Sebagai makhluk tuhan yang dianugerahi untuk memiliki gigi, pastinya kita tidak asing lagi dengan bagaimana cara menjaga kesehatan gigi tersebut. Hampir seluruh masyarakat Indonesia merawat giginya dengan menggosok gigi. Lebih tepatnya, menggosok gigi 3 kali sehari (setiap pagi, sore, dan sebelum tidur). Akan tetapi, dari sekian banyaknya yang menggosok gigi, “hanya 2,8 % masyarakat yang telah menggosok gigi dengan benar dan dilakukan setidaknya 2 kali sehari di waktu sesudah sarapan dan sebelum tidur,“ jelas Head of Profesional Marketing Personal Care Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, dalam Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023.
Mekanisme Pembersihan Gigi
Seperti halnya dengan tutur drg. Ratu Mirah Afifah dalam Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023, mekanisme pembersihan plak gigi secara praktis juga tidak menyarankan kita untuk membersihkan gigi secara agresif dan sesering mungkin. Hal tersebut dikarenakan dapat menyebabkan gigi kita menjadi abrasi atau gampang bolong. Kementerian Kesehatan RI memberikan rekomendasi bahwa menyikat gigi hanya dilakukan 2× dalam sehari, yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur. Di sekitar kita sendiri, orang tua telah menormalisasi budaya menggosok gigi 3× sehari. Padahal, semakin sering kita membersihkan gigi atau menggosok gigi, malah akan membuat kerusakan pada gigi tersebut.
Edukasi mengenai cara menggosok gigi telah diberikan sejak kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Bapak Ibu dokter atau bidan pun telah mencontohkan bagaimana sistematik putaran gerakan menggosok gigi yang benar. Misalnya, untuk gigi depan digosok dengan pola naik turun dan yang gigi dalam digosok dengan pola memutar secara pelan. Selain itu, kita juga dianjurkan menggunakan sikat gigi dengan kondisi bulu yang halus dan lembut untuk kesehatan gusi.
Efek Kurangnya Pemahaman Gosok Gigi yang Benar
Setelah diajarkan oleh para tenaga kesehatan bagaimana mekanisme pembersihan gigi yang benar, anak-anak pasti berinisiatif untuk mengikuti langkah tersebut. Mereka akan mengimplementasikan langkah tersebut di mana pun dan kapan pun termasuk di rumah. Nah ketika di rumah, pasti orang tua melihat anaknya menggosok gigi terutama Sang Ibu. Ibu tidak membenarkan cara anaknya yang hanya menggosok gigi 2× dalam sehari. Insting para anak yang lebih takut kepada ibunya pasti akan mendengarkan apa kata Ibu mereka. Dan akibatnya sampai sekarang banyak anak atau remaja sudah mengalami gigi berlubang karena efek dari abrasi gigi itu tadi.
Pemahaman orang tua mengenai cara menggosok gigi yang baik dan benar hanya sebatas dari apa yang mereka tahu sejak dini. Menggosok gigi 3× menjadi informasi turun-temurun dari dulu hingga sekarang sehingga sudah dijadikan sebagai patokan. Bukan berarti menggosok gigi 3× sehari itu tidak boleh dilakukan. Hal itu boleh saja dilakukan asalkan tidak menjadi keseringan.
Upaya Meminimalisir Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pemahaman orang tua yang baik dan benar mengenai menggosok gigi yang baik dan benar sangat bermanfaat bagi anak-anak mereka. Anak-anak yang sejatinya mudah mengingat apa yang mereka lihat pasti akan meniru semua perilaku orang tuanya. Akan tetapi mungkin sedari kecil, para orang tua juga diajarkan hal tersebut dan mereka menganggap cara menggosok gigi tersebut benar. Normalnya, yang baik dan benar yaitu menggosok gigi minimal 2× sehari saja sudah cukup asalkan dilakukan sesudah makan dan sebelum tidur.
Ada beberapa upaya untuk meminimalisir gagalnya pemahaman orang tua terhadap masalah tersebut. Salah satunya dengan mengadakan sosialisasi bersamaan ketika mereka melakukan posyandu. Ini dilakukan juga karena banyak ibu rumah tangga yang minim edukasi mengenai hal-hal yang mungkin mereka anggap sepele. Padahal ini berdampak besar bagi kesehatan gigi diri sendiri dan orang lain. Pihak sekolah juga bisa mengadakan pertemuan antara orang tua dengan tenaga kesehatan di sekolah dengan tujuan mensosialisasikan mekanisme menggosok gigi yang baik dan benar.
Penulis: Neva Naafi Bifadzlillah