Akses pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara, sesuai dengan ketentuan undang-undang. Ketidakadilan gender dalam akses pendidikan perempuan adalah masalah yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti negara Indonesia.
Di beberapa daerah, terutama di pedesaan atau daerah yang lebih konservatif, perempuan masih sering dianggap tidak perlu melanjutkan pendidikan setinggi laki-laki. Ada banyak alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya adalah pandangan budaya atau tradisi yang menempatkan perempuan di rumah sebagai ibu rumah tangga atau pengurus keluarga, sehingga pendidikan dianggap kurang penting.
Selain itu, faktor ekonomi juga sangat berpengaruh. Di keluarga yang kurang mampu, sering kali anak laki-laki dianggap lebih berharga untuk dilanjutkan pendidikan karena mereka yang diharapkan akan menjadi pencari nafkah utama. Akibatnya, banyak anak perempuan yang diprioritaskan untuk bekerja membantu orang tua, misalnya dengan menjaga adik-adik atau membantu pekerjaan rumah tangga, daripada melanjutkan pendidikan. Dan faktor lainnya seperti adanya pernikahan dini yang menyebabkan perempuan tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
Ketidakadilan akses pendidikan ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga berdampak pada perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Jika perempuan tidak mendapatkan akses pendidikan yang setara, potensi mereka untuk berkontribusi dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi, politik, dan sosial, akan terhambat. Oleh karena itu, penting untuk terus memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan di Indonesia agar tercipta masyarakat yang lebih adil dan berkembang secara inklusif.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya dapat dilakukan. Pemerintah harus memperkuat kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam pendidikan, seperti memberikan beasiswa khusus bagi anak perempuan dari keluarga kurang mampu dan meningkatkan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil. Selain itu, kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan harus digalakkan, terutama di komunitas yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional yang membatasi peran perempuan. Organisasi masyarakat dan lembaga swadaya juga dapat berperan dalam memberikan pelatihan dan program pemberdayaan yang dirancang khusus untuk perempuan.
Penting juga bagi setiap individu untuk berkontribusi dalam mengubah pandangan sosial yang merugikan perempuan. Dengan mendukung perempuan untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, kita tidak hanya membantu mereka untuk memiliki masa depan yang lebih cerah tetapi juga memperkuat fondasi bangsa yang lebih adil dan setara. Pendidikan perempuan bukan hanya hak, tetapi juga kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berdaya saing tinggi. Mari bersama-sama menciptakan perubahan menuju kesetaraan dan keadilan bagi semua.
Biodata Penulis:
Intan Tri Wulan Desy Neng Saputri saat ini aktif sebagai mahasiswa, prodi Sosiologi, di Universitas Muhammadiyah Malang.