Donor darah adalah salah satu kegiatan mulia yang membantu menyelamatkan nyawa. Namun, tidak semua orang merencanakan untuk melakukannya, terutama jika memiliki rasa takut terhadap jarum atau merasa tidak memenuhi syarat. Pengalaman pertama donor darah bisa menjadi momen tak terlupakan, apalagi jika terjadi secara tidak sengaja.
Hari itu di kampus, suasana terlihat seperti biasa. Namun, aula dipenuhi dengan kegiatan donor darah yang diadakan oleh HIMA yang berkolaborasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Kegiatan tersebut menarik perhatian banyak mahasiswa, termasuk seorang teman yang tiba-tiba mengajak untuk mencoba. Dengan semangat tinggi, teman itu berkata, “Ayo coba donor darah! Dicek dulu kok, gapapa coba dulu!”. Awalnya, dorongan itu kutolak mentah-mentah. Rasanya tidak mungkin memenuhi syarat karena badan sering pegal dan pusing. Namun, teman itu terus membujuk dengan alasan bahwa mencoba tidak ada ruginya, karena jika tidak lolos pun tidak masalah. Akhirnya, dengan setengah hati, keputusan untuk mendaftar diambil.
Proses Seleksi yang Tidak Terduga
Setelah mendaftar, ada beberapa tahap yang harus dilalui sebelum menjadi pendonor. Dimulai dengan mengisi formulir kesehatan yang berisi pertanyaan tentang riwayat penyakit dan gaya hidup.
Tahap berikutnya adalah pengecekan tekanan darah. Ini adalah tahap yang cukup membuat gugup, karena rasa tegang yang muncul bisa memengaruhi hasil pemeriksaan. Anehnya, tekanan darah berada dalam kisaran normal, yang artinya bisa melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pengecekan hemoglobin.
Hemoglobin adalah faktor penting untuk menentukan apakah seseorang cukup sehat untuk mendonorkan darah. Dengan rasa tidak yakin, tes ini dijalani, dan hasilnya menunjukkan bahwa semua syarat terpenuhi.
Momen Menegangkan di Bed Donor
Mendengar bahwa semua tahap seleksi berhasil dilalui, perasaan campur aduk muncul. Di satu sisi, ada rasa bangga karena bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Di sisi lain, ada rasa takut yang tidak bisa disembunyikan, terutama karena jarum suntik akan segera digunakan.
Saat berbaring di bed donor, petugas memberikan instruksi untuk tetap rileks. Namun, melawan rasa gugup bukanlah hal yang mudah. Ketika jarum perlahan menusuk kulit, ada sedikit rasa tidak nyaman, tetapi ternyata tidak sesakit yang dibayangkan.
Proses pengambilan darah berlangsung sekitar 10-15 menit, meskipun rasanya seperti waktu berjalan lebih lambat. Untuk mengalihkan perhatian, fokus diarahkan pada tujuan mulia dari kegiatan ini yakni membantu mereka yang membutuhkan darah untuk bertahan hidup. Pikiran seperti itu memberikan kekuatan untuk tetap tenang selama proses berlangsung.
Kebanggaan Setelah Donor
Setelah selesai, tubuh terasa sedikit lemas, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Petugas memberikan camilan dan minuman manis untuk memulihkan energi. Teman yang sejak awal mendorong untuk mencoba donor darah tidak berhenti memberikan kata keren karena berhasil melakukan donor darah. Kalimat itu membawa senyuman kecil di tengah rasa lelah. Hari itu menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mencoba hal baru, meskipun awalnya terasa menakutkan.
Donor darah ternyata tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pendonor. Selain meningkatkan kesehatan, pengalaman ini memberikan rasa puas karena telah melakukan sesuatu yang bermakna.
Pesan untuk Calon Pendonor
Donor darah adalah langkah kecil dengan dampak besar. Satu kantong darah bisa menyelamatkan hingga tiga nyawa. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi pengingat tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan, agar bisa terus membantu sesama. Jika belum pernah mencoba, jangan takut untuk memulai. Momen pertama mungkin terasa mendebarkan, tetapi setelah melewatinya, rasa bangga dan bahagia akan menggantikan semua keraguan.
Setiap orang punya kesempatan untuk menjadi pahlawan, dan donor darah adalah salah satu cara termudah untuk melakukannya. Jika ragu, ingatlah bahwa satu tindakan kecilmu bisa berarti segalanya bagi mereka yang membutuhkan. Jadi, kapan giliranmu?
Biodata Penulis:
Azizah Ratri Nugraheni, lahir pada tanggal 7 Januari 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.