Masa perkuliahan adalah periode awal yang penuh dengan eksplorasi diri dan pencarian jati diri . Di tengah gemerlapnya kehidupan kampus, mahasiswa sering kali dihadapkan pada dua pilihan: menjadi “kupu-kupu” atau “kura-kura”. Kedua istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan dua tipe mahasiswa yang berbeda berdasarkan aktivitas mereka di kampus. Mahasiswa kupu-kupu cenderung lebih fokus pada studi akademik dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam kelas. Datang, kuliah, pulang. Sederhana. Sementara itu, mahasiswa kura-kura lebih aktif di luar kelas, terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi, UKM atau bahkan proyek pribadi.
Kebanyakan orang menganggap, mahasiswa kura-kura lebih baik dan menjadi sosok mahasiswa ideal. Sebab, mereka dianggap memiliki kontribusi terhadap kampus, bahkan masyarakat luas. Melalui pemahaman seperti ini, mahasiswa kura-kura mendapatkan stigma yang lebih positif daripada mahasiswa kupu-kupu karena lebih banyak memiliki dampak yang terlihat. Meskipun demikian, anggapan mahasiswa kura-kura lebih baik daripada mahasiswa kupu-kupu masih belum dapat dibenarkan.
Mahasiswa Kupu-Kupu: Fokus pada Pendidikan
Mahasiswa “kupu-kupu” adalah mereka yang lebih memilih fokus pada kegiatan akademik. Dengan fokus pada studi, mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk menggali materi perkuliahan secara mendalam dan lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan atau laboratorium, tekun mempelajari materi kuliah, dan mengejar prestasi akademik. Walaupun cenderung memiliki nilai akademik yang lebih baik, terlalu fokus pada akademik dapat membuat mereka kurang mengerti dengan dunia luar kelas dan memiliki jaringan sosial yang lebih terbatas. Sehingga, mereka sering dianggap sebagai pribadi yang introvert dan lebih menyukai kesendirian.
Meskipun begitu, menjadi mahasiswa kupu-kupu juga memiliki keuntungan tersendiri. Misalnya, fokus pada akademik, fleksibilitas waktu, dan banyak waktu untuk keluarga. Karena, bagi sebagian orang tujuan utama kuliah adalah untuk mendapatkan pengetahuan maupun keterampilan yang lebih baik sehingga memiliki kualifikasi yang terjamin saat menghadapi dunia kerja.
Mahasiswa Kura-Kura: Pengalaman dan Jaringan
Di sisi lain, mahasiswa kura-kura memiliki keunggulan dalam hal pengalaman. Mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan soft skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerja sama tim. Selain itu, mereka juga memiliki jaringan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak. Namun, terlalu banyak kegiatan UKM dan organisasi dapat mengalihkan fokus dari tujuan utama kuliah yaitu studi akademik dan menyebabkan prestasi belajar menurun.
Tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa kura-kura mudah dalam membangun jaringan, bahkan dalam mencari pekerjaan di masa yang akan datang. Tetapi, mahasiswa kura-kura sering terjebak dalam kegiatan yang kurang berguna karena kurangnya kemampuan manajemen diri. Mereka terlalu sibuk melakukan berbagai kegiatan dengan segudang proker dan aksi-aksi. Namun, pada akhirnya yang didapatkan mereka bukanlah pengalaman melainkan rasa lelah berkepanjangan.
Menemukan Keseimbangan
Pertanyaan mengenai mana yang lebih baik antara mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura tidak dapat dijawab dengan pasti. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Solusi yang ideal adalah untuk menemukan keseimbangan antara studi akademik dan kegiatan organisasi. Dengan mengatur waktu dengan baik dan memilih kegiatan yang sesuai minat dan tujuan, mahasiswa dapat meraih kesuksesan baik akademik maupun di masa mendatang.
Pilihan untuk menjadi “kupu-kupu” atau “kura-kura” sebenarnya tidak harus bersifat eksklusif. Seorang mahasiswa tidak harus memilih salah satu saja, tetapi bisa saja menggabungkan keduanya. Ada banyak mahasiswa yang berhasil menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan non-akademik. Mereka mampu meraih prestasi akademik sekaligus aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
Dilema “Kupu-Kupu” atau “Kura-Kura”?
Dilema antar menjadi “kupu-kupu” atau “kura-kura” adalah hal yang wajar dialami oleh mahasiswa. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, karena setiap individu memiliki situasi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Yang terpenting adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara kegiatan akademik dan non-akademik. Dengan begitu, mahasiswa dapat mengembangkan diri secara optimal dan meraih kesuksesan di masa depan.
Masa kuliah adalah masa yang sangat berharga. Manfaatkanlah waktu ini sebaik mungkin untuk belajar, mengembangkan diri, dan membangun jaringan. Perlu diingat, kesuksesan tidak hanya diukur dari prestasi akademik, bukan berarti prestasi akademik tidak penting, tetapi juga diperlukan kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang di berbagai situasi.
Penulis: Aaron Sebastian