Pendidikan agama Islam (PAI) Adalah proses pembelajaran untuk mendidik dan membimbing siswa dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadit. Dalam proses ini mencangkup pembentukan akidah, penguasaan ibadah, serta pembinaan akhlak mulia, hingga penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia serta mencapai tingkatan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Mengapa siswa cenderung lebih memahami Pendidikan Agama Islam (PAI) secara teori? Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang memengaruhi pola pembelajaran dan lingkungan pendidikannya, yaitu:
1. Dominan Teori dalam Pembelajaran
Pembelajaran PAI sering berorientasi pada penyampaian materi berupa teori, hafalan ayat-ayat Al-Quran, doa, dan hukum agama. Hal ini membuat siswa hanya menguasai pengetahuan, tetapi tidak diajarkan cara menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Minimnya Penilaian Sikap dan Praktik
Implementasi nilai-nilai Islami seperti kejujuran, kedisiplinan, atau kebiasaan ibadah sering tidak dinilai secara serius, sehingga siswa tidak termotivasi untuk menerapkannya.
3. Metode Pembelajaran yang Monoton
Pendekatan Tradisional yaitu guru sering menggunakan metode ceramah satu arah yang membuat pembelajaran menjadi pasif. Siswa hanya menerima materi tanpa terlibat dalam diskusi atau kegiatan yang relevan dengan praktik kehidupan nyata.
4. Lingkungan yang Tidak Mendukung
Kurangnya Pembiasaan nilai-nilai Islami seperti disiplin, salat berjamaah, dan kepedulian sosial sering tidak menjadi budaya sekolah atau keluarga.
5. Kurikulum yang Kurang Kontekstual
Materi Kurang Relevan yaitu beberapa materi PAI dianggap siswa tidak berkaitan langsung dengan tantangan kehidupan mereka, seperti pengaruh teknologi, pluralisme, dan isu sosial.
Lalu Bagaimana Solusinya?
1. Penguatan Metode Pembelajaran
- Integrasi Teori dan Praktik yaitu dengan mengaitkan pembelajaran teoritis dengan contoh penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: Setelah mempelajari tata cara dan bacaan salat, siswa diajak melaksanakan salat berjamaah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari.
- Metode Interaktif yaitu menggunakan pendekatan diskusi, studi kasus, atau simulasi yang mengajak siswa mempraktikkan nilai-nilai Islami dalam berbagai situasi. Contohnya: Penerapan sikap toleransi pada perbedaan agama sesame teman.
- Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan tugas berbasis pengalaman nyata, seperti membuat program sosial Islami. Contohnya: Kegiatan bakti sosial bersama dirancang dalam kelas tersebut dengan dampingan dari guru.
2. Pembiasaan di Sekolah
- Kegiatan Rutin Islami yaitu dengan mengadakan program seperti salat duha berjamaah, membaca Al-Quran dan Asmaul Husna sebelum kelas dimulai, dan kajian agama.
- Penguatan Budaya Islami yaitu dengan mendorong siswa untuk terbiasa dengan perilaku Islami, seperti mengucapkan salam, bersikap santun, dan menjaga kebersihan.
- Kegiatan Ekstrakurikuler yaitu dengan meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa pada organisasi keagamaan seperti Rohani Islam (Rohis) untuk menjadikan siswa lebih paham dan mengimplementasikan kegiatan berbasis nilai-nilai Islam.
3. Peningkatan Kompetensi Guru
- Pelatihan Guru yaitu dengan mengadakan pelatihan bagi guru PAI untuk mengembangkan metode pembelajaran inovatif yang relevan dengan tantangan siswa.
- Keteladanan Guru yaitu guru harus menjadi panutan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Islami, sehingga siswa memiliki role model yang dapat mereka tiru.
- Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran yaitu penggunaan media Digital Islami dengan memanfaatkan aplikasi, video pembelajaran berbasis Islam untuk menyampaikan nilai-nilai agama dengan cara yang menarik dan relevan bagi siswa.
4. Relevansi Materi dengan Kehidupan Siswa
- Kontekstualisasi Materi yaitu dengan menyusun materi PAI yang relevan dengan tantangan kehidupan siswa, seperti etika bergaul, toleransi beragama, dan nilai Islami dalam dunia modern.
- Diskusi Isu Kekinian yaitu dengan membahas kasus nyata di lingkungan sosial siswa untuk mengaitkan teori agama dengan praktik kehidupan.
5. Penilaian yang Holistik
- Mengutamakan Penilaian Sikap yaitu guru perlu menilai aspek implementasi nilai Islami, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan perilaku sehari-hari siswa, selain hanya memberikan ujian tertulis.
- Observasi Langsung yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa di sekolah untuk memastikan ajaran PAI diterapkan.
Harapannya dengan menerapkan solusi ini, siswa dapat lebih termotivasi dan mampu memahami nilai-nilai PAI secara menyeluruh, baik dalam aspek teori maupun implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Biodata Penulis:
Irsilawati Dewi saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.