Saat ini, kebanyakan orang lebih pilih membahas gosip artis ketimbang isu-isu sosial dan politik di pemerintahan. Hal ini bisa saja sengaja dimanfaatkan oleh beberapa oknum pemerintah untuk menutupi fakta-fakta atau permasalahan sebenarnya yang sedang terjadi di Indonesia, tentu saja hal ini memiliki dampak pada sistem politik.
Dampak-dampak yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Demokrasi Menurun
Demokrasi Indonesia semakin mengalami penurunan, demokrasi hanya terjadi ketika Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah, tidak ada peninjauan maupun pemantauan dari rakyat setelah itu. Masyarakat sosial media atau yang sering disebut netizen lebih mementingkan berita trending yang menyangkut persoalan selebriti, entah itu mengenai perceraian, percintaan atau pertengkaran yang sedang panas-panasnya.
Demokrasi di Indonesia hanya memfokuskan kepada pemenuhan hak-hak politik yang inti saja, tidak dengan hak-hak sipil lain dalam beberapa kasus, sehingga kedaulatan yang dimiliki rakyat melemah.
Penyebab rendahnya partisipasi politik juga datang dari pihak masyarakat yang apatis atau enggan turut campur karena sudah terlanjur kecewa dengan adanya budaya politik yang negatif seperti misalnya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan pejabat publik yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan umum.
Sebaiknya, sebagai generasi penerus bangsa jangan hanya menjadi penonton, tetapi aktif berpartisipasi dalam proses demokrasi. Menyampaikan pendapat dan menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu publik, dan jangan biarkan suara rakyat dibungkam.
2. Kemudahan Manipulasi
Karena fenomena goreng-menggoreng sering terjadi, akibatnya ada oknum-oknum politik pemerintah tidak bertanggung jawab yang sengaja memanfaatkannya sebagai senjata mengalihkan isu permasalahan dengan memanipulasi opini publik melalui gosip dan menyuntikkan informasi-informasi palsu atau tidak bermanfaat kepada masyarakat. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga dapat menimbulkan kemungkinan praktik korupsi dan ketertutupan menjadi meluas, sedangkan lembaga anti-korupsi dilemahkan.
Jika terus-menerus dibiarkan, peristiwa ini dapat menciptakan polarisasi sosial dan memecah belah persatuan bangsa.
Untuk mencegah mudahnya dimanipulasi sebaiknya cerna dengan baik terlebih dahulu informasi yang diterima, jangan langsung ditelan bulat-bulat, luangkan waktu untuk literasi dan mempelajari fakta-fakta sebuah peristiwa mulai dari akarnya.
3. Abai terhadap Masalah Sosial
Apabila masyarakat yang hanya tertarik pada gosip, masalah-masalah pribadi selebriti atau hal-hal lain yang bersifat hiburan saja, tanpa mementingkan isu-isu sosial yang datangnya dari kesadaran pribadi ini, tidak ada penanganan dan pencegahannya, maka hal ini dapat memperlemah ikatan sosial dan semakin memperkuat polarisasi. Ini juga akan membuat seseorang menjadi lebih individualis dan tidak peduli akan masalah sosial yang serius. Mereka akan cenderung kurang kritis terhadap tindakan para pemimpin ataupun politisi.
Padahal seharusnya masyarakat lebih memusatkan fokusnya pada masalah pemerintah yang memerlukan perhatian dari rakyatnya dibandingkan hanya turut campur pada masalah pribadi seseorang yang bahkan tidak ada urusannya dengan hanya mengomentari media sosial artis tersebut.
Hal ini terjadi karena mengikuti topik pembicaraan masalah pribadi selebriti yang sedang viral lebih mudah dicerna dibandingkan dengan isu-isu politik yang kompleks. Polarisasi di kalangan publik sering kali terjadi, sehingga energi masyarakat tercurah pada hal-hal yang tidak produktif. Apakah selama ini Anda juga termasuk netizen itu?
Penggunaan masalah pribadi artis sebagai alat untuk mengalihkan isu politik merupakan sebuah fenomena yang sangat berbahaya. Kita sebagai warga negara harus lebih cerdas dan waspada agar tidak mudah dimanipulasi. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan demokrasi yang lebih kuat.
Tentunya kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan agar menjadi pengguna media sosial yang bijak untuk dapat memilih informasi mana yang sebaiknya dicari tahu kebenarannya dan mana yang sebaiknya diabaikan, dengan harapan masyarakat dapat mempertimbangan dalam hal memahami situasi kompleks dan memberikan perspektif yang lebih luas mengenai isu-isu yang terkait dengan konflik ini.
Biodata Penulis:
Ina Andzikri Syarifah Ikhsani lahir pada tanggal 17 Maret 2006.