Pasti sebagian besar dari kita menguasai suatu bahasa, baik itu bahasa ibu maupun asing. Namun, pernahkah terlintas di pikiran rekan untuk berkarya atau menggunakan keahlian berbahasa kalian menjadi ladang penghasil uang? Jangan salah, di zaman yang semakin canggih dan segalanya mudah, sekadar kemampuan berbahasa saja bisa dijadikan uang saku kita. Kadang jika kita mau bergelut dalam bidang ini, pekerjaan ini sering disepelekan di hidup kita, termasuk hidup saya. Sebelum saya menjadi maniak bahasa, saya sering disinggung oleh ayah saya, mengenai apa gunanya bahasa dan apa hasilnya. Dari situ saya buktikan bahwa beliau salah, karena bahasa membawa banyak keuntungan dari nonmaterial sampai material, termasuk saya bisa digaji dengan mengandalkan kemampuan berbahasa saya.
sumber: kampungcourse.id |
Mungkin juga dari sini rekan bertanya, tidakkah akan menjenuhkan untuk menjadikan kemampuan berbahasa jadi fokus utama kehidupan apalagi dalam mata pencaharian? Tidak, karena pada akhirnya semua itu kembali ke diri kita, apakah kita mau senantiasa berkembang atau tidak. Namun, satu hal yang pasti bahwa jika kita ingin sesuatu bagus terjadi kepada diri kita, maka kita harus senantiasa berusaha dan konsisten berusaha. Lantas kalau sudah mantap, apa yang harus kita lakukan untuk jadikan kemampuan berbahasa ini menjadi sesuatu yang berharga bagi kita?
Pertama, cari tahu lebih dalam mengenai dari segi apa rekan ingin memanfaatkannya. Apakah itu dalam segi kaidah kebahasaan, terjemahan, atau rekan adalah tipe yang ingin mensosialisasikan bahasa ini terhadap orang lain? Jika rekan memilih dalam segi kaidah kebahasaan, rekan bisa ikut mengajarkan ilmu kepada orang lain, bergabung dengan tim editorial suatu publikasi (bisa itu penerbit, majalah atau koran, media, sampai perfilman) atau rekan bisa ikut menjadi bagian dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sama seperti penerjemah, rekan bisa menjadi bagian dari tim penerjemah di suatu publikasi, bagian dari penerjemah yang berbentuk interpretasi langsung (interpreter). Jika rekan memilih dalam sosialisasinya, rekan bisa mengikuti kegiatan sukarelawan, mengambil pendidikan bahasa tersebut, sampai melamar langsung ke lembaga bahasa non-pemerintah untuk ikut menjadi bagian pengajar.
Setelah memilih bidang mana yang mau kita geluti, kita tinggal melakukan yang terbaik, lakukan improvisasi dan introspeksi, dan selalu belajar tiap harinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa kita tidak hanya dalam satu bidang saja, tapi bisa melebar kemana-mana. Seperti pengalaman saya, saya menekuni bagian penerjemahan, dan saya tidak hanya menggunakan dalam bentuk sukarelawan yang saat itu tidak perlu mendalami level bahasa tinggi, tetapi saya jadi menekuni tingkat bahasa dalam kesusastraannya karena saya juga bekerja menerjemahkan suatu komik yang memakai bahasa tidak hanya bahasa sehari-hari. Pada akhirnya, konsisten adalah kunci dari segalanya.
Apa pun yang ingin rekan tekuni, apapun yang ingin difokuskan, jangan pernah goyah dan fokus terhadap pengembangan diri rekan masing-masing. Semua pekerjaan adalah layak semasa dikerjakan dengan prosedur yang halal. Jangan pernah suatu kata mematahkan semangat atau keinginan rekan dan berkomitmenlah untuk selalu berkembang dan mengasah kemampuan diri setiap harinya. Dari situlah nilai dari diri kita terlihat, bukan dari kerjaan kita.
Biodata Penulis:
Daffa Dewanda Putra saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret. Penulis bisa disapa di Instagram @dewa__nda