Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan jiwa yang baik adalah kondisi ketika batin berada dalam keadaan tenteram dan tenang, ...

"Hidup itu seperti piano; kunci putih melambangkan kebahagiaan dan hitam menunjukkan kesedihan. Namun, saat kamu menjalani perjalanan hidup, ingatlah bahwa tuts hitam juga menciptakan musik."

- Ehssan

Kesehatan mental sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang dan sikap terhadap kesehatan mental harus berubah!

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menjelaskan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa rata-rata penduduk Indonesia yang mengalami gangguan Kesehatan mental adalah remaja, dimana pada rentang usia tersebut emosi masih belum stabil dan menyebabkan remaja mengalami gangguan Kesehatan mental.

Apa Itu Kesehatan Mental?

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan jiwa yang baik adalah kondisi ketika batin berada dalam keadaan tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan individu untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Kesehatan jiwa dapat didefinisikan sebagai ranah yang mengurus (mengelola dan sebagainya) suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional menjadi lebih optimal. Keadaan yang memungkinkan individu menjadi sejalan dan selaras dengan keadaan orang lain.

Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja
sumber: Pinterest @behance

Kesehatan mental seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung pada banyak faktor. Ketika tuntutan yang ditempatkan pada seseorang melebihi sumber daya dan kemampuan mengatasi, kesehatan mental mereka dapat terpengaruh.

Faktor yang Menyebabkan Kesehatan Mental Remaja Terganggu?

Menurut pengamatan, bidang pendidikan merupakan salah satu penyebab remaja mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kesulitan saat pembelajaran/tugas yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan porsinya.

Selain itu, banyak faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kesehatan mental remaja terganggu, seperti faktor gaya hidup, masalah keluarga, ekonomi, sosial, dan faktor lingkungan lainnya.

Pada masa ini, zaman yang sudah maju akan ilmu pengetahuannya, masih banyak orang tua yang menganggap remeh kesehatan mental anaknya dikarenakan kurangnya edukasi serta pengetahuan orang tua mengenai pentingnya kesehatan mental. Dampaknya, banyak remaja yang kurang terbuka dan takut untuk bercerita kepada orang tuanya mengenai apa yang mereka rasakan, bahkan tidak sedikit pula remaja yang inner child-nya terluka.

Kesehatan Mental Terganggu?

Sangat penting bagi kita untuk mengenali gejala-gejala yang menunjukkan bahwa remaja tersebut mengalami gangguan kesehatan mental. Gejala-gejala tersebut di antaranya:

  • Merasa putus asa dan tidak berdaya;
  • Sering marah secara berlebihan;
  • Perubahan suasana hati dengan cepat;
  • Merasa sedih berkepanjangan;
  • Mengalami kecemasan;
  • Nafsu makan terganggu;
  • Dan lain sebagainya.

Jika ada yang mengalami gejala-gejala tersebut, maka kita perlu lebih peka terhadap mereka, beberapa hal yang dapat kita lakukan, yakni dengan mendengarkan cerita serta keluhan mereka, memberikan dukungan positif, dan meminta bantuan tenaga profesional yang ahli dalam menangani masalah kesehatan mental pada remaja, seperti dokter, psikolog, konselor, dan psikiater.

Dengan kondisi kesehatan mental yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jika kesehatan mental terganggu, kondisi fisik serta kualitas hidup seseorang dapat menurun. Pemerintah dan masyarakat juga harus lebih peka dan bekerja sama dalam memperhatikan kesehatan mental, khususnya bagi remaja di Indonesia. Karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat berperan demi kemajuan bangsa. Jiwa yang sehat penting dalam setiap tahap kehidupan, dari masa kanak-kanak dan remaja hingga dewasa.

Ruang Peka

“Aku takut gagal”

“Bagaimana cara menghadapi masa depan?”

Melewati fase HAMPIR GILA karena sibuk berantem sama isi pikiran sendiri itu suatu yang harus kamu apresiasi. Seberat apapun beban yang kamu tanggung, tolong bertahan. Sekecil apapun alasannya, kamu masih berhak melanjutkan hidup dan menatap masa depan yang cerah. Setidaknya demi bertemu hari esok, demi nunggu konser musik kesukaan, atau mungkin demi Indomie di jam 2 pagi dengan telur mata sapi sempurna di atasnya.

Biodata Penulis:

Aulia Anggraini saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, program studi PPKn.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.