Di Penghujung Malam
Malam menjelma kesunyian
dari serpihan kata-kata
memainkan rindu
dan mengibarkan doa untukmu
setelah berpulang
di sisi-Nya
Lalu-lalang kisah kenangan
aku dan kau
yang tinggal
dalam waktu
Jalanmu telah menjauh
sepasang pandang melepaskan jarak
antara nyata dan fana
kembalilah
dengan Surga, bersama
Di penghujung malam
menyisakan barisan doa dan sebait rindu
diletakkan
halaman-halaman puisi selanjutnya
Kebumen, 21 November 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Di Penghujung Malam" karya Kliwon Mansi adalah sebuah refleksi mendalam tentang kehilangan, kenangan, dan doa. Dengan bahasa yang puitis dan penuh perasaan, puisi ini menggambarkan perjalanan batin seseorang yang sedang merelakan kepergian orang terkasih, sembari mengirimkan doa-doa tulus yang menghubungkan dunia nyata dan fana.
Malam sebagai Simbol Kesunyian dan Renungan
Baris pertama, “Malam menjelma kesunyian dari serpihan kata-kata,” menegaskan suasana reflektif yang menjadi inti puisi ini. Malam sering kali menjadi waktu untuk merenung dan menghadapi emosi yang mendalam. Dalam konteks puisi ini, malam bukan hanya sebuah waktu, melainkan ruang di mana kesedihan dan doa bertemu.
Kata “serpihan kata-kata” mencerminkan bagaimana kehilangan membuat sang aku lirik merasa sulit merangkai kata yang utuh. Namun, dari serpihan itulah rindu dan doa muncul, memperkuat gambaran tentang perasaan yang kompleks di tengah kehilangan.
Rindu dan Doa: Jembatan Antara Dunia
Puisi ini memadukan rindu dengan doa, menciptakan hubungan yang menghubungkan dua dimensi: kehidupan dan akhirat. Baris “memainkan rindu dan mengibarkan doa untukmu setelah berpulang di sisi-Nya” menunjukkan bagaimana rasa kehilangan tidak hanya berhenti pada kesedihan, tetapi juga menjadi dorongan untuk mendoakan yang telah pergi.
Doa diibaratkan sebagai kibaran, sesuatu yang bergerak dan menjangkau, seperti harapan yang tak pernah padam meskipun jarak antara dunia nyata dan fana semakin jauh.
Kenangan: Jejak yang Tak Terhapus Waktu
Bagian “Lalu-lalang kisah kenangan aku dan kau yang tinggal dalam waktu” menghadirkan gambaran kenangan yang terus hidup dalam diri sang aku lirik. Kenangan ini digambarkan seperti lalu-lalang, yang datang dan pergi tanpa bisa dikendalikan.
Namun, meskipun waktu terus berjalan, kenangan itu tetap tinggal, mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh orang terkasih. Puisi ini mengajarkan bahwa meskipun seseorang telah pergi, kehadirannya tetap abadi dalam memori mereka yang ditinggalkan.
Perpisahan dan Harapan Surga
“Jalanmu telah menjauh sepasang pandang melepaskan jarak antara nyata dan fana,” adalah pengakuan bahwa kepergian seseorang telah menciptakan jarak yang tidak bisa dijembatani. Namun, puisi ini tidak hanya berbicara tentang perpisahan, tetapi juga tentang harapan.
Permohonan “kembalilah dengan Surga, bersama” adalah doa yang penuh cinta. Surga di sini bukan hanya tempat peristirahatan, tetapi juga simbol kedamaian dan kebahagiaan abadi. Harapan ini mencerminkan keyakinan bahwa meskipun terpisah secara fisik, cinta tetap menyatukan di dimensi lain.
Doa dan Puisi: Warisan di Penghujung Malam
Bagian penutup, “Di penghujung malam menyisakan barisan doa dan sebait rindu, diletakkan halaman-halaman puisi selanjutnya,” mengandung makna mendalam. Puisi ini tidak hanya berhenti sebagai ekspresi kehilangan, tetapi juga menjadi warisan emosi dan doa yang terus hidup.
Halaman-halaman puisi selanjutnya melambangkan kesinambungan cinta dan kenangan yang akan tetap tercatat dalam bentuk doa dan tulisan, bahkan setelah kepergian seseorang.
Puisi "Di Penghujung Malam" karya Kliwon Mansi adalah puisi yang menyentuh hati, mengungkapkan kehilangan dengan cara yang penuh keindahan dan keikhlasan. Dalam puisi ini, doa dan rindu menjadi dua sisi dari cinta yang abadi, melampaui batas antara nyata dan fana.
Puisi ini mengajarkan kita untuk menerima kehilangan dengan cara yang penuh harapan, menjadikannya sebagai momen untuk merenungkan cinta, kenangan, dan kehidupan yang lebih besar dari sekadar keberadaan fisik. Karya ini adalah pengingat bahwa meskipun seseorang pergi, cinta dan doa yang kita kirimkan akan terus terhubung dalam dimensi yang lebih luas, membawa kedamaian bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan.
Karya: Kliwon Mansi
Biodata Kliwon Mansi:
- Kliwon Mansi lahir pada tanggal 12 September 1995 di Bekasi. Sejak SDN-MAN tinggal Kebumen. Ia memiliki hobi membaca, menulis dan bermain catur.