Membantah Anggapan Bahwa Menulis Novel Itu Mudah

Masih adakah yang mengatakan bahwa membuat novel itu mudah? Mungkin mereka tidak merasakannya, namun apa sulitnya sih untuk menghargai?

Mungkin bagi kebanyakan orang novel hanyalah sebuah buku yang isi keseluruhannya berupa tulisan. Namun di mata pecinta novel, novel bisa saja dijadikan sebagai tempat untuk meluapkan gundah gulana dalam diri. Terlebih bagi para penulis, mereka bisa meluapkan segalanya ke dalam karya mereka. Seperti halnya amarah, kesedihan dan kebahagiaan. Mereka seolah ingin para pembaca merasakan apa yang tengah mereka rasakan. Dengan penyajian tulisan yang telah tercampur majas, seolah imajinasi yang ada di dalam novel tersebut terasa nyata.

Kesulitan dalam Membuat Novel

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap karya tentu memiliki tingkat kesulitannya tersendiri. Sama halnya dalam menulis sebuah novel. Beberapa kesulitannya antara lain, writer block, sulitnya promosi, sepinya pembaca, menyesuaikan kata dan kalimat dengan KBBI, mengarang cerita tetapi juga harus menggunakan riset, menyusun plot, bolak-balik revisi plot, belum kalau harus revisi naskah, dan belum nanti jika ada yang mengatakan ceritanya membosankan.

Membantah Anggapan Bahwa Menulis Novel Itu Mudah

Saya telah menemukan banyak keluh kesah para author di TikTok. Banyak dari mereka yang mengeluh mengenai hal serupa. Tak hanya itu, adapun beberapa dari mereka yang mengeluh tentang pemikiran mereka sendiri yang menganggap bahwa karya mereka tidak bagus, sehingga mereka membandingkannya dengan karya orang lain.

Hal itulah yang membuat para penulis enggan untuk memulai, padahal belum tentu apa yang mereka pikirkan itu benar adanya. 

Membantah Anggapan Bahwa Menulis Novel Itu Mudah

Dalam membuat novel memang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan membuat outline atau kerangka dan juga ada yang tanpa outline, alias menuangkannya langsung ke dalam karya. Saya memiliki dua karya. Karya pertama saya membuatnya tanpa outline dan karya saya yang kedua saya membuatnya dengan outline. Saya pernah dibilang bodoh oleh seseorang karena saya membuat karya tanpa outline. Namun pada kenyataannya karya yang saya buat tanpa outline tersebut telah berhasil terbaca sebanyak 28.000 kali.

Dan menurut saya menulis tanpa outline adalah hal yang paling susah dan menantang. Saat kita telah mendapatkan ide ataupun gambaran mengenai alur cerita tersebut, kita langsung menuangkannya ke dalam karya. Dan di situlah kita langsung mengembangkan kalimat tersebut menjadi sebuah cerita yang penuh imajisi. Tidak semua orang dapat melakukan hal demikian. Bagi saya hal tersebut bukanlah hal bodoh, melainakan sesuatu yang perlu diapresiasi untuk memberikan semangat kepada penulis.

Saya menemukan salah satu outhor di TikTok yang curhat tentang dirinya yang dicibir seseorang. Orang tersebut mengatakan kalau dirinya kebelet ramai pembaca. Bukankah harapan seorang penulis adalah membuat ceritanya ramai dibaca banyak orang? Lalu mengapa ada orang yang mengatakan demikian dengan gamblangnya tanpa memikirkan perasaan penulis tersebut? Hal itu juga menjadi salah satu faktor seseorang enggan untuk melanjutkan karyanya, dan membuat karya tersebut menggantung di tengah jalan.

Banyak penulis yang mengeluh saat membuat cerita, bahkan ada yang mengatakan hampir gila saat membuatnya. Memang benar adanya, karena saya sendiri juga merasakan hal yang serupa. Karena seperti yang telah saya katakan tadi tentang apa saja kesulitan dalam membuat novel, belum mengenai jam tidur yang berantakan karena memikirkan dan membuat cerita tersebut. 

Masih adakah yang mengatakan bahwa menulis novel hanya bermodal mengarang saja? Masih adakah yang mengatakan bahwa menulis novel hanya bermodal halu saja? Masih adakah yang mengatakan bahwa membuat novel itu mudah? Mungkin mereka tidak merasakannya, namun apa sulitnya sih untuk menghargai? Setidaknya jika tidak bisa memberikan apresiasi, maka hargailah.

Pada kenyataannya membuat novel bukanlah hal yang mudah, novel-novel yang telah berhasil terbit, terpajang di Gramedia, laris dibeli maupun dibaca banyak orang, bahkan sampai novel tersebut diangkat menjadi series maupun film tentunya juga melewati hal yang sama. Namun para author tersebut tidak pantang menyerah dan terus melanjutkan karyanya hingga bisa mencapai titik keberhasilannya. Para penulis yang telah berhasil itu juga pernah melawati masa karya mereka sepi oleh pembaca. Hal ini yang paling sering membuat para penulis baru mudah untuk menyerah. Jadi tidak ada lagi kalimat yang mengatakan “Dia mah enak, dia seorang penulis yang sudah terkenal,” tidak teman, buang pemikiran seperti itu. Semua orang punya masanya, masa mereka terpuruk, dan masa mereka berhasil. Kunci dari itu semua adalah jangan menyerah dan jangan memikirkan perkataan buruk orang lain. Mereka tidak berhak mengatakan demikian, karena mereka tidak merasakan ada di posisi kalian. Tetaplah menulis dan publish cerita kalian, agar orang tahu bahwa kalian bisa.

Biodata Penulis:

Khaylanissa Alifiya Rahma lahir pada tanggal 28 November 2005 di Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.