Kuliner adalah salah satu cara terbaik untuk mengenal budaya suatu tempat. Salah satu kebiasaan orang Indonesia adalah ngemil, terutama saat sedang santai atau sedang mengerjakan tugas. Mencoba beberapa cemilan khas Indonesia menjadi favorit saya sejak dulu. Dari cemilan yang biasa hingga cemilan yang tak biasa.
Ulat Sagu (Papua dan Maluku) |
Ketika membicarakan tentang cemilan, mungkin sebagian besar orang Indonesia akan membayangkan makanan seperti keripik, gorengan, atau kue-kue manis. Namun Indonesia memiliki berbagai macam cemilan yang unik dan beragam. Ada beberapa cemilan yang mungkin dianggap tak lazim atau bahkan ekstrem oleh sebagian orang karena bahan-bahannya yang tidak biasa atau cara penyajiannya yang unik.
Berikut adalah empat cemilan yang menurut saya bisa disebut tak lazim:
1. Ulat Sagu (Papua dan Maluku)
Ulat sagu adalah cemilan yang populer di Papua dan Maluku. Ulat ini sebenarnya adalah larva kumbang yang hidup di batang pohon sagu yang membusuk. Bagi masyarakat lokal, ulat sagu adalah sumber protein yang kaya dan bisa dimakan mentah atau dipanggang. Meski mungkin terlihat menjijikkan bagi sebagian orang, ulat sagu memiliki tekstur kenyal dan rasa gurih yang membuatnya digemari. Selain itu, ulat sagu sering disajikan sebagai bagian dari acara adat dan menjadi bagian penting dari budaya kuliner Papua dan Maluku.
2. Rempeyek Laron (Jawa)
Laron, atau serangga yang muncul setelah hujan, sering dianggap sebagai hama oleh sebagian orang. Namun, di beberapa daerah di Jawa, laron diolah menjadi rempeyek, yaitu cemilan renyah yang digoreng dengan campuran tepung beras dan bumbu. Rempeyek laron memiliki rasa gurih dengan tekstur yang renyah. Bagi yang belum terbiasa, mungkin terdengar aneh mengonsumsi serangga sebagai cemilan, tetapi laron sebenarnya kaya akan protein dan dianggap lezat oleh masyarakat yang terbiasa mengonsumsinya.
3. Ampo (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
Ampo merupakan cemilan yang khas dari kabupaten tuban yang berbeda dari cemilan cemilan manis lainnya. Bentuknya yang bulat memanjang dan berongga membuat banyak orang tak menyadari jika cemilan unik ini terbuat dari tanah liat. Menurut sejarah, ampo menjadi menu alternatif pada saat penjajahan yang sulit mendapatkan sumber makanan.
Ampo memiliki tekstur renyah dan rasa yang sedikit tawar. Masyarakat lokal percaya bahwa camilan ini memiliki manfaat untuk kesehatan, seperti membantu mendinginkan perut dan mengatasi masalah pencernaan. Bagi sebagian orang, gagasan memakan tanah mungkin terdengar aneh dan tidak wajar. Namun, bagi masyarakat Tuban, ampo adalah warisan kuliner yang memiliki nilai sejarah dan tradisional. Meski terkesan tak lazim, ampo menunjukkan betapa kreatifnya masyarakat dalam memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar mereka.
4. Cacing Laut Goreng (Nusa Tenggara Timur)
Satu lagi camilan yang cukup unik dan mungkin tak lazim bagi sebagian orang adalah cacing laut goreng. Camilan ini populer di beberapa daerah pesisir Indonesia, terutama di Sumbawa dan Maluku. Cacing laut, atau yang disebut palolo dalam bahasa setempat, biasanya muncul di perairan dangkal selama musim tertentu.
Cacing-cacing ini kemudian ditangkap, dibersihkan, dan digoreng hingga renyah. Rasanya gurih dengan tekstur yang renyah di luar dan sedikit lembut di dalam. Selain menjadi camilan, cacing laut goreng juga sering disantap sebagai lauk bersama nasi. Meski penampilannya mungkin sedikit mengintimidasi bagi yang belum terbiasa, camilan ini kaya akan protein dan nutrisi lainnya, menjadikannya pilihan yang sehat bagi masyarakat lokal. Keunikan dari cacing laut goreng terletak pada cara pengolahannya dan keberanian dalam memanfaatkan bahan alam yang ada di sekitar.
Keempat cemilan ini menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia bisa memanfaatkan berbagai bahan makanan yang tidak biasa, menjadikannya hidangan lezat yang sarat akan nilai budaya dan tradisi. Meskipun mungkin terdengar tak lazim bagi sebagian orang, mencoba cemilan-cemilan ini bisa menjadi pengalaman kuliner yang menarik dan membuka wawasan baru.
Biodata Penulis:
Salasatun Qomariyah Ramadhani, lahir pada tanggal 26 Juni 2005 saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, FKIP UNS.