Jika diperhatikan, kita akan menemukan banyak rumah sakit di sekitar kita, terutama di kota-kota besar. Rumah sakit biasa hingga mewah semua ada. Bahkan, setiap kota hampir memiliki lebih dari 1 rumah sakit besar. Penawaran yang diberikan oleh rumah sakit juga fantastis. Fasilitas rumah sakit mewah bak hotel bintang 5. Kenyamanan yang diberikan juga tak kalah menarik. Ruang VIP, teknologi medis, hingga dokter spesialis.
Tapi, hal semacam ini kok malah kayak fenomena? Apakah perkembangan ini merupakan bentuk dari peningkatan layanan kesehatan? Atau hanya sekadar memenuhi kebutuhan bisnis? Nggak perlu dijelasin panjang lebar, bahwa saat ini daerah pelosok kekurangan fasilitas kesehatan. Hanya untuk berobat harus menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilo meter. Kenyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Apakah ini bisnis atau memang bagian dari peradaban?
Fokus Infrastruktur yang Nggak Merata
Penduduk yang ada di kota besar jelas lebih banyak. Perekonomian juga jelas lebih maju. Tak heran jika perkotaan memiliki daya jual yang lebih tinggi. Banyaknya orang yang mampu membayar juga nggak sedikit. Pembangunan rumah sakit di perkotaan sudah pasti lebih menguntungkan. Menurut pandangan saya, hal inilah yang menjadikan perkotaan lebih berpotensi untuk didirikan rumah sakit.
Sebaliknya, perekonomian di daerah pelosok tidak lebih baik dari daerah perkotaan. Tingkat pendapatan daerah pelosok juga nggak tinggi. Terkadang dianggap tidak memberikan keuntungan, sehingga kesehatan masyarakat pelosok pun terabaikan.
Kok Malah Terkesan Cari Pasien
Ada satu hal yang menarik nih! Gimana sih cara rumah sakit memposisikan diri? Coba lihat promosi yang ditawarkan. Teknologi canggih pakai robot, dokter spesialis ternama, kenyamanan bintang 5, ruangan super mewah. Jika diamati, malah terkesan bahwa kesehatan menjadi komoditas yang diperdagangkan.
Ironisnya, hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep kesehatan preventif. Adanya sistem kesehatan adalah mencegah orang sakit. Nggak hanya mencegah, seharusnya segala upaya dilakukan agar jangan sampai kita masuk rumah sakit. Tapi konsepnya kok malah kayak gini?
Kasih Solusi Kalau Sudah Terjadi
Idealnya, rumah sakit menjadi bagian dari pencegahan penyakit. Tapi, gara-gara layanan yang ditawarkan malah terkesan kesehatan ditawarkan bagi yang mampu membayar lebih. Layanan ini sebetulnya memang membantu. Tapi nggak sama sekali mencabut akar permasalahan kesehatan dan nggak tersentuh secara langsung.
Bagi saya hal ini malah terlihat seperti lomba mencari pasien. Gimana saya nggak ngomong gitu, wong misal mereka mempromosikan check up besar-besaran tapi tanpa edukasi yang memadai. Malahan, terkadang kita langsung ditawari paket operasi tanpa memberikan opsi pengobatan lain. Terkadang juga kita langsung diarahkan untuk rawat inap. Dikit-dikit kok nyuruh rawat inap. Seolah-olah adanya rumah sakit itu biar banyak orang sakit terus rawat inap di sana.
Rumah sakit itu punya tanggung jawab lebih dari sekadar penyedia layanan kesehatan. Mereka yang harusnya menjadi simbol harapan. Rumah sakit juga punya peran untuk pencegahan berbagai penyakit. Syukur kalau rumah sakit memberikan upaya agar kita tidak sampai ke sana.
Mungkin segala kemewahan yang ditawarkan merupakan bagian dari kemajuan teknologi. Tapi saya punya harapan yang berbeda. Sebisa mungkin rumah sakit memang digunakan untuk memfasilitasi bagi yang sangat membutuhkan. Memang, orang berduit punya hak untuk menikmati fasilitas yang tak segelintir itu. Tapi nggak ada salahnya kalau rumah sakit dibangun benar-benar untuk kemajuan infrastruktur kesehatan.
Biodata Penulis:
Rizky Sabrina Ibrahim saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret.