Batu
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu jarum
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai se-
dang lambai tak sampai. Kau tahu?
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji?
Sumber: Horison (Juni, 1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Batu" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan sifat-sifat batu sebagai simbol dari berbagai makna yang terkait dengan ketidakpastian, kekecewaan, dan pertanyaan tentang eksistensi.
Sifat-Sifat Batu Sebagai Simbol: Penyair menggunakan sifat-sifat batu sebagai simbol dalam puisi ini. Batu mawar, batu langit, batu duka, dan lain-lain menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan perasaan. Batu dapat mewakili keabadian, ketahanan, dan sifat-sifat yang tahan lama, tetapi juga bisa melambangkan kekerasan, kekakuan, dan ketidakmampuan untuk merasakan. Kecocokan kata-kata "teka teki yang tak menepati janji" menekankan ketidakpastian dan kekecewaan.
Pertanyaan tentang Tujuan dan Arti Hidup: Puisi ini mencerminkan pertanyaan yang mendalam tentang tujuan dan arti hidup. Pengulangan pertanyaan "Mengapa?" menciptakan suasana kebingungan dan ketidakpastian. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna dari apa yang diwakili oleh batu dan bagaimana hal itu dapat diterjemahkan ke dalam konteks kehidupan manusia.
Imajinasi dan Metafora: Penggunaan berbagai sifat batu sebagai metafora memungkinkan penyair untuk mengungkapkan kompleksitas perasaan dan pemikiran manusia dengan cara yang menarik dan artistik. Puisi ini menciptakan gambar-gambar yang kuat di dalam pikiran pembaca.
Puisi "Batu" adalah ungkapan dari penyair tentang ketidakpastian, kebingungan, dan pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia. Batu digunakan sebagai simbol yang kuat untuk mencerminkan aspek-aspek ini. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, eksistensi, dan ketidakpastian yang ada dalam kehidupan.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.