Istilah front-end mengacu pada tampilan antarmuka yang dapat berinteraksi langsung dengan pengguna aplikasi web. Secara teknis, halaman atau layar yang dilihat pengguna dengan beberapa komponen user interface (UI) disebut dengan Document Object Model (DOM) yang berkaitan erat dengan bahasa HTML. Selain HTML, dua bahasa lain yang memengaruhi cara pengguna berinteraksi dengan front-end adalah Cascading Style Sheets (CSS) yang mengatur tata letak, font, warna, dan gaya visual web, serta JavaScript yang menambahkan kedinamisan web dengan memanipulasi DOM.
Framework atau kerangka kerja adalah struktur yang tersusun dari serangkaian kode generik dan berfungsi untuk membantu para pengembang atau developer dalam membuat website maupun aplikasi. Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa front-end framework adalah kumpulan kode HTML, CSS, dan JavaScript yang dapat digunakan oleh developer untuk membangun aplikasi web atau situs web dengan lebih efisien. Front-end framework biasanya menyediakan sekumpulan tool, library, dan semacamnya untuk membangun tampilan antarmuka, event handling, state management, dan berinteraksi dengan Application Programming Interface (API). Dengan menggunakan framework, developer dapat lebih cepat mengembangkan aplikasi mereka, mengurangi kompleksitas kode, dan bisa lebih fokus dalam membangun logika dan fitur aplikasi.
Di dunia pengembangan web yang serba cepat saat ini, memilih front-end framework yang tepat sangatlah penting dan berpengaruh untuk sebuah projek. Mari kita ulas apa saja framework untuk pengembangan web yang relevan pada tahun 2024 ini, beserta dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
1. React
Framework React ini dikembangkan oleh Facebook dan dirilis pada tahun 2013. React memungkinkan para developer untuk membangun komponen UI yang dapat digunakan kembali yang dapat digabungkan untuk membuat aplikasi yang kompleks dan interaktif.
Secara teknis, React bukanlah framework, tetapi hanyalah sebuah library JavaScript. Walaupun begitu, dalam praktiknya, React memungkinkan developer untuk membangun komponen UI yang digunakan kembali sehingga dapat dikatakan bahwa cara kerja React mirip dengan front-end framework.
Kelebihan
- Memiliki virtual DOM yang dapat memperbarui dan mengelola perubahan pada UI secara efisien, serta memberikan rendering yang cepat.
- Memiliki arsitektur component-based yang memungkinkan developer untuk membangun komponen UI yang dapat digunakan kembali.
- Menggunakan unidirectional data flow, yang dapat menyederhanakan manajemen data dan meningkatkan performa aplikasi.
- Memiliki komunitas yang besar dan selalu aktif yang selalu menyediakan dokumentasi dan support.
Kekurangan
- Menggunakan sintaks JSX (JavaScript XML) yang mungkin dapat membingungkan developer yang belum familiar menggunakannya.
- Memiliki setup yang cukup rumit, yang mengharuskan developer untuk memiliki pengetahuan build tools dan cara konfigurasi yang tepat untuk membangun projek React yang optimal.
2. Tailwind CSS
Tailwind CSS adalah framework CSS berbasis utility-first yang punya banyak class siap pakai untuk membangun desain web responsif dengan cepat. Framework ini bisa banget dikustomisasi dan punya banyak opsi konfigurasi yang bisa disesuaikan.
Tailwind CSS menyediakan berbagai macam utility class, mulai dari layout, tipografi, warna, border, dan masih banyak lagi. Class-class ini bisa dipakai langsung buat styling elemen HTML dan bikin desain yang kompleks tanpa perlu menulis CSS khusus.
Kelebihan
- Tailwind CSS menggunakan pendekatan utility-first, jadi tinggal menambahkan class untuk styling elemen HTML.
- Desain bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, bikin desain yang unik dan konsisten.
- Tailwind CSS memiliki utility untuk desain responsif, yang bikin website menjadi ramah mobile.
