Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kesehatan Mental Pelajar: Beban yang Tak Terlihat

Pelajar masa kini menghadapi tekanan yang jauh lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Salah satunya berasal dari sistem pendidikan yang ...

Dalam bayangan banyak orang, masa remaja sering dianggap sebagai masa-masa yang menyenangkan dan bebas dari beban hidup. Namun, realitanya, banyak pelajar yang menjalani kehidupan penuh tekanan, baik dari lingkungan sekolah, keluarga, maupun diri mereka sendiri. Di tengah tuntutan untuk selalu berprestasi, menjaga hubungan sosial, dan memenuhi ekspektasi orang tua, kesehatan mental pelajar kerap terabaikan. Padahal, di balik senyum mereka, ada beban yang tak terlihat namun sangat nyata yaitu kesehatan mental yang terganggu.

Tekanan Berlapis di Kalangan Pelajar

Pelajar masa kini menghadapi tekanan yang jauh lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Salah satunya berasal dari sistem pendidikan yang cenderung fokus pada nilai dan pencapaian akademik. Mereka diharapkan untuk selalu mendapatkan nilai sempurna, masuk sekolah favorit, hingga diterima di universitas bergengsi. Gagal memenuhi harapan ini sering kali membuat pelajar merasa tidak cukup baik dan kehilangan rasa percaya diri.

Kesehatan Mental Pelajar

Selain itu, media sosial juga menjadi faktor yang memperburuk keadaan. Pelajar terus-menerus membandingkan hidup mereka dengan kehidupan “sempurna” yang ditampilkan oleh teman-teman atau figur publik di dunia maya. Ini menciptakan rasa cemas, takut tertinggal, hingga perasaan tidak berharga. Lingkaran tekanan ini semakin menumpuk ketika keluarga tidak memberikan dukungan emosional yang cukup, bahkan sering kali justru menambah beban dengan ekspektasi yang tinggi.

Dampak Kesehatan Mental yang Terganggu

Kesehatan mental yang terganggu tidak hanya memengaruhi pikiran, tetapi juga fisik dan perilaku pelajar. Banyak dari mereka mengalami stres, kecemasan, hingga depresi. Gejalanya sering kali tersembunyi, seperti kurangnya motivasi belajar, sulit tidur, perubahan pola makan, atau menarik diri dari lingkungan sosial. Jika dibiarkan, masalah ini dapat berkembang menjadi gangguan serius yang menghambat perkembangan mereka di masa depan.

Lebih jauh lagi, tekanan yang tidak tertangani dengan baik dapat memengaruhi produktivitas dan kreativitas pelajar. Mereka yang seharusnya menikmati proses belajar malah kehilangan semangat dan hanya berfokus untuk “bertahan” menghadapi hari demi hari. Dalam beberapa kasus ekstrem, kesehatan mental yang terabaikan bahkan memicu tindakan fatal, seperti melukai diri sendiri atau bunuh diri.

Mengapa Masalah Ini Sering Diabaikan?

Stigma tentang kesehatan mental masih menjadi penghalang utama. Banyak orang tua atau guru yang menganggap masalah ini sepele atau hanya sekadar “drama anak muda”. Di sisi lain, pelajar juga sering merasa takut untuk berbicara tentang perasaan mereka karena khawatir dianggap lemah atau berlebihan. Akibatnya, mereka memilih memendam masalah tersebut sendirian.

Selain stigma, kurangnya edukasi tentang pentingnya kesehatan mental juga menjadi kendala. Banyak sekolah yang belum memiliki program untuk mendukung kesejahteraan mental siswa, seperti layanan konseling yang mudah diakses atau kegiatan yang menyeimbangkan kesehatan emosional dan akademik.

Mendukung Kesehatan Mental Pelajar

Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, baik di kalangan pelajar, guru, maupun orang tua. Dukungan emosional dari lingkungan terdekat sangat diperlukan. Orang tua dan guru perlu menciptakan ruang yang aman bagi pelajar untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan tanpa rasa takut dihakimi.

Sekolah juga bisa berperan besar dengan menyediakan program konseling yang proaktif, mengintegrasikan pendidikan emosional dalam kurikulum, serta mengurangi tekanan yang berlebihan dalam hal nilai akademik. Selain itu, pelajar sendiri perlu diajarkan cara mengelola stres dan emosi mereka, misalnya melalui latihan mindfulness, olahraga, atau kegiatan kreatif yang dapat membantu mereka menyalurkan perasaan dengan cara yang positif.

Prioritaskan Kesehatan Mental

Kesehatan mental pelajar bukanlah masalah yang bisa diabaikan. Di balik beban yang tak terlihat, ada generasi muda yang berjuang untuk tetap bertahan di tengah tekanan hidup yang semakin berat. Sudah saatnya kita berhenti memandang kesehatan mental sebagai hal yang tabu dan mulai memberikan perhatian yang layak. Karena pada akhirnya, prestasi akademik tidak ada artinya jika pelajar kehilangan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup mereka. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung agar pelajar bisa tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat secara mental.

Biodata Penulis:

Elsa Ramona Putri saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.