Taylor Swift, lahir di Pennsylvania kelahiran tahun 1989 ini merupakan seorang musisi Amerika Serikat yang sangat sukses dan memiliki pengaruh besar dalam industri musik di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan diskografinya yang kini terdiri dari 13 album yang selalu menarik atensi dunia dan musik-musiknya yang simple dan menyenangkan untuk didengarkan. Salah satu album nya yang hits ialah album Midnights yang dikeluarkan di tahun 2022 yang sempat memenangkan nominasi Album Of The Year di Grammy 2023 dan 9 nominasi lainnya. Album ini dirilis oleh Taylor bekerja sama dengan label rekaman Republic Records. Album ini dikemas dengan nuansa tengah malam yang penuh akan renungan Taylor pada saat ia tidak bisa tertidur di malam hari, dibebani oleh kariernya yang begitu berat.
Salah satu lagu yang ada di dalam album yang menakjubkan ini ialah lagu yang berjudul "Mastermind". Lagu ini merupakan tracklist ke-13. Lagu ini justru menarik banyak atensi fan Taylor atau kerap disebut Swifties. Hal ini dikarenakan lagu ini merupakan tracklist ke-13, angka 13 merupakan angka keberuntungan Taylor, serta lagu ini merupakan penutup dari album Midnights Standard Edition. Tidak seperti lagu lainnya di album ini, seperti Anti-Hero yang merupakan Song of the Year 2023, lagu ini merupakan sebuah karya seni yang tidak banyak diketahui orang-orang. Meskipun bukan merupakan favorit, tetapi lagu ini banyak digemari oleh Swifties dan alasan yang mereka punya pun sebenarnya akan menarik jika dibahas dan dipahami, terutama untuk penikmat lirik musik.
Lagu "Mastermind" ini diiringi dengan instrumen yang bergenre bedroom pop, electric pop, dan synth pop yang menjadi fondasi dasar dalam membangun suasana penuh teka-teki dan memikat sesuai dengan judul lagunya, yang artinya jika diterjemahkan ‘dalang’. Secara keseluruhan, lagu ini menceritakan mengenai bagaimana Taylor menyusun rencana yang “licik” demi kepentingannya yang menyangkut kisah cintanya, atau pun image dari fans serta publik mengenai siapa dia sebenarnya. Mungkin ada alasan mengapa Taylor menaruh lagu ini sebagai penutup album bahkan menjadi tracklist ke-13 yang merupakan angka keberuntungan ia yang jika kita telaah, melambangkan bahwasanya menjadi seorang dalang adalah cara ia untuk mengakhiri malam penuh kekhawatirannya untuk menangani hari berikutnya dan alasan mengapa ia bisa “beruntung” dapat bertahan di industri musik skala Internasional itu sendiri.
"Mastermind" memiliki banyak pesan tersembunyi oleh banyak metafora yang digunakan oleh Taylor yang berkaitan dengan kehidupan karier maupun kehidupan percintaannya. Tentu, hal ini merupakan suatu hal yang biasa dari Taylor sendiri dikarenakan metafora dalam musik merupakan salah satu ciri khasnya, terutama semenjak rilisnya album Folklore-nya yang banyak dikatakan sebagai puisi yang menjelma menjadi musik. Para Swifties tentunya sangat suka dengan karya seni Taylor dikarenakan lagu-lagu Taylor yang relate dengan kebanyakan orang zaman sekarang serta lagunya pun dapat dimaknai oleh tiap-tiap fannya sesuai dengan pemahaman dan pemaknaan mereka.
Pada awal musik dimulai, kita diberikan gambaran melalui sebuah storytelling, ia bertemu seseorang dengan memaknai pertemuan mereka merupakan sebuah takdir yang dihadirkan kepada Taylor. Dilanjutkan dengan lirik ‘And the touch of a hand lit the fuse/ of a chain reaction of countermoves/to assess the equation of you/ checkmate, i couldn't lose.’ Taylor menggunakan perumpamaan checkmate atau kata yang sering digunakan pada saat bermain catur dan telah memenangkannya. Di lirik ini dijelaskan bahwa pertemuannya dengan orang ini meledakkan sesuatu di dalamnya yang mengakibatkan Taylor untuk memainkan rencananya dan memahami teka-teki yang harus dipecahkan dengan menggunakan metafora rumus sebagai orang tersebut agar dia dapat mendapatkan atau memahami lawannya. Bagaikan bersaing dalam kompetisi catur, memprediksi gerakan selanjutnya dan memecahkan teka-teki serta menjalankan rencana selanjutnya.
Selanjutnya dilanjutkan dengan lirik bagian Chorus ‘What if I told you none of it was accidental and the first night that you saw me, nothing was gonna stop me, I laid the groundwork and then just like clockwork the dominoes cascaded in a line’. Sebuah pengakuan atau bisa saja diinterpretasikan dengan sebuah pertanyaan menjebak dari Taylor dikarenakan penggunaan diksi “what if” yang menandakan sebuah skenario yang belum pasti. Pengakuan ataupun tidak, Taylor mengatakan bahwasanya semuanya adalah takdir, tidak ada kebetulan. Taylor sudah bertekad dari awal untuk mendapatkan apa yang ia mau dan mulai menjalankan rencananya bagaikan sebuah jam yang berjalan terus-menerus tiada henti mengejar menit demi menit tetapi akan pasti sampai pada tujuannya. Tindakannya itu pun memiliki dampak yang berkelanjutan sehingga jatuhnya domino terakhir yang merupakan metafora target yang ingin ia taklukkan.
