Karakter merupakan sifat, sikap, serta perilaku yang pasti dimiliki oleh semua orang. Maka dari itu, pendidikan karakter sangat penting bagi kita. Namun pada saat ini dunia sedang mengalami krisis pendidikan karakter, baik sopan santun, disiplin, dan lainnya. Tepatnya di Indonesia, para siswa mengalami krisis pendidikan karakter. Mereka tidak disiplin dan bahkan tidak menghormati gurunya. Miris sekali melihatnya.
Apalagi sekarang ini sedang hangat diperbincangkan tentang para guru yang mendisiplinkan para siswanya malah masuk penjara. Padahal sudah dijelaskan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, bahwa salah satu hak guru adalah memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan. Dan juga guru berhak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
Hal ini tidak sesuai dengan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan, beliau berpendapat bahwa pendidikan itu adalah upaya untuk memanusiakan manusia secara utuh, sehingga mereka dapat bertakwa kepada Allah SWT dengan benar-benar mematuhi segala perintahnya, menegakkan keadilan di dunia, beramal saleh, dan menjadi makhluk yang paling mulia dan paling tinggi dari semua makhluk Allah. Pendidikan juga banyak memberikan andil dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan dan mendidik moral manusia. Oleh sebab itu, K.H. Hasyim Asy’ari sangat memperhatikan pendidikan karakter.
Begitu pula dengan Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji, beliau memandang guru sebagai sosok yang penting dalam pendidikan. Seorang guru harus mempunyai kompetensi keilmuan yang tinggi, serta mampu menjadi teladan bagi siswanya dalam hal akhlak dan perilaku. Bagaimana caranya seorang guru menjadi teladan yang baik bagi siswanya, jikalau menegurnya saja guru tersebut masuk penjara? Hal inilah mengapa Indonesia dikatakan mengalami krisis pendidikan karakter. Mereka yang memiliki kuasa semena-mena dengan orang kecil di bawahnya.
Lalu bagaimanakah cara menghilangkan krisis pendidikan karakter di Indonesia?
Cara menghilangkan krisis pendidikan karakter di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:
1. Memperkuat Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter
Keluarga adalah tempat pertama karakter anak dibentuk. Orang tua harus menunjukkan contoh yang baik dan menanamkan nilai-nilai positif pada anak-anak mereka sejak dini. Sangat penting untuk memiliki disiplin yang konsisten, berkomunikasi secara terbuka, dan memperhatikan perkembangan sosial dan emosi anak.
2. Pembentukan Lingkungan Sekolah yang Kondusif
Karakter siswa yang tidak baik mungkin tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari lingkungan sekolah yang tidak baik. Karena itu, sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan karakter, seperti menghargai perilaku baik, menjaga lingkungan aman, dan menerapkan disiplin secara adil dan bijaksana.
3. Membuat Kebijakan Pendidikan yang Mendukung Pendidikan Karakter
Pemerintah perlu membuat kebijakan pendidikan yang mendukung pendidikan karakter atau pemerintah perlu melakukan amandemen Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, mungkin lebih mempertegas terkait perlindungan guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga, guru dapat menjadi teladan yang baik tanpa takut dengan orang-orang yang berkuasa yang berlaku semena-mena.
Biodata Penulis:
Ilham Manziz saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.