Kita ketahui bahwa Generasi Z saat ini pasti tidak asing dengan kata “Overthinking” karna di saat dirinya merasa cemas dan takut hal yang sudah terjadi bahkan yang belum terjadi pun pasti mengatakan “Aku merasa stres, banyak sekali yang harus aku pikirkan” entah itu memikirkan pendidikan, masa depan, dan hal lainnya yang bisa membuat dirinya takut dan cemas.
Penyebab Overthinking
Generasi Z pasti mempunyai media sosial yang sering kali memunculkan perbandingan diri dengan orang lain. Mereka merasa harus selalu tampil sempurna atau berhasil, yang bisa memicu rasa cemas dan berpikir berlebihan tentang bagaimana orang lain memandang mereka. Yang kedua, Generasi Z juga sering kali mempunyai ekspektasi lebih terutama tentang akademis dan karier. Banyak dari mereka yang merasa terbebani dengan tuntutan untuk selalu sukses, yang bisa menyebabkan rasa cemas dan overthinking tentang masa depan dan jalan hidup yang harus mereka ambil.
Lalu Generasi Z dengan canggihnya teknologi saat ini pasti mendapatkan informasi berlebih dengan akses yang cepat dan luas ke informasi melalui internet, Generasi Z sering kali merasakan kewalahan oleh jumlah informasi yang tersedia. Mereka bisa merasa bingung atau tertekan karena banyaknya pilihan dan keputusan yang harus dibuat, baik dalam kehidupan pribadi maupun karier.
Dampak Negatif Overthinking terhadap Generasi Z
Dampak negatif dari overthinking ini adalah dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi kecemasan. Karna Generasi Z sering mengalami perasaan terjebak dan kesulitan dalam mengambil keputusan.
Generasi Z juga selalu menginginkan hal yang instan tetapi memiki ekspektasi yang berlebih, akhirnya jika tidak sesuai ekspektasi terus saja kembali overthinking dan kekuatan mentalnya terganggu.
Overthinking juga dapat menyebabkan kehilangan fokus yang bisa membuat Generasi Z menjadi tidak produktif.
Strategi Efektif untuk Mengatasi Overthinking pada Generasi Z
Mengatasi overthinking pada Generasi Z memerlukan strategi yang relevan dengan kehidupan mereka, yang sering terhubung dengan teknologi, sosial media, dan perubahan cepat di dunia. Strategi yang pertama, Generasi Z ini harus membatasi waktu di media sosial karena bisa memicu perbandingan sosial yang memperburuk overthinking. Membatasi media sosial juga berarti menetapkan batasan penggunaan media sosial secara berkala agar bisa membantu mengurangi kecemasan, bisa dengan memilih tontonan yang hal-hal positif yang bisa membuat Generasi Z termotivasi.
Strategi kedua, Generasi Z berhenti berekspektasi terlalu tinggi karena seperti yang kita ketahui bahwa Generasi Z selalu mempunyai ekspektasi yang lebih dan jika tidak sesuai ekspektasi mereka pasti merasa cemas dan overthinking kembali dengan hal tersebut, seharusnya jika tidak sesuai ekspektasi harus menerima dan memperbaiki diri.
Yang ketiga, Generasi Z ini harus fokus pada tindakan daripada pikiran. Ketimbang terus memikirkan kemungkinan yang belum tentu terjadi, Generasi Z bisa fokus pada apa yang bisa dilakukan saat ini. Dengan menerapkan prinsip "action over thought" atau "tindakan di atas pikiran" bisa membantu mengarahkan energi mental untuk memecahkan masalah nyata ketimbang berkutat dalam skenario yang tidak produktif.
Yang terakhir, Generasi Z harus berhenti dari pola perfeksionis. Perfeksionis adalah salah satu pemicu utama overtghinking. Harus berusaha melatih diri untuk menerima bahwa tidak semua hal harus sempurna dan kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Generasi Z bisa megubah mindset dari “harus sempurna” dengan “cukup baik” bisa memberikan ruang lebih untuk berproses dan berkembang tanpa tekanan berlebih.
Overthinking menjadi tantangan yang signifikan bagi Generasi Z, dipicu oleh tekanan media sosial, ekspektasi tinggi terkait pendidikan dan karier, serta informasi yang berlebihan dari internet. Dampaknya dapat mengganggu kesehatan mental, produktivitas, dan fokus mereka. Untuk mengatasi overthinking, diperlukan strategi efektif seperti membatasi penggunaan media sosial, menurunkan ekspektasi, fokus pada tindakan nyata, serta menghindari pola pikir perfeksionis. Dengan konsistensi dalam menerapkan strategi ini, Generasi Z dapat mengurangi kecenderungan overthinking dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Biodata Penulis:
Putri Marsha Dwi Alia saat ini aktif sebagai mahasiswa.