Dampak Media Sosial pada Identitas Generasi Muda

Media sosial telah mengubah cara generasi muda membangun identitas mereka dalam kebudayaan digital. Di satu sisi, ia memberikan kebebasan untuk ...

Di era globalisasi sekarang, media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda. Platform-platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook berperan tidak hanya sebagai sarana komunikasi, namun juga sebagai wadah bagi pengguna untuk mengekspresikan diri, berbagi pengalaman, dan membentuk identitas. Artikel ini mengulas pengaruh media sosial terhadap identitas generasi muda dan budaya digital mereka. Salah satu dampaknya adalah transformasi identitas diri.

Dampak Media Sosial pada Identitas Generasi Muda

Generasi muda saat ini memiliki peluang untuk membentuk dan menetapkan identitas mereka sendiri di dunia digital. Melalui foto, video, dan tulisan, individu dapat mengekspresikan minat, nilai, dan kepribadian mereka dengan cara yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam kehidupan nyata. Ini menciptakan banyak “persona” yang bisa berbeda-beda tergantung platform dan audiens yang dituju. Namun, terdapat risiko yang menyertainya. Perbandingan dengan kehidupan orang lain yang terpampang di media sosial kerap menimbulkan perasaan tidak puas dan rendah diri. Ini dapat menyebabkan dampak mental serius, seperti depresi dan kecemasan, ketika generasi muda merasa harus memenuhi standar yang tidak realistis.

Media sosial juga berfungsi sebagai ruang untuk membentuk komunitas. Generasi muda dapat terhubung dengan individu yang memiliki minat dan pandangan yang sama, meskipun mereka berada di belahan dunia yang berbeda. Ini membuka peluang untuk kerja sama budaya yang beragam, menggabungkan berbagai perspektif, dan memperkaya pengalaman mereka. Namun, di sisi lain, hal ini juga bisa menyebabkan pengurangan. Ketika individu hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang serupa, mereka dapat terjebak dalam “gelembung informasi,” yang membatasi pemahaman mereka terhadap isu-isu yang lebih luas dan pengembangan sikap toleransi.

Dalam konteks kebudayaan digital, generasi muda dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Mereka perlu belajar membedakan informasi yang akurat dari yang tidak, memahami dampak dari jejak digital yang mereka tinggalkan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi yang cepat. Namun, di tengah tantangan tersebut, peluang besar untuk pembelajaran dan pertumbuhan tersedia. Generasi muda kini dapat mengakses sumber informasi yang tak terbatas. Dengan kemunculan media sosial, kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial, politik, dan lingkungan dapat ditingkatkan. Partisipasi dalam berbagai gerakan sosial melalui platform ini semakin mudah, memberikan mereka suara untuk perubahan yang diinginkan.

Sebagai contoh, fenomena “Citayam Fashion Week” 2022 di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, adalah bukti nyata bagaimana media sosial mengubah budaya remaja Indonesia dalam berekspresi. Remaja dari daerah penyangga Jakarta seperti Citayam, Bojong Gede, dan Depok menggunakan platform media sosial, terutama TikTok dan Instagram, untuk membagikan gaya busana dan gaya hidup mereka di ruang publik. Liputan media dan dukungan publik menarik perhatian pada fenomena ini. “Citayam Fashion Week” menampilkan bagaimana media sosial dapat membantu remaja mengekspresikan identitas mereka secara bebas, tetapi kasus ini juga menunjukkan stigma sosial dari sebagian masyarakat yang memandang gaya hidup dan penampilan mereka secara negatif. Beberapa remaja bahkan mendapat kritik pedas tentang penampilan mereka, yang mana hal tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Media sosial telah mengubah cara generasi muda membangun identitas mereka dalam kebudayaan digital. Di satu sisi, ia memberikan kebebasan untuk berekspresi dan menghubungkan mereka dengan orang-orang di seluruh dunia. Di sisi lain, risiko seperti pengaruh negatif terhadap kesehatan mental dan pengkotakan ideologis tidak boleh diabaikan.

Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk mengembangkan kesadaran kritis dan keterampilan literasi digital yang kuat, agar dapat memanfaatkan media sosial secara positif dan membangun identitas yang autentik, tanpa kehilangan jati diri mereka di dunia yang semakin kompleks ini.

Biodata Penulis:

Nabilah Adhwa Alifyanti, lahir pada tanggal 15 Oktober 2005 di Jombang, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis bisa disapa di Instagram @nblhdhw

© Sepenuhnya. All rights reserved.