Setiap hari, kita bertemu dengan berbagai macam teman, mulai dari yang asyik hingga yang kurang bisa berbaur dengan nyaman. Terkadang, kita juga menghadapi teman dengan sikap yang "ngacle." Apa sebenarnya sikap ngacle itu? Sikap ini termasuk dalam kategori mudah berbaur dan berinteraksi dengan orang lain secara santai. Namun, sikap ngacle kadang bisa berlebihan sehingga terkesan "terlalu ngacle."
sumber: Halodoc |
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berinteraksi dengan berbagai karakter orang, termasuk dengan saudara sendiri. Salah satu perilaku yang mungkin membuat kita merasa tidak nyaman adalah ketika saudara bersikap terlalu ngacle atau berlebihan dalam bertindak. Hal ini bisa berupa tingkah laku yang mengganggu, komentar yang tidak perlu, atau sikap yang terlalu dominan. Lalu, bagaimana cara kita merespons atau menyikapi tingkah saudara yang seperti ini? Mari telusuri dan bahas lebih dalam.
Menyikapi Reaksi
Sebelum kita mengambil langkah untuk merespons, penting untuk memahami konteks dari tingkah laku saudara. Memahami latar belakangnya dapat membantu kita untuk lebih empati dan tidak langsung menghakimi. Misalnya, jika saudara kita baru saja mengalami kegagalan dalam sesuatu hal, bisa jadi tingkah lakunya yang berlebihan adalah caranya untuk mencari perhatian ataupun dukungan. Dalam situasi seperti ini, merespons dengan empati akan lebih bermanfaat daripada reaksi negatif.
Salah satu cara terbaik untuk menyikapi tindakan ataupun tingkah laku saudara yang terlalu ngacle adalah dengan menjaga komunikasi yang baik. Beberapa tips untuk berkomunikasi secara efektif, antara lain: pertama, gunakan bahasa yang santun dan hindarkan kata-kata yang bisa menyinggung. kedua, fokuskan pada perasaan kita sendiri saat menyampaikan pesan, terutama tentang bagaimana perilakunya mempengaruhi perasaan kita. Ketiga, berikan contoh spesifik untuk menunjukkan bagaimana tingkah lakunya berdampak pada perasaan orang lain.
Mengatur Batasan
Jika kamu merasa tingkah laku saudaramu sudah terlalu mengganggu, penting untuk menetapkan batasan. Menetapkan batasan bukan berarti menjauhkan diri darinya, tetapi lebih kepada melindungi diri dari perilaku yang membuat tidak nyaman. Berikut beberapa cara untuk mengatur batasan:
Pertama, tentukan tindakan apa yang dapat diterima, seperti mengingatkan secara halus jika ia sering menginterupsi.
Kedua, sampaikan batasan dengan jelas dalam komunikasi yang baik, misalnya dengan mengatakan, "Aku tetap menghargai pendapatmu, tapi aku juga ingin agar kita saling memberi ruang untuk menyampaikan pandangan."
Ketiga, bersikaplah konsisten. Jika saudaramu mulai berlebihan lagi, jangan ragu untuk mengingatkannya dengan cara yang sama.
Dorongan atau Bantuan
Cobalah membuat hidup saudaramu lebih berwarna, sambil tetap mengawasi tingkah lakunya. Namun, jika perilakunya masih berlebihan, kita bisa memberinya dukungan agar ia lebih mudah menerima masukan dengan lapang dada. Ada beberapa cara positif yang bisa kita lakukan:
Pertama, tanyakan apa yang ia butuhkan. Misalnya, jika ia butuh tempat untuk bercerita, bersedialah mendengarkannya dengan hati terbuka dan pikiran tenang, serta perhatikan perasaannya.
Kedua, berikan motivasi dan dukungan penuh dengan dorongan positif. Kamu bisa mengatakan sesuatu seperti, “Apapun yang kamu rasakan sekarang, semuanya akan berbuah hasil di kemudian hari.”
Ketiga, ajak saudaramu terlibat dalam aktivitas sosial yang bisa meredakan ketegangannya. Ini penting terutama untuk meredakan emosi yang tak terkendali yang bisa menyebabkan perasaan buruk, stres, atau bahkan depresi. Kamu bisa mengajaknya keluar, main game, nonton film, atau melakukan aktivitas lain yang bisa membantunya rileks.
Ingatlah bahwa terlalu sering berinteraksi tanpa memahami suasana hatinya justru bisa membuatnya merasa terganggu atau frustrasi. Meski sikapnya mungkin terlalu ngacle, cobalah memahami alasan di balik tingkah lakunya sebelum bereaksi dengan cara yang kurang pantas. Memahami lebih dalam bisa membantu kita memberi respon yang lebih baik.
Menyikapi Tingkah Laku
Ada beberapa cara yang bisa membantu kita mengelola emosi atau perasaan sendiri sebelum menghadapi perilaku saudara. Pertama, luangkan waktu untuk diri sendiri atau lakukan me time agar kita bisa lebih memahami prinsip dan sikap kita yang benar atau salah, sehingga tidak berdampak negatif pada saudara.
Kedua, lakukan relaksasi, seperti meditasi atau menenangkan diri. Ini akan membantu kita tidak mudah terbawa emosi yang merugikan. Berserah diri, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Tuhan juga bisa memberi ketenangan batin.
Ketiga, coba bicarakan masalah dengan teman. Pilih teman yang bisa dipercaya untuk menjaga rahasia, sehingga cerita atau masalah kita tidak menjadi topik pembicaraan di antara teman-teman lain. Memilih teman yang tepat penting agar kita merasa nyaman dan aman dalam berbagi.
Jika setelah berbagai upaya saudara tetap tidak berubah, pertimbangkan untuk memberi jarak agar tidak terseret ke dalam masalahnya. Tetap usahakan menjaga hubungan baik dan silaturahmi agar ikatan keluarga tidak terputus.
Biodata Penulis:
Haidan Hafis, lahir pada tanggal 4 Mei 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa.