Anak merupakan anugerah yang paling berharga dari Allah SWT sebagai titipan dan amanah supaya orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik dan mengembangkan akhlak yang terpuji bagi seorang anak. Betapa sedihnya ketika melihat beberapa anak dengan perkembangan psikologisnya yang terganggu karena kurangnya bimbingan para orangtua yang mengalami kerusakan dalam keluarga. Anak harus mengalami penekanan batin yang hebat akibat masalah orangtuanya. Ia menjadi tidak terkendali terutama ketika berada di lingkungan sekolah yakni tidak fokus pada pembelajaran melainkan selalu mengingat masalah yang terjadi pada kedua orangtuanya.
Ki Hajar Dewantara, beliau menyatakan bahwa pendidikan dapat menjadi pedoman untuk pemekaran dan perkembangan pada generasi muda. Yang dimaksud adalah pendidikan menjadi sarana dalam proses tumbuh kembang bagi setiap anak. Supaya dapat mewujudkan manusia yang beradap serta berpengetahuan sehingga mampu memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera.
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki pengaruh yang sangat penting dan mendalam terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga broken home, terutama pada jenjang Madrasah Aliyah (MA). Dalam hal ini, pendidikan agama tidak hanya berfungsi sebagai pengajaran norma dan nilai, tetapi juga sebagai sarana pemulihan dan pengembangan karakter.
Pertama, Pendidikan Agama Islam memberikan ketenangan batin bagi anak-anak yang mengalami perpecahan dalam keluarga. Melalui ajaran-ajaran Islam, seperti kesabaran, syukur, dan tawakkal, anak-anak juga diajarkan untuk menghadapi tantangan hidup dengan bersikap positif. Hal ini sangat penting bagi mereka yang mungkin merasa kehilangan atau kecewa akibat situasi keluarga yang tidak harmonis. Dengan memahami bahwa setiap ujian adalah bagian dari rencana Allah, mereka akan menemukan kekuatan untuk terus melangkah dengan rasa percaya diri.
Kedua, pendidikan agama juga dapat membekali anak-anak dengan landasan moral yang kuat. Dalam kegiatan proses belajar, mereka diajarkan tentang etika dan akhlak yang baik serta santun. Hal ini menjadi sangat berarti bagi anak-anak yang mungkin tidak mendapatkan teladan positif di rumah. Dengan memiliki panduan moral yang jelas, mereka lebih mampu membuat keputusan yang tepat dan menjauhi perilaku negatif, seperti pergaulan bebas atau lingkungan pertemanan yang kurang baik.
Ketiga, lingkungan pendidikan di MA juta sering kali menciptakan komunitas yang mendukung. Interaksi dengan teman-teman sebaya dan guru itu dapat memberikan sumber dukungan emosional yang penting. Hubungan sosial yang positif ini membantu meningkatkan rasa percaya diri anak-anak dan untuk mengurangi perasaan kesepian yang seringkali dialami oleh anak dari keluarga broken home.
Selain itu, pendidikan agama mengajarkan pentingnya hubungan spiritual kepada Allah SWT. Untuk memperkuat iman dan spiritualitas, anak-anak dapat menemukan tujuan hidup yang lebih jelas untuk mengatasi berbagai rintangan.
Berikut adalah solusi dan program yang efektif untuk mengatasi pengaruh Pendidikan Agama Islam pada anak-anak korban keluarga broken home di jenjang Madrasah Aliyah (MA):
1. Program Konseling dan Pendampingan Emosional
Sekolah mampu menyediakan layanan konseling yang fokus pada dukungan emosional dan spiritual bagi siswa dari keluarga broken home. Tujuannya adalah dapat membantu siswa untuk mengatasi trauma, meningkatkan kesehatan mental, dan memberikan ruang untuk berbagi pengalaman serta belajar dari satu sama lain.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Pengembangan Karakter
Sekolah bisa mengadakan program kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada pengembangan karakter, seperti pelatihan kepemimpinan, kegiatan sosial, dan kelompok diskusi agama. Tujuannya adalah untuk membangun rasa kebersamaan, meningkatkan keterampilan sosial, dan memberikan siswa kesempatan untuk berkontribusi positif kepada masyarakat, sehingga mereka merasa lebih terhubung dan memiliki tujuan.
Dengan menerapkan kedua solusi dan program ini, diharapkan anak-anak korban keluarga broken home ini di jenjang Madrasah Aliyah dapat mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang secara emosional, sosial, dan spiritual.
Biodata Penulis:
Oktafiani Nur Azizah saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.