Meskipun pendidikan agama sering kali dianggap sebagai benteng moral yang kokoh, perilaku perundungan masih saja terjadi di berbagai kalangan, terutama anak-anak dan remaja. Analisis ini akan mengupas lebih dalam mengapa pendidikan agama semata tidak mampu mencegah perundungan dan faktor-faktor lain apa saja yang turut berperan dalam masalah ini. Agama mengajarkan kita untuk jadi orang baik, tapi lingkungan juga punya pengaruh yang kuat. Kalau kita mau punya generasi yang lebih baik, kita harus mulai dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar. Ajaran agama harus diajarkan dengan cara yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, kita juga harus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang, sehingga anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter.
Pendidikan agama dapat membantu mengembangkan empati, tetapi jika tidak diterapkan dengan baik, anak-anak mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain. Tanpa empati yang kuat, anak-anak dapat dengan mudah terjebak dalam siklus bullying. Seperti di era digital saat ini, media sosial memainkan peran besar dalam interaksi sosial anak-anak. Bullying tidak hanya terjadi secara langsung, tetapi juga melalui platform online. Pendidikan agama mungkin tidak cukup untuk mengatasi dampak negatif dari media sosial, anak-anak dapat merasa lebih berani untuk melakukan tindakan bullying dengan menyembunyikan identitas mereka. Punya agama yang baik itu penting, tapi kalau kita tetap saja suka menyakiti hati orang lain, ya percuma dong! Apalagi sekarang zamannya serba online, nge-bully jadi gampang banget. Jadi, selain rajin ibadah, kita juga harus belajar untuk lebih peduli sama perasaan orang lain, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Pendidikan agama memang penting, namun nyatanya tidak cukup untuk sepenuhnya mencegah terjadinya bullying. Ada beberapa faktor kompleks yang turut berperan dalam fenomena ini:
- Implementasi nilai agama yang kurang optimal, karena kesenjangan antara teori dan praktik, kurangnya teladan dari lingkungan.
- Faktor psikologis pelaku bullying, karena rasa tidak aman, masalah keluarga, rendahnya empati.
- Kurangnya pengawasan dan tindakan yang tepat, karena kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru dan minimnya tindakan tegas.
Meskipun pendidikan agama memiliki peran penting dalam membentuk moral dan karakter individu, itu saja tidak cukup untuk mencegah bullying. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi anak-anak. Mengembangkan empati, memahami pengaruh lingkungan, dan mengedukasi anak-anak tentang etika penggunaan media sosial adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi masalah bullying secara efektif.
Biodata Penulis:
Elza Tri Ristianti saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.