Anak dan Orang Tua LDR: Bagaimana Pengaruhnya terhadap Kondisi Stabilitas Mental Psikologis Anak?

Pengaruh pada stabilitas emosional anak yang dibesarkan tanpa kehadiran fisik orang tua cenderung lebih rentan terhadap masalah emosional.

Hubungan Jarak Jauh atau Long Distance Relationships (LDR) tidak hanya dialami oleh pasangan kekasih antara satu dengan yang lain, namun juga bisa terjadi antara orang tua dengan anak. Banyak faktor yang mendorong hal ini terjadi, mulai dari tuntutan pekerjaan, pendidikan, hingga perbedaan geografis. Namun, ketika orang tua tidak dapat hadir secara fisik dalam kehidupan sehari-hari anak, pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana dampak dari LDR ini terhadap kondisi mental dan psikologis anak?

LDR terhadap anak tentu berpengaruh terhadap kondisi stabilitas mental psikologis anak, saya adalah salah satu orang yang mengalaminya. Dengan adanya LDR ini sangat amat terasa perbedaannya, saat seusia anak-anak seharusnya sangat membutuhkan kehadiran orang tua untuk merasa aman serta mendapat dukungan. Peran penting orang tua, terutama ibu atau ayah, adalah memberi kasih sayang, perhatian, dan bimbingan kepada anak-anak. Namun ketika tidak ada peran kehadiran fisik yang langsung dengan salah satu orang tua, anak mungkin akan kehilangan pegangan emosional. Peran orang tua tidak dapat digantikan dengan orang lain, baik dari nenek maupun kakek ataupun orang lain. Sebagai anak tentu akan kehilangan banyak momen berharga yang seharusnya dilewati bersama kedua orang tua, seperti teman seumurannya, akan tetapi hanya akan terlewat begitu saja, dan hanya teringat sebatas memori pahit saja hingga dewasa.

Pengaruh pada stabilitas emosional anak yang dibesarkan tanpa kehadiran fisik orang tua cenderung lebih rentan terhadap masalah emosional. Mereka kurang dapat merasakan rasa dicintai, kesepian, atau bahkan merasa tidak berharga. Hal seperti ini bisa terjadi jika komunikasi antara anak dengan orang tua kurang dan tidak lancar. Dulu kondisi komunikasi terkendala karena minimnya internet mengakibatkan hal-hal tersebut. Sehingga, dalam beberapa situasi, anak mungkin akan merasakan kecemasan atau ketidakstabilan emosi.

Terutama jika merasa kurang mendapat dukungan emosional yang memadai. Adapun contohnya, dalam suatu waktu, anak akan merasa dirinya berbeda dari teman-teman lainnya. Sehingga di dalam benaknya tersirat pikiran bahwa mengapa mereka tidak sama seperti teman-teman yang lain? Hal itu berakibat pada penurunan rasa kurang percaya diri hingga takut untuk bergabung dengan yang lain.

Namun berbeda dengan dahulu, teknologi saat ini, seperti video call atau telepon sangat amat membantu dalam memelihara hubungan antara orang tua dengan anak. Meskipun terhalang oleh jarak yang berjauhan tapi dapat digunakan untuk meminimalisir adanya kekurangan komunikasi. Namun, adapun kekuranganya, komunikasi virtual tidak bisa menggantikan kehadiran fisik. Contohnya, pelukan, tawa bersama, dan momen-momen kebersamaan spontan tidak dapat dengan mudah dihadirkan di layar kaca. Namun demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengurangi dampak negatif dari LDR ini. Dengan menjaga komunikasi yang terbuka, anak tetap bisa merasakan kehadiran peran orang tua.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan momen berkualitas setiap kali mereka memiliki kesempatan untuk bersama anak. Meskipun jumlah waktu yang dihabiskan bersama mungkin terbatas, kualitas dari waktu tersebut bisa memberikan dampak yang sangat berarti. Orang tua juga harus memastikan bahwa anak merasa didukung secara emosional, meskipun mereka tidak selalu ada secara fisik.

Anak dan Orang Tua LDR

Pengaruh terhadap kepercayaan diri dan perkembangan sosial bahwa peran orang tua sangat penting dalam membantu anak-anak membangun rasa percaya diri. Apabila suatu saat salah satu peran dari kedua orang tua tidak hadir untuk waktu yang lama, anak mungkin merasa kekurangan dukungan dan bimbingan dalam pengembangan potensi yang ada pada dirinya.

Kehadiran dari orang tua dalam hal ini sangat penting, seperti pada saat memulai kegiatan sekolah ataupun mengikuti kegiatan sosial. Sehingga hal ini dapat memberi dorongan bagi rasa percaya diri anak. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang jaraknya jauh terkadang merasa dirinya berbeda dari teman-temanya yang memiliki orang tua yang selalu ada. Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial mereka, bahkan membuat mereka menarik diri atau merasa kurang nyaman dalam bersosialisasi.

Namun, tak hanya itu, lingkungan di sekitar anak juga berperan penting dalam mendukung kesehatan mental mereka. Sekolah, teman-teman, dan orang-orang yang dapat menyediakan dukungan sosial yang diperlukan. Keterlibatan dalam aktivitas ekstrakurikuler atau kelompok minat dapat membantu anak membangun hubungan sosial yang positif, mengurangi perasaan kesepian dan isolasi.

Kesimpulan dari semuanya adalah bahwa kondisi Hubungan Jarak Jauh (LDR) antara orang tua dan anak membawa tantangan tersendiri bagi perkembangan psikologis anak. Namun, penting bagi orang tua untuk menyadari dampak psikologis yang dapat ditimbulkan oleh ketidakhadiran mereka. Anak-anak yang tumbuh dalam situasi ini dapat menghadapi tantangan emosional, kesulitan dalam membangun kepercayaan diri, dan masalah dalam hubungan sosial.

Namun dengan berkomunikasi secara efektif, memberikan perhatian yang konsisten, dan berusaha menjaga kedekatan emosional, dampak negatif dari jarak fisik dapat dikurangi. Pada akhirnya, kehadiran emosional orang tua tetaplah menjadi fondasi penting dalam perkembangan mental dan psikologis anak, bahkan ketika jarak fisik memisahkan mereka.

Adapun balik kepada masing-masing diri bahwasanya semua pasti berlalu. Jadi tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik. Sesungguhnya orang tua selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak- anaknya. Apapun itu kunci terbaik dari semuanya adalah komunikasi yang terbuka.

Biodata Penulis:

Rizka Ramadhani saat ini aktif sebagai mahasiswa, prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.