Mental Kaya vs Mental Miskin: Pelajaran dari Kontroversi Gus Miftah dan Penjual Es Teh

Dalam hal ini sebenarnya topik yang akan dibahas bukan tentang sikap Gus Miftah yang semena-mena terhadap penjual es teh. Melainkan bagaimana ...

Baru-baru ini kita telah dihebohkan dengan video viral yang beredar antara seorang ahli agama dan juga pedagang yang viral, yang memicu amarah warganet. Siapakah dia? Iya, tidak asing lagi bahwa ahli agama yang dimaksud adalah Gus Miftah, seorang pendakwah yang lantang berkata kasar di depan para jamaahnya kepada seorang pedagang bernama bapak Sunhaji. Lantas siapa Gus Miftah sebenarnya dan apa yang terjadi setelahnya?

Latar Belakang Kontroversi

Gus Miftah, atau Miftah Maulana Habiburrahman, adalah seorang tokoh agama yang dikenal dengan gaya dakwahnya yang tidak konvensional. Lahir pada 5 Agustus 1981 di Lampung, ia merupakan keturunan ke-9 dari Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. Gus Miftah mulai berdakwah pada usia muda dan dikenal karena pendekatannya yang menyasar kaum marjinal, termasuk pekerja malam dan pengunjung klub. Ia mendirikan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman pada tahun 2011, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan agama kepada mereka yang kurang terjangkau oleh dakwah tradisional.

Pelajaran dari Kontroversi Gus Miftah dan Penjual Es Teh

Insiden yang melibatkan Gus Miftah dan penjual es teh Sunhaji terjadi dalam konteks sebuah acara pengajian di Magelang. Dalam acara tersebut, Gus Miftah mengeluarkan komentar yang dianggap merendahkan Sunhaji, yang kemudian memicu kontroversi luas di media sosial. Komentar tersebut menyoroti perbedaan perspektif antara tokoh publik dan masyarakat biasa, serta menggambarkan tantangan dalam interaksi sosial di era digital. Kontroversi ini tidak hanya mencerminkan mentalitas kaya versus miskin, tetapi juga membuka diskusi tentang empati dan kesadaran sosial dalam berkomunikasi.

Mental Kaya vs Mental Miskin

Dalam hal ini sebenarnya topik yang akan dibahas bukan tentang sikap Gus Miftah yang semena-mena terhadap penjual es teh. Melainkan bagaimana mental kaya dan mental miskin yang pasti akan menjadi sorotan setelah kejadian ini. Setelah kejadian ini pasti akan banyak penjual-penjual es teh yang merasa dikasihani saat datang ke acara-acara seperti itu dan meminta hal yang sama kepada penceramah yang hadir di situ. Bukan masalah mau atau tidak mau. Tapi bila penceramah lain diperlakukan seperti itu dan menolak seperti Gus Miftah, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah akan sama dihujatnya seperti Gus Miftah. Walau kita tahu rekam jejaknya kurang baik. Tapi dalam hal ini yang akan kita kritisi bagaimana mental kaya dan mental miskin terjalin di Indonesia.

Mental kaya adalah pola pikir positif dan proaktif yang mencakup beberapa aspek penting. Pertama, orang dengan mental kaya melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Mereka juga terbuka terhadap perubahan, siap menerima hal-hal baru dalam hidup. Selain itu, mereka memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, tidak hanya dalam diri sendiri tetapi juga dalam merespons emosi orang lain dengan empati. Rasa syukur menjadi bagian penting dari mental kaya, mereka menghargai apa yang dimiliki dan tidak terjebak dalam ketidakpuasan. Terakhir, mental kaya menekankan pentingnya pembelajaran dan pengembangan diri, dengan sikap terbuka terhadap umpan balik untuk terus berkembang. Dengan demikian, mental kaya lebih dari sekadar kekayaan materi; ini adalah cara pandang yang mengedepankan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.

Mental miskin adalah kondisi psikologis seseorang merasa selalu kekurangan, baik dari segi finansial maupun emosional. Ini bukan hanya tentang kekurangan materi, tetapi juga mencakup pola pikir yang negatif dan ketidakpuasan terhadap apa yang dimiliki.

Dalam hal ini bapak penjual es teh dapat dibilang memiliki mentalitas kaya karena meskipun dijatuhkan beliau memiliki kontrol emosi yang baik terhadap dirinya. Selain itu mentalitas kaya adalah dia yang mau berusaha untuk mencapai sesuatu, bukan dengan mengemis-ngemis meminta sesuatu.

Ustadz Felix Siauw dalam channel YouTube Deddy Courbizier pun mengatakan bahwa ditakutkan akan banyak orang seperti penjual es teh (bukan bapak Sunhaji) yang minta dikasihani dan diborong es tehnya. Ustadz Felix pun mengatakan pada zaman Rasulullah pun saat ada yang datang kepadanya meminta dikasihani untuk diberi sesuatu, Rasul menyuruhnya untuk berusaha dengan cara yang dia bisa dahulu, yang hasilnya akan didapat dari jerih payahnya. Di sini dapat dikatakan rasul sekalipun tidak memberikan, sekalipun mereka dengan cara terpuruknya. Rasul menyuruh umatnya untuk berusaha dahulu dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada usaha yang sia-sia. Mentalitas miskin akan selalu ada juga karena konten kreator yang suka bagi-bagi. Meskipun berbagi itu sebuah pahala, namun terkadang dapat seperti dua pisau tajam. Di sisi yang baik, orang yang memang sangat perlu untuk dibantu akan sangat bermanfaat pemberian yang diberikan. Namun, di sisi buruk orang akan memiliki mentalitas untuk meminta-minta karena mereka tahu mereka akan diberi. Oleh karena itu, konten seperti itu kalau bisa dihentikan akan menciptkan banyak mentalitas miskin dan tidak mau berusaha di Indonesia.

CIPTAKAN INDONESIA EMAS 2045, DENGAN HILANGKAN MENTALITAS MISKIN YANG AKAN MENGHAMBAT HAL ITU DI MASA YANG AKAN DATANG!

Biodata Penulis:

Nur Fajrianti Nabilah, lahir pada tanggal 11 September 2006 di Bekasi, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.