Jogja, sebuah kota yang sering kali disebut sebagai tempatnya hati dan nostalgia bertemu. Kota yang tak hanya dikenal dengan keindahan alam saja, kekayaan budayanya, atau keramahan warganya, tetapi karena jogja juga menyimpan kenangan-kenangan yang tak lekang oleh waktu. Jogja adalah kota yang istimewa, tempat di mana perjalanan tak hanya berbicara tentang jarak, tetapi juga tentang perasaan, kenangan, dan hubungan yang tak bisa terpisahkan. Di sinilah, antara "dia" dan "kenangan," sebuah cerita indah terukir.
Sebuah kota yang membawa kita untuk kembali ke masa lalu, baik mengingat jejak sejarahnya maupun melalui momen-momen kecil yang terasa sangat berharga. Bagi banyak orang, Jogja adalah tempat yang menyimpan kenangan pertama, baik cinta, persahabatan, ataupun petualangan pribadi yang penuh warna. Saat kita mengunjungi Jogja, seolah-olah kita kembali berhadapan dengan dimensi waktu masa lalu yang terasa hidup kembali. Di sepanjang jalan Malioboro yang ramai atau di balik tembok-tembok mengukir kenangan antara cinta.
Jogja adalah tempat yang penuh dengan kenangan manis. Dari jalanan yang dipenuhi penjual gudeg, hingga kedai kopi yang menjadi saksi bisu di setiap perjalanan mengukir sebuah kenangan. Berjalan-jalan di sepanjang alun-alun, kita bisa merasakan sentuhan romantis yang selalu ada, kenangan tentang dia yang pernah kita temui di setiap sudut Sari, tentang tawa yang menggema saat menikmati bakpia. Seperti namanya Jogja Istimewa, menjadikan lebih dari sekadar destinasi wisata, melainkan sebuah tempat bagi hati untuk mengenang kebersamaan.
Malioboro selain menjadi pusat kehidupan kota Jogja, ia juga menjadi tempat yang tak pernah lepas dari kenangan. Sebuah tempat yang memberikan ruang untuk menemukan potongan-potongan kenangan yang tersembunyi. Baik kenangan tentang dia yang pernah berjalan bersama di jalan yang sama, atau kenangan tentang berbagi percakapan dengan keindahan yang memanjakan mata. Di sepanjang jalan ini, kenangan terasa kembali hidup, membayangi setiap langkah akan keberadaannya.
Di balik semua kenangan yang didapatkan, Jogja mengajarkan kita untuk menerima kenyataan. Walaupun kenangan tentang dia tetap hidup, Jogja dengan segala keindahan dan kedamaian yang dimilikinya, mengingatkan bahwa waktu terus berjalan dan kenangan adalah bagian dari perjalanan, meskipun seseorang sudah tidak ada lagi, kenangan itu tetap memiliki tempatnya dalam hati. Jogja adalah kota yang mengajarkan kita untuk tetap menghargai masa lalu, tetapi juga memberi ruang untuk masa depan.
Pada akhirnya, Jogja bukan hanya sekadar tempat berbicara tentang dia dan kenangan semata, tetapi tentang bagaimana menghargai setiap momen yang telah terjadi dan membiarkan kenangan menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Di setiap sudut kenangan akan selalu hidup, dan kota ini akan selalu menyambut siapapun yang ingin kembali mengenang, kembali berjalan, dan kembali merasakan kedamaian yang hanya bisa ditemukan di Jogja.
Biodata Penulis:
Dinda Fitri Fadhilah, lahir pada tanggal 30 September 2006, merupakan mahasiswa aktif Universitas Sebelas Maret.