Chorus ditutup dengan lirik ‘What if I told you I’m a mastermind?/ And now you’re mine/ It was all by design/ Cause I’m a mastermind.” Disinilah Taylor langsung mengambil peran sebagai dalang dari semua yang terjadi kepada orang yang ingin ia capai. Semua berjalan dengan rencananya.
‘You see all the wisest women had to do it this way/ Cause we were born to be the pawn in every lover’s game/ If you fail to plan, you plan to fail/ Strategy sets the scene for the tale/ I’m the wind in our free-flowing sails/ And the liquor in our cocktails.’ Lirik ini menceritakan patriarki yang terjadi di dunia karier, maupun percintaan. Lirik ‘we were born to be the pawn in every lover’s game” adalah sebuah pernyataan dari Taylor mengenai patriarki ini, wanita hanyalah sebagai “budak” di tiap lapisan kehidupan. Itulah mengapa Taylor mengisyaratkan bahwa wanita yang bijaklah yang menjadi ‘dalang’ di lirik pertama. Taylor juga menggunakan peribahasa di lirik ke-3 Chorus ini, ia memberikan nasihat kepada pendengarnya untuk selalu merencanakan segala sesuatunya dengan baik dan selalu memikirkan langkah selanjutnya dalam bertindak. 2 lirik terakhir mengisyaratkan bahwa Taylor sebagai dalang adalah karakter yang penting karena tanpa perencanaannya, kisah mereka tidak akan maju bagaikan kapal yang berlayar karena angin dan metafora yang terdapat pada lirik terakhir.
Masuk kepada Bridge bagian musik ini. Biasanya, bagian Bridge merupakan puncak konflik dari lagu Taylor serta daya tarik dari karya seninya. ‘No one wanted to play with me as a little kid/ So I’ve been scheming like a criminal ever since/ To make them love me and make it seem effortless/ This is the first time I’ve felt the need to confess/ And I swear/ I’m only cryptic and Machiavellian ’cause I care’. Dari terjemahan lirik ini, sebenarnya yang sedang Taylor bicarakan ialah bagaimana trauma masa kecilnya membentuk dirinya yang sekarang, seorang dalang yang selalu merencanakan segala sesuatu dengan teliti dengan penuh perhitungan. Semata-mata ingin mendapatkan kasih sayang, Taylor menjadi seorang yang menghalalkan segala cara demi melindungi apa yang ia punya. Lirik ini merupakan indikasi bahwasanya masa lalu yang kelam ketika seorang anak tidak memiliki teman, mereka akan cenderung bersifat manipulatif dan obsesif karena rasa akan kepemilikan mereka terhadap seseorang yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan. penggunaan kata tunjuk mereka di bagian lirik ini pun mengindikasikan bahwa Taylor menyanyikan lagu ini untuk membuka diri kepada fannya bahwasanya ia sudah sejauh ini mengorbankan segalanya dan bertindak dengan penuh perhitungan demi fannya yang ia cintai.
Berdasarkan analisis per lirik pun, kita banyak mendapatkan berbagai pesan dan pelajaran mengenai masa lalu dan sikap manipulatif. Jadi yang manakah Taylor sebenarnya? Apakah seorang gadis yang suka menyusun rencana untuk mendapatkan pria yang ia mau, seperti Joe Awlyn? Atau hanyalah seorang musikus yang ambisius dan seorang manipulator jenius yang dapat mempertahankan cinta penggemarnya terhadap dirinya serta reputasi kariernya? Hal itu dapat merupakan sebuah hal yang masih bisa untuk didiskusikan. "Mastermind" berhasil menginterpretasikan kepercayaan diri yang cenderung rendah di balik seorang dalang yang mungkin baginya adalah sebuah gerakan jenius, tetapi hal itu justru membuktikan bahwa seorang mastermind adalah seseorang yang menyedihkan. Takut untuk ditinggalkan atau dikucilkan sehingga mereka harus menutupi ketidakpercayaan diri mereka dengan rencana yang matang demi reputasi yang baik. Serta peranan wanita yang selalu diremehkan dalam dunia karir maupun dunia percintaan. Lagu ini tentunya berhasil membawa atensi saya karena saya merasa bahwa lagu ini sangat relate dengan kehidupan saya terutama di bagian dikucilkan pada masa kecil. Lagu ini pun mengajarkan saya betapa pentingnya kepercayaan diri. Menurut saya, "Mastermind" berhasil menjadi penutup album yang sempurna dan layak untuk masuk ke dalam kategori Top 3 saya di diskografi album Midnights.
#Kritik #Lagu #TaylorSwift
Biodata Penulis:
Fadhil Kurnia Ashari saat ini aktif sebagai mahasiswa, Psikologi, di UNS.