Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran penting di sekolah yang bertujuan membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Islami. Namun, dalam pelaksanaannya, pembelajaran PAI sering kali lebih menekankan pada aspek teoritis dan hafalan. Hal ini membuat siswa kesulitan memahami bagaimana mengaitkan ajaran agama dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, nilai-nilai Islami yang diajarkan tidak dapat diaplikasikan secara maksimal oleh siswa dalam aktivitas mereka sehari-hari.
Tantangan ini menjadi semakin signifikan di tingkat sekolah, terutama di tengah era globalisasi yang dipenuhi berbagai pengaruh budaya dan perubahan sosial. Untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya memahami ajaran Islam tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dengan realitas kehidupan siswa.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kurangnya keterkaitan antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dan kehidupan sehari-hari adalah metode pengajaran yang masih bersifat konvensional. Guru cenderung fokus pada penyampaian materi dari buku teks tanpa memberikan ruang untuk diskusi atau penerapan praktis. Akibatnya, siswa merasa pelajaran agama tidak relevan dengan tantangan yang mereka hadapi di luar lingkungan sekolah.
Selain itu, kurikulum yang kurang fleksibel juga menjadi kendala. Banyak materi yang terlalu teoritis dan kurang disesuaikan dengan situasi kehidupan siswa saat ini, seperti isu etika di media sosial, hubungan sosial, atau cara menghadapi pengaruh budaya asing. Hal ini membuat pembelajaran agama kurang menarik dan sulit dipahami oleh siswa.
Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini:
1. Menerapkan Metode Pembelajaran Kontekstual
Guru perlu menggunakan pendekatan pengajaran yang lebih relevan dengan pengalaman siswa. Misalnya, dengan menerapkan studi kasus atau simulasi yang membahas persoalan sehari-hari, seperti penerapan nilai kejujuran di sekolah atau etika berinteraksi di media sosial.
2. Memanfaatkan Teknologi Digital
Teknologi dapat menjadi sarana yang efektif untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik dan relevan. Guru dapat memanfaatkan media seperti video, aplikasi edukasi, atau platform media sosial untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dalam konteks kehidupan siswa. Contohnya termasuk membuat vlog dengan tema Islami atau diskusi daring tentang masalah moralitas.
3. Mengintegrasikan Kegiatan Praktis
Aktivitas di luar kelas, seperti kerja sosial, kajian keislaman, atau simulasi ibadah, dapat membantu siswa memahami nilai-nilai agama secara lebih nyata. Kegiatan-kegiatan ini juga membantu memperkuat hubungan antara teori yang diajarkan dan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Membangun Kolaborasi dengan Orang Tua dan Masyarakat
Peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam mendukung implementasi nilai-nilai agama di luar sekolah. Kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter Islami siswa secara konsisten.
Mengatasi kurangnya hubungan antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dan kehidupan sehari-hari di sekolah membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Melalui penerapan metode pembelajaran yang relevan dengan konteks siswa, pemanfaatan teknologi, serta kegiatan praktis, nilai-nilai Islam dapat disampaikan dengan cara yang lebih bermakna dan aplikatif. Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk generasi yang tidak hanya memahami ajaran agamanya, tetapi juga menjadikannya sebagai panduan dalam menjalani setiap aspek kehidupan.
Biodata Penulis:
Syahrul Ardiansyah saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Pendidikan Agama Islam, di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.