Menyambungkan Teori dan Praktik: Tantangan Pengajaran Aqidah dan Fiqh di SMP

Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa pengajaran Aqidah dan Fiqh di SMP sering tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Aqidah dan Fiqh bukan sekadar pelajaran yang hanya perlu dihafal, tetapi juga menjadi pedoman hidup yang harus diterapkan dalam keseharian setiap Muslim. Aqidah membentuk dasar keyakinan kita, sementara Fiqh memberikan petunjuk praktis dalam menjalankan kewajiban agama. Kedua ilmu ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu membimbing siswa untuk menjadi pribadi yang saleh, taat pada ajaran agama, dan menjadikan Islam sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan mereka.

Namun, meskipun Aqidah dan Fiqh diajarkan dengan baik dalam kurikulum, sering kali kita mendapati bahwa banyak siswa yang belum sepenuhnya menginternalisasi ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tahu tentang rukun iman atau cara berwudhu yang benar, tetapi dalam praktiknya, mereka sering terlambat shalat atau kurang disiplin dalam menjalankan tata cara ibadah. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori yang dipelajari di sekolah dan praktik yang diterapkan dalam kehidupan nyata.

Apa Penyebabnya?

Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa pengajaran Aqidah dan Fiqh di SMP sering tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari siswa. Salah satunya adalah pendekatan yang terlalu fokus pada hafalan dan teori, tanpa diimbangi dengan contoh konkret atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun siswa tahu bahwa shalat itu wajib, jika mereka tidak melihat contoh nyata dari lingkungan sekitar baik dari keluarga, guru, maupun teman-teman mereka akan kesulitan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.

Tantangan Pengajaran Aqidah dan Fiqh di SMP

Selain itu, pengaruh zaman modern yang serba cepat dan teknologi yang semakin berkembang juga menjadi tantangan tersendiri. Siswa sering kali tergoda oleh berbagai hal di luar agama, seperti pergaulan, gadget, dan hiburan digital, yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari kewajiban agama. Jika pengajaran Aqidah dan Fiqh tidak dikaitkan dengan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, maka ajaran agama akan terasa kurang relevan dan hanya menjadi teori belaka, tanpa memberi dampak nyata pada kehidupan mereka.

Bagaimana Menghubungkan Teori dengan Praktik?

Untuk mengatasi masalah ini, terdapat beberapa solusi yang bisa dilakukan pendidikan di Indonesia, yakni:

1. Mengubah Pendekatan Pengajaran

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) perlu lebih dari sekadar mengajarkan teori, tetapi juga harus mampu mengaitkan ajaran agama dengan kehidupan nyata. Misalnya, saat mengajarkan tentang salat, guru tidak hanya menjelaskan tata cara dan syarat sah salat, tetapi juga menunjukkan manfaat spiritual dan psikologis yang bisa didapat dari salat, seperti ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah.

Selain itu, guru bisa mengajak siswa untuk berlatih salat bersama, sehingga siswa merasakan langsung bagaimana ibadah tersebut dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan mereka.

2. Peran Lingkungan dalam Pembentukan Karakter

Selain pengajaran di sekolah, peran lingkungan juga sangat penting dalam memperkuat pemahaman agama siswa. Keterlibatan orang tua, masyarakat, dan teman sebaya dalam membimbing siswa untuk menjalankan ajaran agama sangat mempengaruhi praktik ibadah mereka. Misalnya, jika di rumah orang tua aktif mengingatkan pentingnya salat atau bahkan melakukan salat berjamaah bersama, siswa akan lebih mudah meniru dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di sekolah.

Lingkungan yang mendukung akan memperkuat keyakinan dan motivasi siswa untuk menjalankan ajaran agama dengan baik.

3. Pemanfaatan Teknologi dalam Pendidikan Agama

Di era digital saat ini, teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menghubungkan teori dengan praktik dalam pendidikan agama. Melalui aplikasi atau video pembelajaran, siswa bisa lebih mudah memahami tata cara ibadah yang benar atau memperdalam makna dari pokok-pokok Aqidah.

Selain itu, teknologi juga membuka peluang bagi siswa untuk bergabung dalam komunitas belajar online, di mana mereka dapat berdiskusi, bertanya, dan saling memberi dukungan dalam memperkuat pemahaman agama mereka.

Dengan demikian, teknologi dapat membantu siswa untuk tetap terhubung dengan ajaran agama meskipun berada di luar ruang kelas.

Dengan pendekatan yang lebih kontekstual, partisipasi aktif dari lingkungan sekitar, dan pemanfaatan teknologi, diharapkan Aqidah dan Fiqh tidak hanya menjadi pelajaran yang dihafal, tetapi benar-benar menjadi pedoman hidup yang dihayati dan diterapkan oleh setiap siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Biodata Penulis:

Himatun Nisa saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.