Di era pembangunan yang kian pesat, kita sering mendengar kabar tentang alokasi dana yang fantastis untuk proyek-proyek infrastruktur. Angka puluhan juta, bahkan ratusan juta, kerap disebut-sebut sebagai bukti komitmen pemerintah dalam membangun negeri. Namun, di balik angka-angka menawan tersebut, terkadang tersembunyi realitas yang jauh berbeda. Fasilitas yang dibangun dengan dana yang tak sedikit, tidak selalu sebanding dengan kualitas dan manfaat yang dirasakan masyarakat.
Misalnya, jalan yang ada di Kabupaten Blora sepanjang 261 kilometer mengalami rusak parah. Mulai dari berlubang sampai menjadi lumpur juga ada. 261 kilometer tersebut merupakan jumlah keseluruhan total dari 916,1 kilometer yang berstatus jalan Kabupaten.
Salah satu yang termasuk jalan Provinsi di Blora yaitu Jalan Kunduran-Ngawen-Blora. Di sepanjang ruas jalan tersebut ada sejumlah titik yang kondisinya rusak dan membahayakan pengguna kendaraan, khususnya kendaraan bermotor. Titik jalan tersebut berada di salah satu jalan provinsi tepatnya di jalan Kunduran-Ngawen-Blora.
Ruas jalan sepanjang 26 Kilometer tersebut saat ini kondisinya tidak semuanya baik. Sejumlah aspal tambal sulam dan cor beton yang mengelupas dapat dilihat saat melintasi ruas jalan tersebut.
Foto di atas merupakan penampakan jalan provinsi yang ada di Blora, lebih tepatnya di Jalan raya Kunduran-Ngawen depan SPBU Pertamina Klokah Kunduran. Kondisi jalan sepanjang Ngawen-Kunduran sudah ada beberapa titik yang cor maupun aspalnya mengelupas. Sehingga membahayakan para pengendara yang melintas, khususnya sepeda motor. Selain jalannya yang sudah mengelupas, penerangan jalan pun minim di sekitar situ.
Pembangunan jalan raya yang menelan biaya puluhan juta, tetapi kualitasnya jauh dari harapan. Jalanan yang berlubang, aspal yang cepat rusak, dan infrastruktur pendukung yang minim, menjadi pemandangan yang biasa dijumpai. Padahal, jalan raya merupakan akses vital bagi mobilitas masyarakat, baik untuk keperluan ekonomi maupun sosial.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: ke mana perginya dana pembangunan yang fantastis? Apakah terjadi penyelewengan dana, ketidaktransparanan dalam pengalokasian, atau kurangnya pengawasan terhadap proyek pembangunan? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab dengan jujur dan transparan, agar masyarakat dapat memahami dan mengawal proses pembangunan dengan lebih baik.
Solusi untuk mengatasi permasalahan ini tidaklah mudah. Peningkatan transparansi dalam penggunaan dana, pengawasan yang ketat terhadap proyek pembangunan, serta prioritas pada kualitas dan manfaat bagi masyarakat, menjadi langkah awal yang perlu dilakukan. Selain itu, perlu ada evaluasi berkala terhadap proyek pembangunan, untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan benar-benar digunakan secara efektif dan efisien.
Uang pembangunan puluhan juta seharusnya menjadi aset berharga yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, jika fasilitas yang dibangun tidak sebanding dengan dana yang dialokasikan, maka pembangunan tersebut hanya akan menjadi simbol semu yang tidak bermakna. Sudah saatnya kita menuntut transparansi, akuntabilitas, dan kualitas dalam setiap proyek pembangunan, agar dana yang besar dapat benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.
Biodata Penulis:
Handadi Luhur Bagas Darmawan lahir pada tanggal 13 Juli 2005 di Blora.