- Utility class-nya fleksibel, jadi bisa mengubah desain dengan cepat.
Kekurangan
- Karena jumlah utility class dan opsi customisasi banyak banget, butuh waktu untuk mempelajarinya.
- Kadang bisa terasa terikat dengan style yang sudah ada, kurang fleksibel untuk eksplorasi.
- Ukuran file bisa jadi besar dan berpotensi memperlambat website.
3. Angular
Angular adalah framework front-end berbasis TypeScript yang open-source dan populer digunakan untuk mengembangkan aplikasi web dinamis, khususnya aplikasi single-page. Angular punya banyak fitur seperti data binding, dependency injection, dan lainnya.
Angular dibangun di atas TypeScript, yang menyediakan fitur seperti class, interface, dan type annotation sehingga mempermudah pengembangan aplikasi skala besar.
Kelebihan
- Two-way data binding, data sinkron otomatis antara model dan tampilan.
- Sistem dependency injection bawaan yang memudahkan pengelolaan komponen.
- Bisa membuat elemen HTML custom.
- Tools di Angular mempermudah pengembangan aplikasi kompleks.
- Struktur projek modular yang mudah dikelola dan bisa ditingkatkan skalanya.
- Kode komponen yang bisa digunakan ulang.
Kekurangan
- Fitur-fitur canggihnya kadang bikin sulit untuk pemula.
- Fitur-fitur kompleks mungkin berlebihan untuk aplikasi yang simpel.
- Ukuran bundle yang besar bisa memperlambat aplikasi kecil.
4. Vue.js
Vue.js adalah framework front-end JavaScript untuk membuat UI. Framework ini ringan, fleksibel, dan mudah dipelajari, jadi populer di kalangan developer.
Vue.js didasarkan pada pola arsitektur Model-View-ViewModel (MVVM) dan dirancang supaya ringan dan gampang dipelajari.
Kelebihan
- Bisa mengembangkan elemen UI yang reusable, modular, dan composable.
- UI otomatis update sesuai perubahan data.
- Bisa digunakan untuk berbagai jenis aplikasi.
- Menggunakan virtual DOM sehingga meningkatkan performa dengan mengurangi interaksi langsung ke DOM.
Kekurangan
- Fitur dan sumber daya lebih sedikit dibanding framework lain.
- Tidak didukung oleh perusahaan teknologi besar.
- Memiliki permasalahan kompatibilitas di setiap update-nya.
5. Bootstrap
Bootstrap adalah framework CSS open-source yang dikembangkan oleh Twitter. Ini pilihan populer untuk pengembangan front-end karena simpel, responsif, dan kompatibel dengan berbagai browser dan perangkat.
Bootstrap dibangun dengan HTML, CSS, dan JavaScript, serta punya komponen pre-built, template, dan utility untuk membangun elemen UI dan layout.
Kelebihan
- Memiliki sistem grid responsif yang membuat desain yang adaptif di berbagai tipe perangkat.
- Beragam elemen UI dan layout yang bisa di-custom.
- Memiliki komunitas yang besar dan dukungan dari komunitas aktif yang menyediakan resources dan plugin.
- Memiliki fitur bawaan untuk menciptakan aplikasi web yang lebih ramah aksesibilitas.
Kekurangan
- Kustomisasi terbatas karena struktur framework yang kaku.
- Framework ini terlalu sering dipakai sehingga banyak website yang terlihat mirip karena desain default Bootstrap.
- Memiliki ukuran file yang besar yang dapat memperlambat performa website.
6. Material Design Lite
Material Design Lite (MDL) adalah framework front-end dari Google yang didasarkan pada prinsip Material Design. Framework ini memudahkan pengembang membangun website yang menarik secara visual dengan konsistensi di berbagai perangkat.
MDL menyediakan class CSS, komponen JavaScript, dan elemen UI yang siap pakai sesuai pedoman Material Design, seperti elemen button, cards, dialog box, dan menu navigasi.
