Apakah kalian pernah mengalami fenomena kalah saat bermain game online? Khususnya game-game kompetitif, seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, Valorant, Dota 2, dan sebagainya. Perasaan apa yang muncul ketika hal tersebut terjadi? Apakah perasaan sedih, kecewa, atau bahkan marah?
Fenomena menang dan kalah adalah hal yang wajar dalam kehidupan, termasuk dalam dunia game. Namun, sering kali kita menanggapi kekalahan dalam game dengan sangat serius, seolah-olah itu merupakan masalah hidup dan mati. Oleh karena itu, banyak orang yang menjadi sangat marah ketika kalah dalam game. Tindakan yang sering muncul akibat kemarahan ini bisa berupa kata-kata makian, teriakan, bahkan tindakan fisik, seperti melempar barang di sekitar mereka. Lalu, apa saja faktor psikologis yang mendasari seseorang melakukan tindakan seperti ini?
Berdasarkan riset yang penulis lakukan di berbagai sumber, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi.
Faktor-Faktor di Balik Kemarahan yang Terjadi
1. Pelampiasan Masalah yang Terjadi dalam Kehidupan Nyata
Faktor pertama yang memicu perilaku marah ketika kalah bermain game online, yaitu pelampiasan permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata. Orang-orang memilih bermain game online karena berbagai alasan, seperti untuk mengisi waktu luang, merasa bosan, atau bahkan melarikan diri dari permasalahan kehidupan nyata.
Jika seseorang bermain game karena melarikan diri dari permasalahan, maka kesenanganlah yang ia cari. Namun, ketika seseorang tersebut malah mengalami kekalahan, alih-alih merasa senang ia malah semakin frustrasi dan semakin kesal. Bukannya merasa terhibur dengan gamenya, justru malah menambah permasalahan yang ada.
2. Sering Menahan Emosi
Seseorang yang biasanya terlihat kalem dan santai di publik bukan berarti hidupnya tidak memiliki masalah, justru orang dengan sikap tersebut adalah orang-orang yang sering kali menahan emosinya.
Mereka menahan emosi di publik untuk menjaga citra yang telah dibangun. Akan tetapi ketika bermain game, orang-orang ini tidak perlu lagi menjaga citranya sehingga mereka merasa bebas untuk mengekspresikan emosinya. Di saat mengalami kekalahan, rasa emosi akan meledak-ledak karena selama ini telah ditahan.
3. Keterlibatan Emosional yang Mendalam
Ketika memainkan game online yang bersifat kompetitif, pemain akan merasakan keterlibatan emosional yang mendalam dengan game tersebut. Hal ini dapat terjadi karena pemain telah meluangkan banyak waktu dan upaya untuk melatih keterampilannya. Ketika pemain tersebut kalah, rasa sakitnya seolah mencerminkan kegagalan diri sendiri. Perasaan inilah yang dapat memicu emosi yang tidak stabil dari pemain. Perasaan ini menjadi semakin kuat ketika pemain itu telah mencapai peringkat yang tinggi di dalam game, ekspektasi untuk menang tentu semakin lebih tinggi.
4. Ketidakmampuan Mengelola Emosi
Bagi sebagian orang, mengelola emosi saat bermain game bukanlah hal yang mudah. Beberapa pemain mungkin tidak tahu cara yang efektif untuk mengatasi kemarahan ataupun frustrasi ketika hal itu muncul. Alih-alih mengungkapkan emosi dengan cara yang konstruktif, mereka lebih memilih meledak dalam kemarahan, baik dengan kata-kata kasar, merusak barang yang ada di sekitarnya, dan tindakan merugikan lainnya.
5. Kecanduan Game dan Stress
Dalam beberapa kasus, kecanduan game menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan. Pemain yang terjebak dalam siklus bermain tanpa henti mungkin mengalami tingkat stres yang tinggi dan kelelahan mental. Ketika mengalami kekalahan, kemarahan sering kali menjadi cara untuk meluapkan semua tekanan yang telah mereka rasakan.
6. Komunitas Game yang Toxic
Tidak dapat disangkal bahwa komunitas game dapat menciptakan lingkungan yang memberi dampak buruk. Bagaimana tidak, setiap pemain selalu melampiaskan kekesalannya ketika kalah dalam suatu pertandingan. Sikap toxic dan perilaku kasar menjadi sebuah kebiasaan di dalam game. Hal inilah yang membuat pemain menjadi tidak bisa santai ketika bermain. Jika permainannya sedang tidak dalam performa yang maksimal maka siap-siap saja akan diberikan kata-kata kasar dari rekan satu tim. Karena terus dicaci maki, membuat pemain pun menjadi emosi dan membuatnya membalas cacian tersebut dengan kata-kata kasar pula.
Solusi Mengatasinya
Lantas, bagaimana cara kita untuk mengatasi fenomena marah tersebut agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain?
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan mengetahui sumber emosi, jika dirasa ada tanda-tanda penyebab emosi alangkah baiknya beristirahat sejenak untuk mendinginkan pikiran.
Yang kedua, yaitu jangan terlalu memasang ekspektasi yang tinggi di dalam game, bagaimanapun juga bermainlah untuk mencari kesenangan dan bukan hanya untuk menang, sehingga kekalahan tidak akan mengecewakan.
Yang ketiga adalah menentang budaya toxic di dalam game. Meskipun komunitas di dalam game sudah sangat toxic, kita sebagai pemain jangan sampai ikut terpengaruh arus. Justru kita harus mengedukasi dan mengingatkan sesama pemain.
Hal terakhir yang wajib diketahui para pemain adalah menyadari apakah dirinya sudah kecanduan dengan game online atau tidak.
Pada dasarnya, kembali lagi ke tujuan utama sebuah game online itu diciptakan hanyalah untuk hiburan semata. Berhenti sejenak dan lakukanlah refleksi diri, tanyakan pada diri sendiri apa tujuan awalmu untuk bermain game online. Jangan tenggelam ke dalam kesenangan yang fana dan fokuslah pada hidupmu di kehidupan nyata.
Biodata Penulis:
Akmal Fawwasta Tyoga lahir pada tanggal 21 Agustus 2005 di Kota Salatiga. Saat ini menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret, program studi Psikologi. Ia memiliki hobi bermain game online, terutama game mobile. Baginya, bermain game online merupakan kegiatan yang menyenangkan dan mengisi kegiatan sehari-harinya.