Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Lunturnya Nilai Gotong Royong di Pedesaan

Nilai gotong royong merupakan warisan luhur bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, upaya untuk ...

Gotong royong merupakan istilah bekerja bersama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Istilah ini berasal dari kata bahasa Jawa, gotong yang berarti "mengangkat" dan royong yang berarti "bersama". Gotong royong, sebagai salah satu nilai luhur bangsa Indonesia, telah lama menjadi pondasi kehidupan masyarakat, terutama di pedesaan.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, nilai-nilai tersebut kian memudar. Seharusnya, budaya gotong royong dapat menjaadi kekuatan besar yang perlu terus dikembangkan. Lunturnya nilai gotong royong di pedesaan merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif.

Lunturnya nilai gotong royong merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan. Namun, dengan kesadaran dan upaya bersama, semangat gotong royong dapat kembali tumbuh subur dan menjadi kekuatan untuk membangun desa yang lebih maju dan sejahtera.

Lunturnya Nilai Gotong Royong di Pedesaan

Lunturnya nilai gotong royong tentu saja memiliki dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat desa. Kehidupan sosial menjadi semakin individualistis, gotong royong dalam menyelesaikan masalah menjadi semakin sulit, dan semangat kebersamaan semakin pudar. Hal ini dapat menghambat pembangunan desa dan memperlemah ketahanan sosial masyarakat.

Budaya gotong royong yang semakin luntur tidak terjadi dengan sendirinya. Faktor-faktor yang menyebabkan lunturnya nilai gotong royong di pedesaan serta dampaknya terhadap kehidupan sosial masyarakat, di antaranya yaitu:

1. Modernisasi dan Individualisme

  • Perubahan Gaya Hidup: Masyarakat pedesaan semakin terpapar oleh budaya urban yang individualistis. Keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik secara materi mendorong mereka untuk lebih fokus pada kepentingan pribadi.
  • Teknologi: Kemudahan akses terhadap teknologi informasi membuat interaksi sosial semakin terbatas. Masyarakat lebih memilih menghabiskan waktu di dunia maya daripada terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
  • Urbanisasi: Banyak pemuda desa merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, sehingga mengurangi jumlah penduduk yang aktif dalam kegiatan gotong royong di desa.

2. Faktor Ekonomi

  • Ketimpangan Sosial: Adanya kesenjangan ekonomi yang semakin lebar menyebabkan munculnya rasa iri dan tidak percaya antarwarga. Hal ini menghambat tumbuhnya semangat gotong royong. Ketimpangan ekonomi yang semakin lebar menyebabkan munculnya rasa iri dan tidak percaya di antara warga. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Selain itu, semakin majunya perekonomian membuat masyarakat lebih bergantung pada uang untuk menyelesaikan segala masalah. Akibatnya, semangat gotong royong yang mengandalkan gotong royong tenaga dan pikiran perlahan tergantikan oleh pola pikir konsumtif.
  • Perubahan Mata Pencaharian: Pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian menyebabkan pola hidup masyarakat berubah. Mereka cenderung memiliki mobilitas yang tinggi dan kurang memiliki waktu untuk terlibat dalam kegiatan gotong royong.

3. Kurangnya Peran Pemimpin

  • Kepemimpinan yang Lemah: Kepemimpinan yang kurang tegas dan kurang mampu menginspirasi warga dapat membuat semangat gotong royong menjadi menurun.

4. Lemahnya Peran Lembaga Sosial

  • Keluarga: Perubahan struktur keluarga dan semakin berkurangnya jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga menyebabkan hilangnya fungsi keluarga sebagai tempat belajar nilai-nilai sosial.
  • Agama: Meskipun agama memiliki peran penting dalam membentuk karakter, namun pengaruhnya terhadap perilaku sosial masyarakat semakin berkurang.

5. Pendidikan

  • Kurangnya Penanaman Nilai-Nilai Luhur: Pendidikan formal yang kurang menekankan pada nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan dapat membuat generasi muda kurang memahami pentingnya nilai-nilai tersebut.

Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kembali semangat gotong royong,  di antaranya yaitu:

  • Penguatan Peran Lembaga Masyarakat: Memperkuat peran lembaga masyarakat seperti RT, RW, dan kelompok tani untuk memfasilitasi kegiatan gotong royong.
  • Pendidikan Karakter: Menanamkan nilai-nilai gotong royong sejak dini melalui pendidikan formal maupun non-formal.
  • Pemberdayaan Ekonomi: Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan.
  • Kepemimpinan yang Inspiratif: Memilih pemimpin desa yang memiliki integritas tinggi, mampu menginspirasi, dan memiliki visi yang jelas untuk kemajuan desa.
  • Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi untuk memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar warga, serta untuk menyebarkan informasi tentang kegiatan gotong royong.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa nilai gotong royong merupakan warisan luhur bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, upaya untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong harus terus dilakukan. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis.

Biodata Penulis:

Irsyad Nasrullah lahir pada tanggal 26 Juni 2006.

© Sepenuhnya. All rights reserved.