Dalam kehidupan sehari-hari selalu terdapat cerita dan peristiwa yang kita semua alami baik menyenangkan atau menyedihkan. Peristiwa atau kejadian dapat terjadi dikarenakan adanya kehendak dari sang pencipta atau memang kita merencanakan kejadian tersebut. Banyak hal tak terduga dalam menjalani keseharian, salah satunya adalah fenomena naturalisasi budaya yang jarang sekali kita jumpai seperti yang terjadi dalam peristiwa hajatan di Dusun Karangase, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, terdapat hal yang unik dalam acara yang digelar tanggal 16 September 2024 tersebut, yaitu menampilkan hal langka dan sulit dipercaya dengan kemunculan bule (turis asing) yang tidak hanya hadir dalam suatu acara hajatan pernikahan tersebut, melainkan juga membantu proses kelancaran acara yang sedang dilaksanakan di sebuah desa dengan ikut membantu para pramusaji atau sering disebut sinoman untuk membagikan hidangan makanan dan minuman kepada para tamu yang hadir dalam acara.
Sinoman atau nyinom yang berasal dari bahasa Jawa dan artinya adalah orang-orang muda atau pemuda dan pemudi tak lepas juga bisa terdapat ibu-ibu yang berduyun-duyun membantu tetangga dan masyarakat dengan kompak gotong royong dan penuh ketulusan serta nilai rendah hati bagi mereka yang mau melakukannya. Sinoman atau nyinom tersebut dilakukan hanya ketika sedang dalam acara seperti pernikahan, perkumpulan karang taruna dan lain sebagainya. Jadi, kita semua dapat menganggap peran kedua orang tersebut Robin dan Dominic sebagai seorang sinoman, dan apabila diberikan plesetan atau unsur jenaka maka bisa disebut sinoman naturalisasi seiring dengan yang ada di dunia sepakbola yang hampir semua orang di Indonesia menyukainya.
sumber: solopos.espos.id |
Fenomenal ini bermula ketika kedua bule tersebut yang bernama Robbin Amrhein dan Dominic Giovanoli yang berasal dari negara Swiss datang ke Indonesia. Awalnya Robbin dan Dominic berlibur ke Bali bersama dengan temannya yang berasal dari indonesia yang bernama Ahmad Bilal. Bilal pun tidak menyangka bahwa kedua temannya akan datang ke rumahnya bahkan membantu proses acara tetangganya. Kemauan Robin dan Dominic tersebut patut diacungi jempol sebab membantu melayani sebagai pramusaji di suatu hajatan pernikahan di dalam masyarakat desa bukan hal yang mudah, oleh karena banyak hal yang perlu disiapkan dengan matang matang, tidak kita ketahui kendala apa yang akan kita hadapi ketika melayani di lapangan. Akan tetapi kedua orang tersebut mampu melayani dengan senyuman dan memberikan yang mereka bisa untuk membantu.
Sebenarnya bukan hal yang spesial mengenai bule (turis asing) yang datang dan berbaur bersama dengan warga lokal Indonesia. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh merekalah yang perlu diperhatikan dengan seksama, seperti halnya pada fenomena tersebut “naturalisasi sinoman”.
Sebelum terlalu jauh membahas mengenai naturalisasi hal penting lainnya yang bisa kita teladani adalah bagaimana senyuman dan ketulusan yang diberikan oleh mereka dengan membantu acara hajatan. Sebagai seorang masyarakat Jawa saya pribadi merasakan adanya ketulusan dalam perilaku mereka dan merasa sangat senang dengan peristiwa yang terjadi, bahkan kalau bisa saya ingin di desa saya juga ada seorang pemuda/pemudi luar negeri yang membantu proses hajatan seperti yang terjadi di Dusun Karangase, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, pada hari Senin 16 September 2024.
Hal seperti nyinom atau sinoman ini mungkin sering dianggap remeh bagi mereka yang tinggal di perkotaan yang kurang mengenal arti guyup rukun dan gotong royong karena setiap penduduknya yang ada adalah menunjukkan sikap individualisme. Hal tersebutlah yang membedakan masyarakat desa dan perkotaan, seperti kekompakan kerjasama dan kebersamaan pasti berbeda, kedekatan yang terlihat di dalam masyarakat pedesaan bukanlah ilusi atau dibuat-buat melainkan sebuah nilai yang hanya akan dimiliki oleh mereka yang hidup di pedesaan ataupun mereka yang mengenal kebersamaan dan kekerabatan dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak menutup kemungkinan orang yang sudah hidup di kota memiliki hal tersebut. Dalam peristiwa langka ini juga menunjukkan bahwasanya ketidakpedulian masyarakat desa terhadap perbedaan budaya dan asal usul bukan menjadi masalah untuk saling menolong dan membantu, sikap menghargai dari masyarakat juga patut diapresiasi karena memperbolehkan orang asing atau luar negeri membantu acara hajatan di desanya tersebut. Di samping berita viral tersebut contoh dari saya sendiri, yaitu ketika saya berada di Bali dan banyak bertemu dengan wisatawan asing (bule). Salah satunya pada saat saya menghadiri acara yang menampilkan tari kecak, yaitu di pantai Pandawara Bali, saat itu terdapat wisatawan asing (bule) yang ikut memeriahkan acara, mereka mengenakan pakaian adat Bali dan ikut serta menari bersama dengan para penari dan penonton lainnya di saat akhir-akhir acara.
Dalam Fenomenal Naturalisasi seperti aksi yang dilakukan Robbin Amrhein dan Dominic Giovanoli, memiliki tindakan yang positif karena mereka mampu dan mau untuk ikut berpartisipasi dalam acara hajatan pernikahan di Desa Bero, Kecamatan Trucuk sebagai sinoman (pramusaji). Di sisi lain pun terdapat timbal balik tindakan positif dari masyarakat Indonesia khususnya di Kecamatan Trucuk tersebut karena mereka mau menerima dengan baik dan terbuka terhadap warga asing yang datang ke desanya untuk ikut membantu keberlangsungan acara yang sedang diadakan.
Biodata Penulis:Margareta Dian Perdana Putri saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.