TikTok semakin menjamur di berbagai kalangan. Siapa yang tidak gemar scroll TikTok? Berbagai kalangan tua hingga muda banyak menghabiskan waktu senggang mereka untuk menonton video TikTok. Terutama yang belakangan ini ramai adalah standar pasangan yang baik menurut TikTok. Pasangan yang baik atau memiliki tanda-tanda positif untuk didekati biasanya disebut dengan “greenflag” sedangkan pasangan yang menunjukkan tanda bahaya atau perilaku buruk dan tidak sehat dalam suatu hubungan disebut “redflag”.
Berbagai pernyataan seperti laki-laki greenflag harus menurunkan footstep sebelum pasangannya naik ke motor, selalu mengupload foto pasangannya, hingga menyebut gaya berpakaian tertentu sebagai laki-laki atau perempuan greenflag. Padahal seseorang berhak mengekspresikan diri dengan cara berpakaian mereka. Namun, hal itu seakan berubah karena standar TikTok. Banyak orang yang khawatir cara berpakaian atau perilaku mereka tidak sesuai kriteria pasangan greenflag yang diidamkan banyak orang.
Begitu pula dengan laki-laki atau perempuan yang disebut redflag. TikTok sering kali membagikan konten yang berfokus pada "hubungan yang toxic" atau "red flags" yang bisa menyebabkan pasangan menjadi terlalu sensitif terhadap perilaku kecil yang sebenarnya tidak berbahaya. Tak hanya itu, quotes TikTok sering kali menjadi provokator dalam suatu hubungan.
Berikut dampak negatif menuruti standar TikTok dalam suatu hubungan:
1. Tekanan Sosial
Dalam hubungan romantis, standar yang dipromosikan oleh TikTok bisa menambah tekanan untuk tampil sempurna di depan publik. Ada kecenderungan bagi pasangan untuk memamerkan keromantisan mereka di media sosial, karena mereka merasa bahwa hubungan yang tidak dipamerkan atau yang tidak memenuhi standar tertentu mungkin dianggap gagal atau kurang memuaskan. Hal ini bisa menyebabkan individu dalam hubungan merasa cemas atau khawatir akan pandangan orang lain terhadap hubungan mereka.
2. Diskriminasi
Standar TikTok bisa menimbulkan tekanan sosial yang besar untuk menyesuaikan diri dengan kriteria yang dianggap ideal. Hal ini bisa membuat orang merasa tidak cukup baik atau bahkan takut untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Bahkan, dalam hubungan, diskriminasi berdasarkan standar TikTok bisa memperburuk ketegangan. Seseorang mungkin merasa bahwa pasangan mereka tidak cukup menarik atau tidak sesuai dengan kriteria yang dipromosikan TikTok, yang bisa menyebabkan perasaan tidak puas dalam hubungan.
3. Kehilangan keaslian
Orang-orang bisa terjebak dalam upaya memenuhi standar TikTok dan kehilangan keaslian diri mereka. Hal ini menuntut seseorang untuk selalu sempurna, bahkan berpura-pura menjadi orang lain. Padahal, hubungan yang sehat dibangun atas dasar penerimaan dan penghargaan terhadap diri sendiri dan pasangan.
4. Provokasi negatif
Quotes yang bersifat provokatif bisa membuat pasangan curiga, cemburu, atau marah tanpa alasan yang jelas. Beberapa kutipan, mengangkat isu-isu tentang kesetiaan, perselingkuhan, atau masalah-masalah hubungan lainnya dengan cara yang sangat dramatis dan sering kali tanpa konteks yang jelas. Misalnya, sebuah kutipan yang menyarankan bahwa "jika pasanganmu tidak memberi perhatian penuh padamu, itu berarti mereka tidak mencintaimu". Pernyataan seperti ini bisa memicu perdebatan di antara pasangan. Padahal tidak memberi perhatian penuh bisa disebabkan oleh kesibukan.
Berdasarkan dampak negatif di atas, sudah jelas hubungan berdasarkan standar TikTok tidaklah sehat. Karena yang menjalani hubungan ini adalah kamu dan pasanganmu, bukan orang lain. Kamu bisa membuat standar hubunganmu sendiri. Perlu digarisbawahi bahwa menjadi diri sendiri adalah bagian penting saat menjalin hubungan supaya pasangan kita dapat mengenal dan menerima kita apa adanya. Fokuslah untuk memperbaiki diri dan bangun komitmen juga rasa percaya pada pasangan.
Biodata Penulis:
Fauziah Syahla Fairuz, lahir pada tanggal 14 Maret 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa.