Di dunia sekarang ini, hubungan antara manusia dan hewan peliharaan telah berubah secara signifikan. Padahal sebelumnya hewan dianggap sebagai benda mati, mereka diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat hari ini. Sebaliknya, beberapa individu di seluruh dunia dianggap tidak berbeda dengan 'babu' atau pelayan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang signifikansi apa yang dimiliki martabat di seluruh spesies.
Dengan esai ini kita akan membahas kenapa harga diri hewan peliharaan sering kali dianggap lebih tinggi daripada manusia terjebak dalam posisi subordinat.
Mula-mula penting memahami bagaimana hewan peliharaan mendapatkan status tinggi dalam pandangan masyarakat. Dalam budaya banyak, anjing dan kucing telah berubah dari sekadar hewan pembantu menjadi anggota keluarga. Mereka diberi nama, ulang tahun mereka dirayakan, bahkan lebih disayangi daripada beberapa anggota keluarga manusia.
Ini adalah gejala yang mengubah nilai-nilai sosial, hewan peliharaan telah menjadi sahabat sejati yang memberikan cinta, tanpa syarat dan tanpa pamrih. Faktanya adalah bahwa hewan peliharaan bukan sembarang makhluk hidup; mereka mewujudkan sumber kebahagiaan dan kenyamanan dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, banyak manusia yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, diperlakukan dengan cara yang merendahkan. Mereka sering kali bekerja pada pekerjaan dengan upah rendah, tanpa penghargaan yang layak. Sebagai contoh, pekerja-pekerja domestik di berbagai negara yang diabaikan hak-haknya dan tidak lebih dari alat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari majikan mereka.
Dalam konteks ini, perlakuan tidak adil pada mereka membuat harga diri mereka tergerus. Mereka kebanyakan tidak memiliki akses ke pendidikan, layanan kesehatan, atau kesempatan untuk berkembang dalam hidup. Banyak dari mereka terpaksa menyerah, hanya untuk bertahan hidup, pada impian dan aspirasi mereka. Mengapa kita melihat perbedaan ini? Itu ada sebagian karena kedalaman budaya dan tradisi dalam masyarakat kita. Beberapa orang percaya bahwa hewan peliharaan menawarkan nilai emosional yang lebih kepada pemiliknya daripada manusia yang dianggap sebagai 'pelayan.' Cinta dan ketulusan dari hewan peliharaan jauh lebih murni, sementara manusia cenderung dipandang sebagai individu dengan kepentingan pribadi yang kompleks. Ini memperluas kesenjangan lebih jauh antara cara kita memperlakukan hewan dan manusia lainnya.
Bahkan lebih jauh lagi, dalam banyak kasus, hewan peliharaan memiliki suara yang lebih besar dalam hal kesejahteraan mereka dibandingkan dengan manusia yang kurang beruntung. Di berbagai negara, ada organisasi yang berdedikasi untuk melindungi hak-hak hewan, dengan hukum dan regulasi yang ketat untuk menjaga kesejahteraan mereka. Sementara itu, banyak pekerja di sektor informal tidak memiliki perlindungan hukum yang memadai, sehingga mereka rentan terhadap eksploitasi.
Sebaliknya, dalam banyak kasus, hewan peliharaan diperlakukan jauh lebih baik daripada orang-orang yang terperangkap oleh sistem sosial yang menindas. Selain itu, faktor emosional tidak kurang memainkan peran penting dalam melihat status mereka juga, yang pada akhirnya menempatkan mereka di atas manusia. Banyak hewan peliharaan dianggap sebagai penghibur dan pembela manusia. Mereka memberikan rasa aman dan kebahagiaan yang seringkali tidak ada pada diri manusia. Ketergantungan pada emosi ini menjadikannya bagian dari hidup kita dan meningkatkan statusnya di mata banyak orang.
Namun di balik semua pesona peningkatan harga diri terhadap hewan peliharaan, ada paradoks yang menyedihkan: sementara hewan peliharaan semakin dihormati, banyak manusia masih terjebak dalam siklus kemiskinan dan ketidakadilan. Pertanyaan itu tetap ada, dan memohon untuk dipertimbangkan lebih dalam, karena menyangkut nilai-nilai yang kita junjung tinggi atau praktikkan dalam memperlakukan orang lain. Idealnya, tidak ada makhluk hidup yang harus diperlakukan lebih rendah dari yang lain karena spesies atau latar belakang sosialnya. Setiap manusia dan hewan sama-sama memiliki nilai dan hak atas martabat. Ini menuntut kesadaran kolektif dan tindakan nyata.
Perlu ada lebih banyak pendidikan tentang hak asasi manusia dan penghormatan terhadap martabat setiap orang. Kita harus belajar menghargai tidak hanya hewan peliharaan kita tetapi bahkan orang-orang di sekitar kita. Hewan peliharaan rumah tangga, dalam banyak hal, dapat memberi kita pelajaran berharga tentang cinta dan kesetiaan. Tetapi kita juga harus diajari nilai-nilai itu ketika menyangkut sesama kita.
Bisa saja dikatakan, secara kesimpulan bahwa saat ini, harga diri hewan peliharaan sering kali lebih tinggi daripada manusia yang dianggap sebagai 'babu'. Maka, itu merupakan fenomena ketidakadilan sosial dan tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat modern. Kita perlu berkomitmen untuk menciptakan dunia, setiap individu, tanpa memandang spesies atau status sosial, dihormati dan diperlakukan dengan adil. Hanya dengan cara ini, keseimbangan yang lebih baik dapat diperoleh dalam perlakuan terhadap hewan peliharaan dan manusia serta meningkatkan harga diri seluruh makhluk hidup.
Dalam hal ini, masyarakat perlu melakukan refleksi mendalam atas nilai-nilai yang kita junjung. Apakah benar-benar kita menghargai kehidupan manusia di sekeliling kita? Atau apakah kita terjebak dalam paradigma yang menganggap hewan peliharaan lebih berharga daripada mereka? Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, harga diri setiap makhluk, baik manusia maupun hewan, dihormati dan dijunjung tinggi. Setiap usaha kecil untuk meningkatkan kesadaran ini adalah langkah menuju perubahan yang lebih besar.
Selanjutnya, perlu lebih lanjut dibahas bagaimana media dan teknologi berperan dalam menempatkan persepsi terhadap kemanusiaan hewan peliharaan dan manusia. Dengan adanya media sosial, sangat sering sekali kita melihat banyak konten yang menampilkan hewan peliharaan dalam momen lucu dan menggemaskan. Video viral mengenai hewan peliharaan yang berinteraksi dengan pemiliknya seringkali lebih mendapatkan perhatian daripada berita tentang isu kemanusiaan yang mendesak. Ini menunjukkan bahwa perhatian kita sering kali lebih tertuju pada hewan peliharaan daripada pada masalah yang dihadapi oleh sesama manusia.
Di sinilah kita harus menilai kembali prioritas dan perhatian perjuangan untuk keadilan sosial. Oleh karena itu, penanganan isu-isu tersebut pada akhirnya akan melibatkan kerja sama pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum dalam melawan hal yang sama. Ada kebutuhan akan program pendidikan di sekolah-sekolah tentang hak asasi manusia dan kesetaraan untuk membuat generasi berikutnya lebih sadar akan nilai setiap individu. Ada juga kebutuhan untuk mendorong dialog konstruktif tentang peran sosial dan apresiasi terhadap segala bentuk kehidupan. Hal ini pada akhirnya dapat membawa perubahan yang lebih luas dan lebih dalam dalam masyarakat kita.
Kita seharusnya memahami dalam hal ini bahwa manusia ataupun hewan peliharaan mempunyai nilai dan peranan masing-masing dalam keseimbangan ekosistem kehidupan. Tak satu pun dari mereka lebih berharga daripada yang lain; semua makhluk berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan adil. Dengan cara ini, mengedepankan harga diri setiap individu, baik manusia maupun hewan, akan menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan perubahan dalam sikap dan tindakan nyata, kita dapat berharap melihat dunia setiap makhluk dinilai dan diperlakukan adil.
Biodata Penulis:
Yumna Saiful Islam, lahir pada tanggal 19 September 2005 di Boyolali, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Jurusan D3 Manajemen Bisnis.