Di zaman sekarang, semakin banyak influencer-influencer yang menampilkan berbagai konten tentang parenting. Kalau dulu orang akan mencari tahu soal parenting lewat keluarga, buku atau lembaga yang sudah ahli, kini para orang tua bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan tips seputar parenting dari media sosial khususnya Instagram dan TikTok.
Meskipun sebenarnya nggak punya kepakaran di bidang parenting, para influencer sering membagikan informasi dan tips yang ajaibnya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengikutnya, apalagi didukung dengan jumlah like dan komen yang membludak.
Hal itu kemudian menciptakan rasa percaya bagi para pengikut. Dampaknya, penjelasan mereka lebih disukai daripada argumen berdasar bukti dari para ahli.
Namun, orang tua perlu kritis terhadap informasi yang diterima. Tidak semua tips parenting yang viral adalah yang terbaik ya ibu-ibu.
Menginspirasi atau Ajang Kompetisi?
Alih-alih memberikan informasi atau sekedar berbagi cerita tentang perkembangan anak, justru konten tersebut menjadi ajang pamer kelebihan anak untuk sekedar dipuji bahwa ia adalah orang tua yang luar biasa. Alih-alih membagikan kebahagiaan atau sekedar berbagi kisah hidup keluarga, ternyata konten itu mengandung racun bagi banyak orang tua di luaran sana.
Contohnya yang sedang viral di media sosial adalah parenting VOC. Gaya parenting ini diyakini mengacu pada pola asuh yang berorientasi pada kontrol dan ketaatan ketat serta mengutamakan hasil daripada proses. Beberapa orang tua menilai pola asuh ini sebagai cara untuk menanamkan tanggung jawab, ketekunan, dan kerja keras sejak dini. Dengan adanya pola asuh ini, katanya, anak jadi lebih penurut, disiplin, dan paham aturan.
Tapi, apakah gaya parenting tersebut cocok untuk semua anak?
Pada kenyataannya, beberapa anak akan lebih cocok dengan gaya parenting yang lembut dan penuh kasih sayang dari orang tua daripada didikan yang keras dan ketat.
Contoh lain beberapa influencer yang memegang prinsip tidak memberikan gadget pada anak sampai anak berumur lima tahun. Untuk ibu yang memang spenuhnya menjadi ibu rumah tangga yang artinya memiliki banyak waktu dengan anak mungkin bisa menerapkan gaya parenting tersebut.
Namun lagi-lagi, apakah gaya parenting tersebut cocok untuk semua anak dan keluarga?
Perlu diingat, apa yang berhasil untuk satu keluarga mungkin tidak cocok untuk keluarga lain.
Pengaruh Negatif Konten Influencer dalam Parenting
1. Info yang Tidak Akurat
Banyak influencer yang bukan ahli dalam bidang parenting,jadi informasi yang mereka sampaikan mungkin tidak semuanya akurat atau berdasarkan penelitian yang valid. Bisa jadi informasi yang mereka sampaikan hanya berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami.
2. Standar yang Tidak Realistis
Influencer sering menunjukkan sisi glamor dan mewah dari hidup sebagai orang tua, hanya menampilkan momen-momen bahagia dan pencapaian anak-anak mereka. Ini bisa bikin orang tua lain merasa tertekan dan berpikir mereka harus memenuhi standar yang nggak realistis. Ketika mereka membandingkan diri dengan apa yang dilihat di media sosial, akan muncul perasaan insecure.
3. Tekanan Sosial
Banyak orang tua merasa harus mengikuti tren tertentu untuk dianggap "baik" atau "modern." Misalnya, gaya parenting seperti “gentle parenting” sering dijadikan patokan. Orang tua yang nggak bisa atau memilih untuk tidak mengikuti tren ini bisa merasa dihakimi dan dianggap kuno.
4. Kecanduan Media Sosial
Ketergantungan pada media sosial untuk mendapat saran parenting bisa membuat orang tua lupa dengan sumber informasi yang lebih kredibel, seperti buku atau konsultasi dengan profesional. Kecanduan ini juga bisa mengalihkan perhatian orang tua dari interaksi langsung dengan anak, padahal itu penting banget untuk perkembangan mereka.
Memilih Model Asuh yang Tepat
1. Kritik dan Seleksi
Orang tua perlu mengembangkan kemampuan untuk menganalisis konten yang mereka konsumsi. Pastikan mencari konten yang didukung oleh penelitian atau pengalaman yang valid.
2. Sesuaikan dengan Nilai Keluarga
Setiap keluarga punya prinsip dan nilai yang berbeda. Saat memilih model asuh, orang tua harus memastikan apakah pendekatan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai keluarga. Dengan begitu, akan tercipta konsistensi dalam pola asuh dan memberikan contoh yang jelas pada anak.
3. Keterlibatan dalam Komunitas
Meskipun konten online bisa bermanfaat, keikutsertaan dalam komunitas lokal juga sangat penting. Menghadiri seminar parenting, konsultasi dengan ahli atau bergabung dengan kelompok orang tua juga bisa memberi sudut pandang yang lebih luas dan mendalam.
Meskipun influencer bisa memberi wawasan dan inspirasi soal parenting, penting buat orang tua untuk tetap kritis dan bijak dalam memilih informasi. Penyebaran info yang tidak akurat, standar yang tidak realistis, dan tekanan sosial adalah beberapa pengaruh negatif yang bisa muncul dari mengikuti konten parenting di media sosial.
Orang tua sebaiknya mencari sumber informasi yang kredibel dan mempertimbangkan kebutuhan anak mereka sebelum mengadopsi saran dari influencer.
Selain itu, kesadaran dan keterlibatan aktif dalan proses pengasuhan adalah kunci untuk mendidik anak yang sehat dan bahagia.
Biodata Penulis:Gracia Agustine lahir pada tanggal 10 Agustus 2005 di Singaraja.