Minimnya Pendidikan Karakter Agama Siswa pada Jenjang SMA

Penerapan karakter harus diajarkan sejak dini, agar siswa ketika sudah besar sudah terbiasa berperilaku baik, dalam pendidikan karakter di tingkat ...

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada jenjang SMA memiliki peran penting dalam pembentukan karakter, pemahaman agama, dan pembinaan akhlak peserta didik. Pendidikan karakter menjadikan isu penting bagi dunia pendidikan akhir-akhir ini, kriminalitas, HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik bagi bangsa indonesia.

Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat penting bagi siswa, melalui Pendidikan Agama Islam siswa dapat belajar dan mengembangkan nilai-nilai kejujuran, rendah hati, tanggung jawab, empati dan integrasi. Karena di dalamnya mengandung nilai-nilai moral dan etika, sehingga memotivasi siswa untuk menjadi lebih baik.

Minimnya Pendidikan Karakter Agama Siswa pada Jenjang SMA

Penerapan karakter harus diajarkan sejak dini, agar siswa ketika sudah besar sudah terbiasa berperilaku baik, dalam pendidikan karakter di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kita harus dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis saja namun juga memilik moral, akhlak dan etika yang baik. Namun, saat ini pendidikan karakter sering kali dianggap minim atau kurang memadai.

Berikut adalah beberapa permasalahan dan dampak dari minimnya pendidikan karakter agama di kalangan siswa SMA:

1. Kurikulum yang Terbatas

Kurikulum pendidikan agama di banyak sekolah seringkali tidak cukup mendalam. Banyak sekolah yang beranggapan bahwa pendidikan agama hanya sebatas pelajaran di kelas. Dengan kurikulum yang ada belum cukup untuk membangun karakter siswa. Materi yang diajarkan bersifat teoritis dan kurang mendalami nilai agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari.

2. Kurangnya Peran Keluarga

Peran keluarga sangat penting dalam membangun karakter siswa. Namun, banyak orang tua yang kurang peduli dengan perkembangan karakter mereka, sedikit orang tua yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan agama dan memahami karakter anak-anak mereka, sehingga anak menjadi kebingungan nilai yang diajarkan di sekolah dan yang diterapkan di rumah berbeda.

3. Dampak Lingkungan

Lingkungan sosial dan budaya di sekitar mereka sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter atau sifat dan tingkah laku mereka. Jika lingkungan anak tersebut berada di lingkungan pergaulan bebas sering kali mereka terpapar oleh berbagai pengaruh negatif, bisanya anak cenderung mendapat tekanan dari teman sebayanya, dan masuk nya akses yang tidak sesuai nilai nilai agama dan nilai yang diajarkan di sekolah. Sehingga anak yang terpapar oleh pergaulan yang buruk cenderung kehilangan landasan moral dan etika karna nilai nilai yang tidak sejalan dengan karakter pendidikan.

4. Keterbatasan waktu

Dengan jadwal pembelajaran yang padat, waktu yang tersedia untuk pelajaran agama dan pendidikan karakter, sehingga hal ini mengakibatkan siswa tidak mendapat pengajaran karakter dan siswa kurang mendalami materi pendidikan agama.

5. Fokus pada Akademis

Di berbagai sekolah, perhatian utama sekolah mereka yaitu pada pencapaian akademis dan hasil ujian. Padahal pendidikan karakter dan pendidikan sangat penting, tetapi sering kali dianggap sebagai hal yang sekunder, sehingga siswa lebih terdorong untung meraih nilai tinggi dari pada memahami dan menerapkan nilai agama dalam kehidupan mereka.

Dampak yang dikarenakan minimnya karakter agama, di antaranya yaitu:

1. Kurangnya Empati dan Kepedulian

Jika yang seharusnya siswa di sekolah mendapatkan pendidikan karakter yang baik, siswa dapat menciptakan empati dan kepedulian terhadap sesama, tetapi jika di sekolah minimnya pendidikan yang memadai tersebut, siswa justru akan menjadi lebih egois dan kurang peka terhadap masalah sosial di lingkungan mereka.

2. Penurunan Moralitas

Minimnya karakter pendidikan dapat menyebabkan siswa terjerumus dalam perilaku negatif yang bertentangan dengan ajaran agama islam, sehingga dapat mengakibatkan hilangnya akhlak dan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

3. Krisis Identitas Spiritual

Ketika siswa tidak mampu memahami agama dengan baik, mereka nanti akan cenderung mengalami kesulitan dalam mencari identitas diri. Hal ini mengakibatkan mereka akan mengabaikan ajaran agama dan mencari jati dirinya melalui cara yang tidak baik.

Solusi untuk mengatasi minimnya pedidikan karakter agama siswa jenjang SMA, antara lain yaitu:

1. Penguatan Kurikulum Pendidikan Keagamaan

  • Revisi Kurikulum: Membacakan kurikulum pendidikan agama yang komprehensif, mengintegrasikan teori dan praktik, serta penekanan nilai moral dan etika.
  • Pendidikan Karakter Berbasis Agama: Menyusun kurikulum yang tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga mengedepankan praktik dan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sosial.

2. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Guru

  • Mengadakan pelatihan untuk guru pendidikan agama agar mereka dapat mengajarkan materi dengan lebih efektif dan lebih menarik.
  • Mengembangkan materi ajar yang relevan dan kontekstual, seperti menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran.

3. Penerapan Metode Pembelajaran yang Interaktif

  • Seperti menggunakan metode diskusi atau debat, untuk mendorong siswa berpikir kritis tentang nilai-nilai agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Membuat proyek sosial yang melibatkan siswa dengan masyarakat agar siswa dapat mengetahui dan menerapkan nilai-nilai agama secara langsung.

4. Kolaborasi dengan orang tua dan komunitas

  • Mengadakan seminar untuk orang tua agar mereka mengetahui dan memahami pentingnya pendidikan karakter agama sehingga orang tua membantu dan mendukung anak mereka untuk mendidik karakter yang baik.
  • Berkolaborasi dengan lembaga keagamaan, seperti membuat program salat berjamaah di masjid untuk mendukung karakter agama bagi siswa.

5. Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Agama

  • Seperti membuat organisasi siswa yang di dalamnya fokus terhadap nilai keagamaan dan sosial yang positif.
  • Mengadakan acara keagamaan seperti kajian-kajian, riset atau perkemahan untuk menguatkan siswa dan mengamalkan nilai agama secara langsung.

6. Penggunaan Media dan Teknologi

  • Menggunakan platform online untuk mengakses pendidikan agama sehingga mempermudah siswa untuk mempelajarinya yang dapat dipelajari melalui video, artikel, maupun aplikasi.

Biodata Penulis:

Ahmad Daffaa Husni Labib saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Agama Islam, di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.