Gadgetisasi Siswa dan Tantangan Pendidikan Agama

Teknologi digital membuka peluang belajar yang tak terbatas bagi siswa. Dengan sentuhan jari, mereka bisa mengakses berbagai sumber belajar agama, ...

Ponsel pintar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja masa kini. Seperti halnya di banyak sekolah lainnya, fenomena "gadgetisasi" siswa semakin menonjol. Penggunaan gadget yang masif ini tentu saja membawa pengaruh besar, termasuk dalam konteks pendidikan agama.

Di era digital saat ini, gadget telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan siswa. Fenomena gadgetisasi siswa merujuk pada penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone, tablet, dan laptop dalam kegiatan belajar mengajar, fenomena ini membawa tantangan tersendiri bagi pendidikan agama.

Gadgetisasi Siswa dan Tantangan Pendidikan Agama

Teknologi digital membuka peluang belajar yang tak terbatas bagi siswa. Dengan sentuhan jari, mereka bisa mengakses berbagai sumber belajar agama, mulai dari video kajian, seperti aplikasi belajar interaktif dan game edukasi membuat proses belajar agama menjadi lebih menyenangkan. Hingga forum diskusi online yang memfasilitasi interaksi antar siswa dan guru untuk membahas isu-isu keagamaan.

Namun, di balik kemudahan akses informasi, terdapat juga tantangan yang perlu diwaspadai.

  • Hoax dan Misinformasi: Kemudahan akses informasi juga berarti potensi terpaparnya siswa pada informasi yang tidak akurat atau menyesatkan tentang agama.
  • Distraksi: Kecanduan gadget bisa mengalihkan perhatian siswa dari kegiatan belajar yang lebih produktif, termasuk pembelajaran agama.
  • Digital Divide: Tidak semua siswa memiliki akses internet yang memadai, menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari semua pihak.

  • Literasi Digital: Sekolah perlu memberikan pendidikan literasi digital kepada siswa agar mereka bisa memilah informasi yang benar dan bijak dalam menggunakan teknologi.
  • Kurikulum yang Relevan: Materi pelajaran agama perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu belajar.
  • Kerjasama dengan Orang Tua: Orang tua perlu terlibat aktif dalam mengawasi penggunaan gadget oleh anak-anak dan memberikan dukungan dalam pembelajaran agama.
  • Guru sebagai Fasilitator: Guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pembimbing yang membantu siswa memahami agama dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Penulis: Muamalatul Hikmah

© Sepenuhnya. All rights reserved.