi dan merujuk pada sumber yang terpercaya sehingga informasi yang disebarkan akurat. Hal yang mengkhawatirkan adalah bahwa hoaks ini tidak hanya merusak reputasi sasaran mereka tetapi juga menimbulkan kekacauan di masyarakat.
5. Berkomunikasi Secara Produktif dan Memberikan Kritik yang Membangun
Media sosial memang menjadi tempat rujukan untuk berdiskusi dan berbagi pendapat, namun kita perlu ingat bahwa kritik yang kita sampaikan mengenai suatu hal haruslah membangun. Maksud dari membangun adalah kritik yang berupa solusi dan cara penyampaiannya dapat dengan santun, sedangkan kritik dengan kekerasan adalah kritik yang diungkapkan dengan nada ejekan atau merendahkan seseorang. Maka dari itu, menghargai pendapat orang lain serta saling mengerti adalah tauladan dari manusia.
6. Menghindari Perdebatan yang Tidak Perlu dan Provokasi
Di media sosial, perdebatan seringkali tak terhindarkan. Namun, pengguna sebaiknya menghindari perdebatan yang tidak perlu, terutama jika itu bersifat provokatif atau memicu emosi negatif. Jika menghadapi perdebatan, lebih baik berusaha untuk tetap tenang dan rasional. Menanggapi dengan bahasa yang santai dan tidak emosional adalah salah satu cara untuk menjaga percakapan tetap produktif dan menghindari konflik.
7. Menghormati Privasi dan Hak Orang Lain
Media sosial adalah platform di mana kita dapat berbagi berbagai macam informasi, sementara kita harus menghormati privasi orang lain dengan tidak membagikan informasi pribadi atau informasi sensitif tanpa izin. Mengunggah foto, video, dan data pribadi orang lain di Instagram dapat melanggar privasi mereka dan menyebabkan masalah hukum. Sopan santun adalah salah satu faktor terbesar untuk menjaga hubungan yang baik di media sosial dan melindungi hak-hak seseorang.
8. Menggunakan Emoji dan Tanda Baca dengan Bijak
Emoji dan tanda baca adalah tanda penting yang sering digunakan untuk mengekspresikan emosi atau membingungkan/mengacaukan pesan. Meskipun demikian, pengguna harus berhati-hati dan menjaganya agar tetap pada tingkat yang tepat sehingga tidak ada yang salah mengartikannya sebagai sesuatu yang lain. Penggunaan emoji dan tanda baca yang berlebihan seperti tanda seru yang banyak dapat menciptakan ide yang berbeda atau menimbulkan respons negatif dari penerima. Praktik membuat emoji emosi dan tanda baca yang tidak terlalu berlebihan dengan cara ini akan membuat pesan kita tetap jelas dan sesuai dengan yang diinginkan.
9. Tidak Terburu-buru dalam Membalas Komentar atau Pesan
Media sosial menciptakan keinginan dalam diri kita untuk segera bereaksi terhadap pesan-pesan yang muncul, atau terhadap perdebatan yang kita alami dengan teman. Namun demikian, akan lebih cerdas untuk menarik napas, memperlambat, dan merenungkan berbagai hal, terutama jika kita terjebak dalam banjir emosi yang deras. Hal ini memang benar adanya karena meluangkan waktu untuk mengatasi perasaan Anda dan menyampaikannya dengan cara yang dipikirkan dengan matang dapat memungkinkan penyelesaian, bukannya meningkatkan ketegangan.
10 Menjadi Contoh Pengguna yang Positif
Sebagai pengguna media sosial, kita dapat berperan sebagai contoh yang baik bagi orang lain dengan berinteraksi secara positif. Menyebarkan konten yang bermanfaat, memberikan komentar yang membangun, dan mendukung kreativitas orang lain adalah cara untuk menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab. Dengan bersikap positif, kita turut berkontribusi dalam menciptakan budaya komunikasi yang sehat dan menyenangkan.
Etika berbahasa di media sosial adalah panduan untuk menjaga komunikasi tetap santun dan positif di tengah kebebasan berekspresi yang ditawarkan oleh media sosial. Dengan menerapkan etika ini, pengguna media sosial di Indonesia dapat berperan dalam menciptakan lingkungan media sosial yang aman, nyaman, dan bermanfaat bagi semua pihak.
Berbahasa dengan baik di media sosial tidak hanya membantu kita membangun citra diri yang positif, tetapi juga menjaga kerukunan di masyarakat digital yang semakin luas dan beragam.
Biodata Penulis:
Ahmad Aditya Nugraha saat ini aktif sebagai mahasiswa Informatika, di Universitas Sebelas Maret.