Kelebihan
- Memiliki desain yang responsif sehingga memudahkan pengembangan website yang menerapkan pendekatan mobile-first.
- Mengikuti bahasa desain Google, yang menggunakan UI yang modern.
- Dirancang agar loading cepat sehingga meningkatkan performa.
- Komponen dan gaya framework bisa dikustomisasi.
Kekurangan
- Kustomisasi terbatas.
- Komponen bawaan yang lebih sedikit dibanding framework populer lainnya.
- Tidak cocok untuk aplikasi skala besar.
7. Bulma
Bulma adalah framework CSS berbasis Flexbox yang dirancang untuk membangun website yang responsif dan mobile-first dengan mudah.
Bulma hanya menggunakan CSS, tanpa ketergantungan pada JavaScript. Framework ini punya banyak class CSS dan komponen UI yang fleksibel dan bisa di-custom.
Kelebihan
- Menggunakan layout berbasis Flexbox yang fleksibel dan responsif.
- Desain bisa dikombinasikan dan disesuaikan untuk membangun desain yang unik.
- Framework yang ringan tanpa JavaScript tambahan.
Kekurangan
- Dukungan browser yang terbatas, sehingga mungkin saja framework ini tidak bekerja dengan baik di browser lama.
- Komponen bawaan yang tersedia lebih sedikit.
8. Semantic UI
Semantic UI adalah framework front-end yang menggunakan HTML untuk membangun website yang responsif dan custom.
Kelebihan
- Memiliki markup yang konsisten dan lebih aksesibel.
- Bisa custom tampilan UI dengan variabel CSS dan theming API.
- Dapat membangun UI yang responsif di perangkat apa pun.
Kekurangan
- Membutuhkan waktu untuk mempelajari beberapa class dan elemen.
- Dokumentasi yang terbatas.
- Memiliki ukuran file yang besar.
9. Foundation
Foundation adalah framework front-end yang menyediakan berbagai alat untuk membangun website responsif dan custom.
Kelebihan
- Kemudahan dalam membangun layout yang responsif.
- Memiliki komponen-komponen UI yang siap pakai.
- Ada banyak tutorial dan dukungan dari komunitas yang besar dan masih aktif.
Kekurangan
- Seperti teknologi baru lainnya, butuh waktu untuk mempelajarinya.
- Kustomisasi terbatas.
- Penggunaan framework ini bisa menambah beban dalam kode sehingga bisa memperlambat performa website.
10. UIKit
UIKit adalah framework front-end dari YOOtheme dengan komponen yang bisa dikustom untuk membangun UI yang modern dan responsif.
Kelebihan
- Menyediakan sistem grid yang responsif untuk membangun website yang mobile-friendly.
- Kustomisasi yang mudah.
- Framework yang ringan dan memprioritaskan performa website.
- Menyediakan berbagai jenis komponen UI mulai dari form, slider, modal, dan masih banyak lagi.
- Memiliki dokumentasi yang lengkap.
Kekurangan
- Kekurangan theme bawaan, sehingga mengharuskan developer untuk menghabiskan waktu untuk mengkustomisasi desain sendiri.
- Tidak banyak digunakan seperti framework populer yang lain, yang menyusahkan developer untuk mencari resources dan support.
Ada banyak framework front-end bagus yang tersedia untuk dipilih oleh para pengembang web, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Pada artikel ini, kita telah membahas front-end framework terbaik pada tahun 2024. Pilihan framework front-end akan bergantung pada kebutuhan dan persyaratan spesifik proyek. Pengembang juga harus berhati-hati dalam mengevaluasi fitur dan fungsionalitas setiap framework untuk menentukan mana yang paling sesuai untuk proyek mereka.
Biodata Penulis:
Bintang A'raaf Stevan Putra saat ini aktif sebagai Mahasiswa Informatika di Universitas Sebelas Maret.