Membangun Karakter Unggul: Peran Pendidikan Agama Islam di SMP dalam Menghadapi Krisis Moral Generasi Muda

Siswa SMP tidak hanya diajarkan mengenai ajaran agama saja tetapi juga diajarkan ajaran agama praktis. Mereka diajarkan bagaimana siswa itu dapat ...

SMP (Sekolah Menengah Pertama) adalah tahap pendidikan yang sangat penting karena berpengaruh pada perkembangan karakter remaja. Pada tahap ini, siswa berada di masa akhir anak-anak menuju remaja, mereka sedang mencari identitas diri dan perlu ditanamkan moral untuk membantu mereka berperilaku di masa depan.

Pada tahap remaja ini, siswa berada pada eksplorasi jati diri dan mereka sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan seperti keluarga, teman sebaya, dan media. Dengan kebingungan moral ini mereka cenderung suka mencoba hal baru yang dapat membuat keputusan yang buruk. Tekanan dari teman sebaya membuat mereka melakukan perilaku menyimpang seperti merokok, minum, tawuran, penggunaan narkoba, dan masih banyak lagi. Hal ini dapat menjadikan bahwa penerimaan teman sebaya itu adalah hal yang wajib.

Selain itu, siswa juga dapat menjadi korban ataupun pelaku bullying, baik secara daring maupun tindakan langsung. Hal ini dapat berpengaruh pada kesehatan mental anak dan sering kali tidak ada tindakan hukuman langsung. Dengan ini dapat menjadikan meningkatnya kepercayaan diri mereka untuk melakukannya tanpa rasa bersalah.

Membangun Karakter Unggul
Sumber: Pinterest

Siswa SMP tidak hanya diajarkan mengenai ajaran agama saja tetapi juga diajarkan ajaran agama praktis. Mereka diajarkan bagaimana siswa itu dapat mengamalkannya pada kehidupan sehari-sehari seperti salat, puasa, dan berbuat baik kepada orang lain. Ini adalah momen yang penting, siswa dapat mengambil nilai-nilai agama untuk membangun karakter mereka. Dalam hal ini terdapat nilai-nilai penting dalam ajaran agama seperti tanggung jawab, kejujuran, dan empati mereka yang muncul dalam diri karakter siswa. Karakter yang seperti itulah yang dapat menjadi modal psikologis mereka untuk menghadapi tantangan yang beragam di kehidupan mereka nanti.

Banyak siswa yang menganggap pembelajaran agama kurang menarik jika dibandingkan dengan pembelajaran yang lain. Ketidakpedulian ini mungkin disebabkan oleh pembelajaran yang monoton dan kurang relevan. Tidak semua guru agama islam memiliki pelatihan yang cukup dan professional terkait pedagogik dan metode pembelajaran.

Selain itu, juga pendidik sering kali keterbatasan waktu karena hanya diberikan waktu sedikit daripada pembelajaran yang lain. Hal tersebut membuat pendidik sulit mengajarkan dan fokus terhadap pengembangan karakter siswa.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang menarik dan efektif untuk siswa yang dapat dijadikan gambaran pendidik agama islam dalam pembelajaran. Pertama, metode diskusi, metode ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengetahui bagaimana mereka dapat mengungkapkan pendapat mereka. Selanjutnya, metode penggunaan media atau aplikasi, dapat membantu mereka dalam pembelajaran agama seperti melihat video tentang agama dan edukasi. Ada juga metode simulasi dan bermain peran yang juga dapat melatih memahami dari sudut pandang yang berbeda dalam konteks dunia nyata. Dengan ini pendidik dapat menciptakan pembelajaran agama yang interaktif dan efektif sehingga siswa dapat termotivasi untuk mendalami ajaran agamanya.

Selain itu, pendidik juga harus peka terhadap perubahan perilaku siswa. Pendidik harus bisa berkomunikasi dengan orang tua siswa mengenai seluruh informasi pada proses pembelajaran siswa.

Keterlibatan orang tua juga penting, sudah diketahui bahwa orang tua juga mendidik ajaran agama sedari kecil seperti senantiasa salat berjamaah, membaca Al-Quran, puasa dan mengajarkan hal yang baik. Hal ini sangat baik guna memperkuat ajaran islam dan membangun kedekatan emosional di antara keluarga. Tak hanya itu, orang tua harus mendukung, menjaga, dan memotivasi siswa dalam pembelajaran agama atau kegiatan agama di sekolah.

Jadi, peran orang tua dan pendidik itu penting dalam pendidikan agama guna membangun karakter siswa yang berakhlakul karimah dan bertanggung jawab. Hal ini dapat membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas di akademis saja, tetapi juga cerdas dalam ajaran agama, moral dan etika.

Biodata Penulis:

Vina Oktavia Arriza lahir pada tanggal 27 September 2005 di Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.