Peminat Rubik Dicap sebagai Orang Cerdas, Mengapa Demikian?

Jika kamu melihat tutorial untuk menyelesaikan rubik di internet, kamu mungkin akan menemukan algoritma yang berbeda-beda, namun apabila kamu ....

Rubik bukan suatu barang yang asing bagi kita. Siapa sih yang tidak kenal dengan puzzle yang satu ini. Puzzle yang berbentuk kubus yang memiliki warna berbeda di setiap sisinya, yaitu warna merah, biru, hijau, kuning, oranye, dan putih. Permainan ini cukup populer di kalangan anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Pada masa kini, rubik telah berkembang dan memiliki banyak varian. Mulai dari varian 3x3 yang kita kenal, varian 2x2, 4x4, hingga varian 5x5 dan seterusnya. Bahkan, bukan hanya berbentuk kubus, rubik sekarang telah berkembang dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti piramid, megaminx, rubik mirror, rubik skewb, dan berbagai bentuk lainnya. Tingkat kesulitan yang dirasa cukup tinggi membuat orang-orang beranggapan bahwa orang yang bisa menyelesaikan rubik adalah orang yang cerdas, tapi mengapa demikian? Di sini saya akan memaparkan pendapat berdasarkan pengalaman saya selama menjadi sosok peminat rubik mengenai stigma masyarakat tentang peminat rubik yang dicap sebagai orang yang cerdas.

Peminat Rubik Dicap sebagai Orang Cerdas

Pemain harus mengembalikan warna sesuai sisinya untuk menyelesaikan permainan ini. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah. Dalam satu rubik 3x3 memiliki 43 triliun kombinasi yang berbeda, artinya setiap putaran dalam mengacak rubik, pasti akan menghasilkan penyelesaian dan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Oleh karena hal tersebut, rubik disebut salah satu permainan yang cukup rumit. Sejak Rubik ini diciptakan, sampai saat ini orang-orang masih berlomba-lomba untuk menyelesaikannya dengan cepat. Ada yang mengatakan bahwa orang yang dapat menyelesaikan rubik disebut orang yang cerdas dalam ilmu matematika. Lalu, bagaimana sebenarnya mekanisme di dalam rubik? Apakah terdapat hubungan rubik dengan ilmu matematika?

Mekanisme dalam rubik melibatkan beberapa ilmu matematika. Karena banyaknya kombinasi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan rubik, permainan ini melibatkan ilmu kombinatorika. Rubik 3x3 sendiri merupakan salah satu bentuk geometri yaitu kubus, memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Permainan ini juga mengaitkan ilmu penalaran, logika, dan pemecahan masalah, para pemain perlu memikirkan suatu cara yang tepat dan efisien untuk menyelesaikan suatu kasus rubik. Selain itu, macam gerakan putaran sisi rubik juga mengandung unsur gerakan seperti sumbu X, Y, Z, Vertikal, Horizontal. Hal ini dapat dibuktikan dengan bermacam-macam pergerakan sisi rubik yang dalam dunia rubik disebut notasi, seperti R(Right) yang berartikan putaran sisi kanan rubik searah dengan jarum jam dalam sumbu Y, dan U (Up) yang berartikan putaran sisi atas rubik searah dengan jarum jam dalam sumbu X. Notasi-notasi tersebut dapat disusun menjadi serangkaian pemecahan kasus rubik yang disebut Algoritma atau yang lebih kita kenal dengan nama “Rumus Rubik”.

Jika kamu melihat tutorial untuk menyelesaikan rubik di internet, kamu mungkin akan menemukan algoritma yang berbeda-beda, namun apabila kamu mencoba menggunakan semua algoritma-algoritma, hasilnya akan tetap sama. Lalu, dengan hanya menirukan rumus-rumus rubik yang beredar di internet, apakah layak disebut orang yang cerdas? Apa sebenarnya kecerdasan itu? Dan bagaimana tolak ukur seseorang dikatakan sebagai orang yang cerdas?

Para Ahli mempunyai pengertian yang beragam mengenai kecerdasan. Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.

Tolak ukur kecerdasan yang populer di kalangan kita adalah IQ/Intelligence Quotient. Kita menganggap bahwa semakin tinggi IQ maka semakin cerdas orang tersebut, hal tersebut tidak ada yang salah, namun perlu diketahui juga bahwa test IQ hanya menguji kecerdasan kognitif seseorang, sementara manusia memiliki banyak macam kecerdasan yang dapat dipertimbangkan dalam menguji kecerdasan seseorang. Banyak penelitian yang menghubungkan penyelesaian rubik dengan kemampuan kognitif seseorang. Tetapi saat ini, belum ada bukti ilmiah langsung yang menjelaskan bahwa peminat rubik otomatis memiliki IQ yang tinggi, Namun dalam penyelesaian rubik, dapat terlihat beberapa macam aspek-aspek kecerdasan, beberapa di antaranya:

  1. Kecerdasan Visual: berkaitan dengan kemampuan memvisualisasikan objek, membayangkan posisi rubik dalam ruang tiga dimensi.
  2. Kecerdasan Logis-Matematis: berkaitan dengan memahami dan mengaplikasikan algoritma, mencari jalan keluar yang paling efektif.
  3. Kecerdasan Memori: berkaitan dengan penghafalan algoritma, agar penyelesaian rubik dapat dilakukan dengan cepat.
  4. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh: berkaitan dengan koordinasi antara mata dengan tangan, cara menggerakkan tangan dengan cepat dan efisien.
  5. Kecerdasan Problem Solving: berkaitan dengan kesiapan dalam menghadapi acakan rubik yang selalu berbeda dan pemilihan algoritma yang tepat untuk menyelesaikannya.

Stigma bahwa peminat rubik adalah orang yang cerdas dapat berartikan kurang tepat, apabila orang tersebut hanya menirukan tutorial dari internet untuk menyelesaikan setiap kasus rubik tanpa mempelajarinya. Stigma ini dapat berartikan tepat apabila seorang peminat rubik mempelajari setiap kasus rubik secara mendalam. Seseorang ini cenderung orang yang cerdas secara logika, mereka bukan hanya ingin menyelesaikan rubik semata, melainkan mereka memiliki rasa penasaran terhadap penyelesaian suatu kasus sehingga mereka mengamati dan menganalisis setiap algoritma yang digunakan. Tidak hanya itu, peminat rubik ini juga memiliki kecerdasan secara emosional, mereka cenderung bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi setiap kasus rubik yang ia temui. Mereka berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah penyelesaian yang tepat dan efisien.

Indra Kumala

Biodata Penulis:

Indra Kumala, lahir pada tanggal 18 Juli 2006 di Kudus, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, program studi Psikologi. Indra memiliki hobi bermain rubik dan sering bermain rubik untuk mengisi waktu luangnya. Baginya, bermain rubik dapat mengalihkan pikiran dari lelahnya kesibukan sehari-hari.

© Sepenuhnya. All rights reserved.