Balapan liar di kalangan anak muda memang menjadi fenomena yang cukup marak dan sering menimbulkan masalah. Tetapi ada Beberapa alasan yang mendasarinya sangat terkait dengan kebutuhan emosional, sosial, dan bahkan ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai bahan tontonan ataupun hiburan ketika gabut sedang melanda. Dan ini dia beberapa alasan yang mendasari anak muda untuk melakukan balap liar!
1. Pencarian Jati Diri dan Pengakuan
Bagi banyak anak muda, masa remaja adalah waktu yang penuh pencarian identitas. Mereka ingin merasa dilihat dan diakui, baik oleh teman-teman maupun orang-orang di sekitar mereka. Balapan liar menjadi salah satu cara untuk menunjukkan keberanian dan menunjukkan bahwa mereka "berbeda" atau "lebih hebat" dibandingkan dengan yang lain.
Dalam konteks ini, balapan liar adalah semacam panggung untuk menunjukkan kehebatan, meskipun cara yang dipilih sangat berisiko dan dapat merugikan pihak yang tidak bersangkutan.
2. Pengaruh Teman Sebaya
Anak muda sering kali merasa tekanan besar untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh teman temannya, terutama jika teman-temannya sudah terlibat dalam balapan liar. Ketika teman teman di sekitar mereka menganggap balapan liar sebagai hal yang keren atau biasa saja, mereka merasa bahwa mereka juga harus ikut untuk diterima dalam kelompok tersebut.
Dalam banyak kasus, rasa takut "ketinggalan" atau tidak dianggap sebagai bagian dari kelompok membuat mereka nekat ikut serta. Sehingga ketika ada rasa takut ketinggalan munculah situasi yang disebut FOMO. FOMO (Fear of Missing Out) bisa diartikan takut ketinggalan tren.
3. Mencari Sensasi dan Adrenalin
Balapan liar memberikan sensasi yang sulit didapatkan dari kegiatan lain. Kecepatan, adrenalin, dan risiko tinggi yang terlibat membuat aktivitas ini sangat menggugah bagi sebagian anak muda. Mereka merasa hidup menjadi lebih "hidup" ketika berada dalam situasi yang penuh tantangan dan ketegangan, meskipun itu berarti melawan aturan dan membahayakan diri sendiri serta orang lain.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika saya bertanya kepada teman saya yang melakukan balap liar ia merasakan ada suatu hal yang mendorong dan memicu adrenalin mereka untuk menarik gas semakin dalam pada saat balapan dan dari situ mereka merasakan suatu hal yang membuat mereka merasa lebih “HIDUP”.
4. Kurangnya Tempat yang Aman dan Fasilitas untuk Berlatih
Banyak anak muda yang memang tertarik dengan dunia otomotif dan ingin berkompetisi, tetapi tidak memiliki akses ke fasilitas yang aman seperti sirkuit balap yang legal. Dan lebih tepatnya pemerintah tidak menyediakan fasilitas seperti sirkuit atau arena balap yang dapat menampung para penggiat balap secara Cuma Cuma atau tarif yang terjangkau. Ketika fasilitas tersebut tidak ada, mereka cenderung mencari jalan alternatif, yaitu melakukan balapan liar di jalan jalan sepi atau area publik lainnya, jalanan jadi pilihan yang "terpaksa" meskipun sangat berbahaya.
5. Pengaruh Sosial Media dan Budaya Populer
Saat ini, media sosial sering kali memperlihatkan berbagai aksi ekstrem, termasuk balapan liar, dengan cara yang glamor seperti menggunakan sparepart motor yang branded, seperti brembo, ohlins, polini, aracer dan lain sebagainya. Anak muda yang sering melihat video atau foto aksi balapan liar yang viral di media sosial mungkin merasa tergugah untuk menirunya. Mereka melihat bahwa banyak orang yang dipuji atau dihormati karena keberanian mereka dalam melakukan hal-hal ekstrem dan juga melakukan freestyle pada saat menggunakan barang barang mewah tersebut, meskipun sebenarnya bahaya yang ada sangat besar.
6. Frustrasi dan Pelarian dari Masalah Pribadi
Bagi sebagian anak muda, balapan liar bisa menjadi cara untuk melepaskan stres dan frustrasi. Mereka mungkin merasa tertekan oleh masalah pribadi, seperti kesulitan di sekolah, masalah keluarga, masalah ekonomi bahkan sekedar masalah percintaaan bisa mereka bawa untuk dilampiaskan ke balap liar.
Balapan liar menjadi bentuk pelarian yang memberi mereka rasa kebebasan atau kepuasan sesaat. Ketika menghadapi banyak tekanan dalam hidup mereka, aktivitas berisiko seperti ini bisa menjadi cara untuk "melupakan" masalah, meskipun hanya sesaat.
Secara keseluruhan, balapan liar menjadi fenomena yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan masalah remaja yang ingin bersenang-senang, tetapi juga terkait dengan faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih besar. Diperlukan pendekatan yang lebih mendalam dan personal, mulai dari edukasi keselamatan berkendara, peningkatan fasilitas otomotif yang aman, hingga perubahan dalam pola pikir sosial, agar perilaku berisiko seperti ini bisa dikurangi sebaik mungkin.
Biodata Penulis:
Maulana Ahmad Fauzi, lahir pada tanggal 14 Oktober 2005 di Sukoharjo, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta, prodi D3 Manajemen Bisnis.